30 ||Agav marah

53.4K 5K 171
                                    

Motivasi hari ini

"Yang lagi sedih, tetep sedih aja😗 kan biasanya juga gitu!"

Vote dulu besti 🌟

••••

Vea berjalan di sepanjang koridor sekolah dengan sebuah handphone di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vea berjalan di sepanjang koridor sekolah dengan sebuah handphone di tangannya. Vea menghela nafas panjang, ia mengintip kelas Agav. Ingin tahu apakah Agav sudah datang atau belum, pasalnya hari ini ia di antar oleh papanya ke sekolah.

Senyuman manis terukir di bibir mungil Vea, ternyata Agav sudah ada di dalam kelasnya. Suasana yang sepi membuat Agav tak sadar akan kesalahannya.

"Pagi," sapa Vea sambil mengacak-acak rambut Agav yang panjangnya sudah kelewatan alias gondrong.

Agav mendongak, ia terdiam sejenak menatap wajah gadisnya yang segar.

"Pagi sweetie," jawab Agav sambil menarik tangan Vea agar duduk di samping dirinya.

Agav merapikan rambut Vea yang berantakan, mencubit pipi gadis itu pelan serta menarik hidung Vea gemas.

"Jangan nyebelin deh, pipi gue ntar merah," decak Vea menatap sengit Agav.

"Merah karena sakit atau salting hm?" tanya Agav menggoda sambil mencolek dagu Vea.

"Agav jangan buat gue emosi!" rengek Vea dengan bibir yang cemberut.

Agav terkekeh, ia mengusap wajah Vea lembut. "Pipi lo dingin, kedinginan ya?"

Vea mengangguk dengan gemasnya, gadis itu menjatuhkan kepalanya di pundak Agav. Jemari kecil Vea di usap lembut oleh Agav agar hangat.

"Tadi pagi minum obat kan?" tanya Agav pelan.

"Gak!" cicit Vea.

Tangan Agav berangsur mengusap kepala Vea lembut. "Lo aja gak bisa menyayangi diri sendiri Ve, gimana bisa menyayangi gue?"

"Beda!" sahut Vea tak terima di nasehati seperti itu.

Agav membangunkan kepala Vea, di pegang kepala gadisnya sayang, di tatap mata Vea yang bewarna coklat terang.

"Jangan pernah menyayangi orang lain lebih dari lo menyayangi diri sendiri, kesehatan lo itu no 1," sahut Agav lembut agar Vea mau mendengarkannya.

Vea menghempas tangan Agav kasar, ia memalingkan wajahnya. "Lo gak akan ngerti."

Agav tersenyum hangat, ia membawa Vea ke dalam pelukannya. "Gue ngerti Ve, lo hanya terlalu cemas."

Vea menunduk cemas, raut wajahnya menjadi suram. Ia berdiri dengan tas di punggungnya.

"Gue ke kelas ya," ucap Vea dengan senyum terpaksa.

"Gue antar," kata Agav yang sudah bersiap-siap.

AGAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang