•••
"Bund, bunda gak papa?" tanya Agav yang memegangi tubuh bundanya yg hampir jatuh.
Gladis tersenyum, ia duduk kembali pada kursi rodanya. Memegangi telapak tangan Agav.
"Agav, bunda boleh minta sesuatu," ucap Gladis yang membuat Agav mengernyitkan dahinya.
Agav berjongkok sambil menatap Gladis. "Bunda mau apa, Agav akan kasih itu."
Gladis tersenyum senang. "Perusahaan, perusahaan yang kamu pegang boleh di ambil alih oleh ayah kamu lagi kan?"
Agav diam, mengelus telapak tangan bundanya dengan pelan. "Bukannya perusahaan ayah masih atas namanya."
Gladis menggeleng. "Bunda tau jika perusahaan ayahmu masih atas namanya, tapi yang bunda maksud adalah perusahaan kamu sendiri."
"Tapi bund, perusahaan Agav....," ucap Agav yang langsung di sahut oleh Gladis.
"Ayah kamu hanya ingin bekerja, kamu kan tau perusahaan ayah kamu sekarang penurunan nya sangat drastis, apalagi ayah kamu mengalami cidera otak yang membuatnya sedikit pelupa, bunda takut kalau ayah kamu shock nantinya saat melihat perusahaannya menurun, jadi bunda minta perusahaan kamu dan membiarkan ayah kamu yang mengelola perusahaan itu, boleh kan Agav!"
Agav mengangguk, kapan lagi ia bisa membuat kedua orangtuanya bahagia jika tidak sekarang ini. "Agav akan urus."
"Agav, sekalian ganti perusahaan kamu atas nama Wijaya ya," ujar Gladis tersenyum.
Agav mendongak, Wijaya? Siapa dia, kenapa tidak menggunakan nama ayahnya Bryan.
"Kamu kaget?" ucapan Gladis membuyarkan lamunan Agav.
"Wijaya, dia ayah kamu Bryan, ayah dan bunda sepakat mengganti nama kami menjadi Wijaya dan Ratna, tapi kamu boleh panggil ayah dan bunda dengan nama aslinya sayang," jelas Gladis membuat Agav di buat bingung.
Buat apa kedua orangtuanya harus sampai mengganti namanya seperti itu.
Tok tok tok.....
Suara ketukan pintu dari luar membuat Agav menoleh, ia berdiri dan pergi melihat siapa yang datang pagi-pagi seperti ini.
"Gue datang, gak di suruh masuk dulu," ucap Vea dengan senyum manisnya, satu tangan gadis itu menenteng sebuah tas berisi makanan dan satu tangannya lagi membawa bunga mawar.
Agav menghela nafas, ia belum bisa melupakan kejadian kemarin di mana Vea tak percaya dengan kehadiran bundanya.
"Masuk," kata Agav datar.
Vea mengangguk, ia masuk ke dalam tanpa bawaannya di bantu Agav sedikit pun, mungkin laki-laki itu masih kesal pada nya, namun Vea tak mengindahkan hal itu, ia tetap masuk ke dalam dengan tatapan sinis nya pada Gladis namun terlihat elegan agar Agav tak memarahinya.
"Bunda ke dapur dulu ya Ve, bunda mau bikinin kamu minum," kata Gladis yang mendapat gelengan dari Vea.
"Gak usah bund, Vea buat sendiri aja nanti," jawab Vea santai.
"Tapi kan kamu gak tau dapurnya di mana," ujar Gladis membuat Vea tersenyum.
"Vea tau tempatnya kok, bunda lupa, Vea kan pernah bantuin bunda masak waktu Vea pertama kali nginep di sini," jawab Vea penuh ketenangan, namun tidak lagi dengan raut wajah Gladis yang penuh kebingungan.
"Kapan?" tanya Gladis dengan gugup. Wanita itu menatap Agav yang menatapnya balik. "Ah iya itu, bunda lupa Ve, kayaknya faktor kecelakaan deh."
"Bukannya kata dokter bunda gak papa, gak ada cedera otak juga kok kayak ayah, kok bisa lupa, kata dokter juga bunda sehat-sehat aja," sahut Vea membuat Gladis bungkam. "Mungkin faktor umur, ya kan Gav?" Lanjut Vea sambil menggandeng lengan Agav.
"Berisik," ujar sarkas seorang laki-laki yang menuruni tangga. "Jika hanya membuat keributan lebih baik pulang."
Gladis mendekat pada suaminya. "Mas, jangan gitu dong."
Vea tetap tersenyum sambil mengeluarkan semua makanan yang ia bawa dari rumahnya, dan memberikan bunga mawar yng ia beli kepada Gladis.
"Ini bunga buat bunda, terus ini makanan tadi mama yang masak di rumah," ujar Vea.
"Tidak ada racunnya kan?" tanya Gladis yang membuat Agav mengernyit, sebelumnya bundanya tak pernah seperti itu.
"Gak dong," jawab Vea. "Vea ke dapur dulu kalau gitu, mau ambil minum."
Agav mengikuti kemana Vea pergi, melihat kekasihnya yang mengambil gelas membuatnya merasa bersalah karena telah menampar gadis itu kemarin. Lantas dengan pelan Agav memeluk Vea dari belakang.
Vea memutar tubuhnya menatap cowok itu dengan senyum. "Maaf."
Agav mengecup kening, pipi hingga hidung milik kekasihnya, mengelus pipi kiri Vea lembut. "Ini sakit?"
Vea menggeleng. "Enggak kok."
"Minggir dulu Gav, mau ambilin minum," ucap Vea.
Agav mengacak-acak rambut panjang Vea gemas. "Kalau salting kenapa gemes banget sih Ve."
Dug!
Vea menendang tulang kering Agav kesal, gadis itu sebenarnya masih marah namun Agav malah membuatnya tersenyum karena ucapannya itu.
"Gav, gue gak suka mereka," ucap Vea.
"Apa?" tanya Agav karena tak begitu mendengar apa yang Vea katakan.
"Gak, bukan apa-apa kok, gue bawain minum dulu," jawab Vea menghela nafas panjang.
Agav terpaksa membiarkan Vea pergi, dan dirinya membututi Vea dari belakang, Agav duduk di kursi tepat berhadapan dengan ayahnya dan Vea menyusul duduk di samping Agav tepat berhadapan dengan bunda Agav.
"Sehabis ini kamu pulang," ujar Bryan membuat Agav menatap ayahnya.
"Yah," kata Agav.
"Tidak ada bantahan!" sarkas nya.
Vea berusaha tetap tersenyum, menaruh sendok nya kembali ke piring, lalu menatap Bryan dengan perasaan yang kacau.
"Pulangnya bareng Agav ya yah," kata Vea.
"Boleh," jawab Gladis yang asik memakan makanannya, sontak saja wanita itu mendapat tatapan tajam dari Bryan.
"Makasih bunda," sahut Vea sebelum Bryan mengeluarkan suaranya lagi.
Vea tidak jadi makan, ia memainkan jari-jari kecilnya itu pada telapak tangan Agav. Cowok itu menggelengkan kepalanya, menggenggam tangan Vea agar gadisnya diam.
"Keluar sekarang, ketemu temen-temen, plissss," ujar Vea manja yang mendapat anggukan setuju dari Agav.
Mereka keluar dengan ijin dari Gladis tanpa perijinan dari Bryan, Vea sudah membuat janji pada teman-teman nya itu semasa SMA untuk berkumpul di satu tempat.
"Kamu lupa tujuan kita," ucap datar Bryan.
"Emang kenapa sih, lagian kan masih banyak lain hari, nih makanan enak, lo gak mau makan dulu apa daripada ngoceh," kata Gladis.
"Tujuan kita buat anak kita percaya kalau kita masih hidup kan sayang?" Gladis bersikap manja pada Bryan.
"Bagus kalau ingat," ujar Bryan berdiri dari duduknya.
Agav
Jangan lupa sempatkan waktu untuk vote 🌟
Follow akun Instagram aku
@wattpadhsnl
@hsnlho__Share cerita jika berkenan🤍
Spam apa aja👉
See you next time
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAV
Teen FictionFOLLOW akun WATTPAD ini terlebih dulu! Kisah tentang Agav, seorang ketua basket SMA Airlangga dan mantan ketua geng motor yang punya musuh di mana-mana. Awal pertemuannya dengan Vea, tanpa sadar membawa Vea ke dalam masalah. Star 28 September 2021