49 ||Akhir dari segalanya!

39.3K 3.9K 384
                                    

Malam semuanya!

Pliss banget buat vote dan komennya

Happy reading!!

-_-

"Sayang." Revira mengelus pundak Vea yang gemetar.

"Bunda, Vea harus bilang apa sama Agav?" tanya gadis cantik itu sambil memeluk nisan yang baru di pasang itu.

"Agav bakalan tanya ke Vea nantinya? Hiks hiks maaf ya, maaf Vea masih jadi orang yang lemah."

"Vea janji, Vea yang akan jaga Agav ya, ntar Vea bikin Agav senyum lagi, maaf bund, Vea belum kasih yang terbaik ke bunda, Vea cuman mau bilang, makasih udah percaya ke Vea buat jadi orang yang spesial di hidup Agav."

"Pulang Vea!" sentak Alex membuat Revira terlonjak.

Sedari tadi saat kedua orang tua Agav di makam kan, Vea tak berkutik sama sekali, duduk di tengah-tengah antara makan Gladis dan Bryan.

"Mas!" peringat Revira.

"Masuk ke dalam mobil Vir, Vea menyusul denganku," ucap Alex dingin dengan raut wajah datar membuat Revira diam dan menatap putrinya lamat, setelah itu ia masuk ke dalam mobil seperti yang Alex perintahkan.

"Masih lama hm?" tanya Alex pelan berusaha tak membuat putrinya merasa bersalah.

"Vea di sini aja, Vea harus minta maaf dulu sama ayah dan bunda," ujar Vea serak.

"Mereka gak seneng liat kamu nangis terus-terusan di sini, anak papa sayang Agav gak?" tanya Alex mengusap lembut kepala putrinya. Vea mengangguk-angguk kan kepalanya pelan.

"Kalau sayang, ayo pulang! Ada Agav di rumah yang nungguin," lanjut Alex.

"Iya," jawab Vea sambil berdiri dengan bantuan papanya.

Di perjalanan Vea tertidur lelap, membuat Alex harus membopong putrinya yang tertidur itu masuk ke dalam rumah.

"Om," ucap Sega yang berdiri di ruang tamu bersama teman-temannya.

"Duduk saja, saya antar kan Vea ke kamarnya dulu," kata Alex, ia berjalan menyusuri tangga, masuk ke dalam kamar putrinya, merebahkan gadis itu mungil itu ke kasur dengan pelan.

"Dengar sayang, siapa yang membuat putri papa merasa sedih, papa akan hancurkan hidupnya," ucap Alex sambil mengelus kepala Vea, ia mengecup pelan kening putrinya, menyelimuti gadis itu lalu pergi keluar.

Alex turun dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya. Ikut duduk di kursi ruang tamu bersama teman-teman Agav.

"Siapa yang ingin berbicara?" tanya Alex menaruh pisau lipatnya di atas meja dengan kasar.

Iko terlonjak kaget, ia yang melihat itu merasa ngeri dan mendekatkan tubuhnya dengan Angga.

"Anjay, pisau lipatnya mantan mafia kece anjir," ujar Raka nyari sambil mencomot pisau lipat itu. Namun langkahnya itu terhenti saat tangannya di geplak kencang oleh Iko.

"Maaf om, temen saya agak gila," ujar Iko dengan raut wajah tak tenang.

Raka menyingkirkan tangan Iko dari tangannya. "Apaan sih lo!"

"Kalau mau mati jangan ajak-ajak goblok!" bisik Angga membuat Raka bingung.

"Lah salah gue di mana?" gumam Raka kesal.

Melvin yang melihat teman-temannya sudah diam pun menaruh handphone miliknya di atas meja.

Alex menaikkan satu alisnya bertanya pada Melvin buat apa handphone itu.

AGAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang