🌫Flashback🌫

380 14 0
                                    

Aku menatap diriku didepan cermin. Sweater coklat turtle neck, tank top dress kuning mustard terlihat serasi dengan flat shoes krem. Aku kembali melihat bayanganku.

Menghela nafas lalu mengambil tasku hitam dan jam tangan silverku. Aku menuju mobil kesayanganku yang hampir 5 tahun menemaniku.

Tujuanku saat ini adalah ke rumah sakit.

*****

Memasuki salah satu ruangan di rumah sakit ini dengan hati-hati dan menutupnya tak kalah hati-hati. Aku menatap seseorang yang tengah berbaring menutup mata dengan alat bantu penunjang kehidupannya.

   "Hai! Waktu cepat berlalu, ya? Gak kerasa 1.095 hari berlalu. Cepat bangun, biar kita bisa main lagi," kataku. Tidak, aku tak menangis. Tak ada lagi air mata yang keluar, semua sudah kering bersama luka yang muncul akibat kejadian dimasa lalu.

Aku tersenyum, merapikan sedikit rambutnya. Berdiri didekatnya beberapa saat lalu keluar dari ruangan. Menuju tujuanku selanjutnya, pemakaman.

*****

Didepanku saat ini ada sebuah makam. Makam orang yang sangat aku kasihi dan banggakan. Aku tersenyum lalu berjongkok di dekat pusaranya.

   "Hai! Kita ketemu lagi! Aku udah nggak sedih jadi jangan khawatir. Ehm, aku minta maaf buat kejadian itu. Tunggu, ya? Kita bakal main sama-sama kaya dulu. Dah!"

Aku berdiri menatap makam ini melambaikan tangan lalu berbalik. Terasa angin sejuk menerbangkan rambutku, aku mengangguk kembali tersenyum menuju mobilku yang menunggu didepan pemakaman.

*****

Disini, di taman kota, tepatnya di sisi sepi dari taman kota, tempat aku memberhentikan mobil saat ini. Aku diam sambil membuka jendela mobil.

Angin kembali berhembus, aku mengambil tasku dan membawanya keluar untuk duduk di salah satu kursi yang tak jauh dengan mobilku.

Mataku terpejam, mengingat kembali kilasan masa lalu.

   "Wuih, bagus nih. Ares! Temenin Ara sama Atha kesini yuk! Mau beli sesuatu."

   "Boleh. Tha, pake mobil lo, ya?"

   "Emang lo bisa?"

   "Santai aja. Ayo!"

   "Ra, kayanya nggak keburu deh."

   "Tuh, Ares cepetan! Keburu habis ini, limited edition tau!"

   "Iya, sabar, Ara."

   "Cepetan ih!"

   "Iya-iya, sa-"

Bruak...

Ciiit...

Aku tertawa lirih tanpa suara. Tak terasa air mataku kembali terjatuh, aku segera mengusapnya dengan kasar.

Mataku tiba-tiba membulat, Ares? Ia sudah sadar! Aku tersenyum menghampiri orang itu. Ia melambai sambil memanggil namaku.

Aku mempercepat langkahku masih tersenyum, aku merindukan kalian, batinku.

Tin!

Tin! Tin!

Bruak!

Sret

Bugh

Hai, Ara! Sampai jumpa Ares!

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang