SENIOR

527 22 0
                                    

•••

Tring!

Sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponselku. Aku yang masih sibuk menulis catatan berhenti sebentar untuk melihatnya.

Aku terdiam, memikirkan langkah yang harus aku ambil.

Mungkin ini saatnya.

Dengan perlahan aku mengetikkan balasan. Setelah itu beranjak untuk bersiap-siap.

Ayah
Pulanglah

Siap

•••

Beberapa orang menyambutku saat turun dari pesawat yang membawaku ke Surabaya. Setelah memberi hormat, aku segera menaiki mobil dinas.

   "Izin, ke Mabesal."

Itu tujuanku.

Mobil perlahan melaju ke lokasi, sedangkan aku kembali menyalakan ponsel untuk menelpon seseorang.

   "Assalamualaikum, Windi." Sapaku sambil tersenyum ke arah luar jendela.

   "Waalaikumsalam, Anya?" Sambungnya dengan nada yang tak yakin.

   "Gue udah pulang," ujarku. Hening, tak ada sahutan. Aku bahkan mengira sambungan telepon sudah terputus.

   "A-apa? Se-sekarang di-mana?" Terdengar suara kertas bergesekan dan beberapa alat yang bertabrakan.

   "Ini otw ke kantor A-" "Mutia! Gue ijin nggak masuk hari ini! Tut!"

Aku mendesis tak suka, ini bahkan baru beberapa menit kepulanganku dari Lebanon.

•••

8 bulan mengikuti pendidikan militer ditambah 4 tahun membangun karir militer sebagai seorang Serka di umurnya yang ke 23, Anyana Elysia Saphira atau Anya baru akan kembali ke rumahnya.

Hampir 5 tahun itu Anya tidak pernah kembali ke rumah, selepas pendidikan ia langsung ditempatkan di luar negeri sebagai salah satu tentara kesehatan disana.

Namun hari ini, ayahnya yang seorang petinggi militer berpangkat Laksamana Muda memintanya pulang ke Indonesia.

Karena tau sang ayah tak akan ada di rumah. Jadi ia memutuskan untuk segera menghampiri beliau di kantornya.

Lagi, beberapa orang menyambutnya saat baru saja turun dari mobil dinas. Ia sebenarnya risih, hanya karena pangkat ayahnya itu ia jadi terkena imbasnya.

Anya akan memaklumi bila pangkatnya setara dengan ayahnya, tapi kenyataannya ia masih berpangkat Serka bahkan umurnya belum ada seperempat abad.

Tiba di depan pintu ruangan, ajudan Ayahnya tersebut hendak mengetukkan pintu untuknya. Ia segera memberi isyarat.

Setelah yakin dengan penampilan dan mentalnya, Anya mengetuk pintu sambil meminta izin masuk.

•••

   "Masuk!"

Aku membuka pegangan pintu lalu mendorongnya.

Di dalam sana ada Ayah yang berdiri memberi hormat, dan juga ada Arya, pelatih paling annoying semasa pendidikan.

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang