57...

52.3K 3.1K 766
                                    

"Pah," panggil Vea lirih.

Alex mendekat, mengelus rambut panjang putrinya yang terlihat kusut.
"Kenapa sayang?"

"Ve di mana?" tanya nya sambil menolah ke kanan dan ke kiri menatap ruangan asing yang ia tempati.

Vea meraba wajahnya, meraba pelan selang yang terpasang di hidung nya.

Alex tersenyum, menggenggam tangan putrinya yang tak bisa diam. "Gak papa, kita di rumah sakit sekarang."

Uhuk uhukkk

Vea memegangi perutnya yang terasa nyeri, ia terus saja terbatuk-batuk hingga Vea memuntahkan darah dari dalam mulutnya, gadis itu mengusap bibirnya pelan.

Alex yang tau jika putrinya merasa takut lantas memeluknya lembut, memberikan setiap kehangatan pada putrinya.

"Tenanglah," ucap Alex.

"Vea, kamu mendengar saya?" tanya dokter yang baru saja masuk ke dalam bersama Revira.

Gadis itu mengangguk. "Rebahkan tubuhmu ya," kata dokter itu.

Tubuh lemas itu di rebahkan pelan. Vea hanya menutup matanya sembari merasakan sentuhan-sentuhan pada wajahnya.

"Agav," gumam Vea.

Di kediaman Agav, seorang cowok berjalan menuruni tangga rumahnya, ia berniat untuk datang kerumah Vea. Dua hari ia tak bertemu sang kekasih dan rasanya sangat lah sepi.

"Lega juga akhirnya," ucap seorang wanita yang memasukkan emas yang berserakan di meja ke dalam koper.

"Ambil berapa banyak?" tanya laki-laki yang duduk santai di depan TV ruang tamu.

"Hanya 20," jawabnya sambil cengengesan.

"Panas," kata Gladis memegang wajahnya, menarik entah apa yang menempel pada wajahnya. Agav termenung di bawah tangga, saat ia ingin mengabaikan nya saat itu pula Gladis memutar tubuhnya.

Prang!

"Siapa kalian," ujar Agav menatap wanita di depannya dengan tangan yang bergetar di kepalkan.

Wanita itu gelagapan, Bryan yang terkejut  lantas berdiri dari tempat duduknya. Ikut berbalik badan dan memancarkan aura kejamnya.

"Penipu," teriak Agav mendekati Gladis dan mencekik nya tanpa ampun sambil menatap seorang laki-laki yang beberapa hari ini ia sebut sebagai ayahnya.

Laki-laki itu menarik topeng penyamaran nya membuat Agav menitikkan air matanya. Sungguh kejam, orang seperti mereka tak pantas untuk hidup.

"Dasar anak muda bodoh," ucap laki-laki itu menarik tangan Agav yang mencengkram erat leher istrinya.

"Huh huh huh hampir saja aku mati," kata wanita itu terengah-engah menatap sinis Agav.

Bugh!

Wajah Agav di tonjok dengan  kerasnya, cowok itu mematung di tempatnya. Bagaimana bisa ia sampai tak bisa membedakan orang tua aslinya.

"Arghhh bodoh" teriak Agav menendang meja di sampingnya.

"Pergi dari rumah ini, PERGI!"

Mereka tak pergi melainkan mengemasi semua barang-barang beharga milik keluarga Agav. Agav diam, tatapan mata cowok itu kosong, hanya ada bayang-bayang kedua orang tuanya.

Cowok itu masuk kedalam kamarnya, membanting pintunya dengan kencang meninggalkan kedua orang yang masih mengemasi seisi rumahnya.

Masa bodoh, iya Agav membiarkannya begitu saja, cowok itu tak peduli lagi dengan semuanya.

AGAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang