re·la·tion·ship

384 29 0
                                    

"HENDRA!"

Bukan hal yang mengherankan bagi seorang Yena memanggil nama Hendra dengan lantang sepulang sekolah.

Entah aksi usil apa lagi yang Hendra lakukan pada Yena yang tentunya berhasil membuat Yena kesal setengah mati.

Bagian belakang tubuh hingga rok putihnya sengaja disiram oleh Hendra dengan gelas minuman berisi fanta yang barusan ia beli dari kantin tepat bel pulang sekolah tiba.

Tanpa menghiraukan teriakan keras Yena, Hendra langsung menarik turun jaket hitamnya yang tersampir di bahunya untuk menutupi tubuh Yena.

"Lo lagi dapet, jangan teriak-teriak gitu deh. Bilang makasih gitu," bisik Hendra mengantarkan Yena sampai parkiran.

Sepanjang jalan ke parkiran sekolah itupun Yena tak berhenti mengomel yang hanya dibalas deheman atau anggukan Hendra.

"Sekarang pilih naik sendiri atau gue bantu pegangin?" Dengan nada ketus Yena berpegangan pada pundak Hendra, "Makasih."

Hendra terkekeh lalu mengacak rambut Yena sebelum dipakaikan helm, spontan saja Yena balas menempeleng pelan kepala Hendra yang membuat pemuda itu kembali cengengesan.

Yena melepas helm untuk membenarkan rambutnya dan tepat itu Hendra sudah siap mengantarkannya pulang.

Tiba di depan rumah Yena dengan malas ia turun lalu melepas helm. Bertepatan saat itu pula ada Dipta yang baru saja pulang setelah berlayar.

"Mas!" Seru Yena dengan senang, ia sangat rindu dengan kakak lelakinya. Dipta spontan memeluk Yena lalu menyuruh Hendra ikut masuk ke rumah mereka.

Dengan senang hati Hendra masuk ke rumah tersebut, rumah yang sangat sering ia kunjungi bahkan tempati. Hendra pun melepas seragam sekolahnya untuk digantung lalu duduk di sofa ruang keluarga.

"Buset, macem rumah sendiri, ya?" Sindir Dipta yang sebenarnya sudah tidak heran dengan tingkah Hendra. Ia membawakan beberapa camilan dan minuman.

"Nggak usah repot-repot lah, Mas. Nanti Hendra tinggal ngambil," katanya dengan tawa kecil. Dipta menggeleng tak habis pikir, ia beranjak ke kamar mengajak Hendra bermain game online bersama di ruang keluarga.

Yena sendiri dari dalam kamarnya sudah rapi dan bersih, walaupun seperti itu ia masih mengomel tak terima rok putihnya terkena noda tambahan yang disebabkan oleh ulah Hendra.

Ia menuju teras belakang dekat ruang untuk mencuci, menjemur, menyetrika baju untuk segera mencuci seragamnya.

Meskipun seperti itu, Yena masih berbaik hati memasakkan makanan untuk mereka nikmati karena ia merasa baik Masnya dan Hendra belum makan siang.

Makanan matang dan 2 babak permainan online mereka selesai, Yena menyuguhkan makanan sederhananya pada mereka yang langsung dilahap dengan semangat.

Yena sendiri ikut duduk dan makan bersama di ruang keluarga sesekali memperhatikan mereka yang terlihat benar-benar lahap.

"Kesambet apa nih udah mau masak, nyuciin peralatan kita lagi?" Sindir Dipta memperhatikan adiknya sambil mengisi segelas air putih.

Yena melirik tajam Masnya itu, "Kenapa? Dibaikin malah disindir-sindir. Kalian itu, udah tau aku lagi PMS dibuat kesel terus!" Omel Yena sambil mengeringkan tangannya setelah mencuci piring.

Baik Hendra dan Dipta tertawa kecil membuat wajah Yena semakin kesal. Ia dengan segera merebahkan dirinya pada sofa panjang ruang keluarga.

Dipta dan Hendra pun duduk beralaskan karpet kembali untuk bermain game online. Yena sendiri menyalakan televisi menampilkan siaran berita sore.

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang