O U R S

258 15 0
                                    

• 💚 •

Alifah hanya bisa mendesah sebal saat melihat hujan turun dengan derasnya pada sore hari ini. Setelah kelas berakhir 30 menit lebih cepat, ia memutuskan untuk mengunjungi salah satu kafe favoritnya yang tak jauh dari fakultasnya.

Disini biasanya tempat yang sering ia datangi selain kafe tempat Zero band tampil dan kantin fakultas seni dan sastra. Namun tak sangka hujan yang baru berlangsung 15 menit semakin deras, terpaksa ia menetap disini.

Tiba-tiba suara lonceng kafe berbunyi tandanya seorang pelanggan memasuki kafe ini. Alifah masih mencebikkan mulutnya kesal sambil memutar-mutarkan mouse laptopnya yang hanya menampilkan layar menu utama laptop.

Tak sadar, ada seorang pemuda yang duduk didepannya sambil mengelap beberapa bagian tubuhnya yang sedikit basah terkena air hujan.

Alifah baru menyadari saat salah seorang pelayan datang menghampiri mejanya menyerahkan 2 gelas espresso panas yang menggelitik penciuman hidungnya.

Ia buru-buru menyingkirkan laptop dan kameranya yang sedikit berantakan diatas mejanya. Sebuah suara menghentikannya, siapa lagi kalau bukan seseorang didepannya yang memesan 2 gelas espresso, Zaenal, drummer band Zero.

   "Nggak usah diberesin nggak papa, btw kita ketemu lagi, ya?" Sapanya sambil tersenyum lalu mulai meneguk espresso itu secara perlahan. Dengan senyum canggung Alifah pun mengangguk.

   "Kamu, Alifah 'kan? Anak fotografi juga kaya saya? Yang dulu pernah ketemuan di taman itu? Awal masuk ekskul fotografi?" Tentu Alifah hanya bisa mengangguk membenarkan.

   "Saya Ahmad Zaenal, Mahasiswa jurusan pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi tingkat 6," ucap Zaenal memperkenalkan diri sambil menjabat tangan. Alifah menerima jabatan tangan itu, Udah tau, siapa sih yang nggak kenal sama kamu, Kak? Katanya dalam hati.

   "Aku Alifah Putri, Kak. Anak sastra Rusia tingkat 2. Hehehe," kekeh Alifah berusaha menghilangkan suasana canggung.

   "Kamu lucu."

Alifah mengerjabkan matanya beberapa kali mendengar perkataan seniornya ini, mungkin? Ia tak yakin.

   "Saya kagum sama hasil foto kamu," puji Zaenal sambil menyunggingkan senyuman yang membuat Alifah semakin terpesona. "Saya juga kagum sama hasil foto yang di ambil Kakak." Puji Alifah balik.

   "Saya juga kagum sama kamu."

Lagi, Alifah hanya bisa mengerjabkan matanya beberapa kali sambil menahan rona pipi yang mulai muncul.

   "Kakak bisa aja," sahutnya sedikit terbata. "Tuh 'kan saya makin kagum," ujar Zaenal kemudian.

    "Saya makin jatuh hati deh sama kamu. Dari awal kita ketemu di ekskul fotografi. Pertemuan kedua di taman buat tugas ekskul fotografi. Pertemuan kita di waktu saya ngeband sama temen-temen.

Dan kali ini, waktu saya bisa ketemu kamu, bicara langsung sama kamu, tatap-tatapan mata sama kamu. Saya semakin ngerasa jatuh hati sama kamu. Jadian, yuk!"

Alifah memainkan tangannya gelisah, melirik kamera dan laptopnya bergantian, melihat kearah sekeliling, dan akhirnya mengangguk membuat Zaenal kesal, gemas, dan senang sekaligus.

   "Lucunya pacar aku," ucap Zaenal saat sudah berpindah duduk disamping kursi Alifah sambil mencubit pipi kanan Alifah yang memerah.

   "Nah, kalo gitu anggep aja ini awal kita kencan. Oke?" Alifah mengangguk masih merasa malu namun Zaenal sudah terkekeh merasa semakin gemas dengan pacarnya itu.

Setelah beberapa saat terdiam menetralkan degupan jantungnya yang menggila, Alifah melirik pada sisi meja pacarnya yang ada sekitar 4 gelas espresso ukuran besar.

   "Kakak nggak boleh ya, minum espresso banyak-banyak kaya gini! Kasian lambung Kakak." Bukannya kesal karena baru saja berpacaran ia sudah dilarang, Zaenal terkekeh mengangguk patuh pada perkataan Alifah.

   "Iya-iya, ini aku belajar ngurangin tapi belum bisa. Lain kali aku usahain lebih sedikit ngonsumsinya. Kamu juga, minum dark cochonya jangan banyak-banyak. Nggak eneg apa rasa pahit coklat kaya gitu?" Alifah menggeleng dan menyanggah, "Ini manis tau."

Alifah kembali meneguk minumannya lalu memberesi mejanya bersiap pulang karena hujan telah reda. "Alifah!" Panggil Zaenal.

Cup!

Alifah mendelik sambil memegangi sudut bibir yang tadi dikecup oleh Zaenal. "Kakak! Malu ih!" Pekiknya sambil melirik was-was kesekitar.

Zaenal terkekeh, "Ternyata rasanya manis, ya? Jadi pengen lagi." Alifah memukul pelan lengan Zaenal. Lalu mereka memutuskan berjalan-jalan sebentar setelah hujan reda menikmati hari pertama kencan sebagai sepasang kekasih.

Mengunjungi taman sebagai tempat bersejarah bagi mereka yang mereka abadikan dengan kamera foto milik Alifah.

• 💚 •

OURS : Zaenal and Alifah

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang