Sabtu pagi, waktunya Naufal sama Rizka nge-date.
Rencananya sih mereka mau cafe date aja. Makan jajanan di kafe sambil nemenin Rizka yang lagi mulai cari referensi buat karya tulis ilmiahnya.
Jam setengah delapan Naufal udah dirumah Rizka, ada kembarannya Rizka yaitu Revan yang kayanya baru bangun tidur tapi langsung sarapan oatmeal sama susu.
"Rizka masih siap-siap. Rajin banget itu anak udah nyari referensi jurnal." Naufal ketawa kecil, ia nyomot roti coklat yang di kasih margarin terus duduk di sebelah Revan. "Kan kembaran lo sekolahnya D3. Ya, udah mulai bikin karya tulis kaya skripsi lah!"
Revan ngangguk, "Lo gak usah buru-buru lulus kuliahnya, santuy aja. Emang siapa sih yang mau ngerebut Rizka dari lo? Satu kampus bahkan satu dunia juga tau lo sama dia sama-sama bucin akut."
Naufal yang mendengar itu cengengesan, ucapan Revan membuat mood paginya lebih naik. Naufal dan Revan memang terlihat akrab karena sebelumnya juga mereka sempat satu kelompok saat ospek.
"Nanti pulangin jam 1 an, ya? Itu anak beberapa hari makin sering aja begadang nyari jurnal." Naufal mengangguk, ia memang tau namun bila membuat Rizka begadang sepertinya ia perlu mengingatkannya.
Revan lalu beranjak kembali ke kamarnya, sepertinya ia hendak menyambung tidurnya lagi setelah mengerjakan tugasnya sebagai mahasiswa jurusan seni.
Bertepatan habisnya roti Naufal, Rizka turun sambil menenteng tasnya. "Revan mana?" Tanyanya menelusuri sekitar ruang makan dan keluarga untuk pamit. "Tidur lagi kayanya itu kembaranmu, berangkat sekarang?" Rizka mengangguk semangat membuat Naufal tersenyum lalu mengacak rambut Rizka.
Setelah itu Rizka digandeng Naufal menuju mobil lalu mereka berangkat menuju kafe yang sudah direncanakan.
Mas Mantan
"Mau pesen apa?" Tanya Naufal ketika mereka tiba di depan tempat pemesanan. Namun Rizka menggeleng sambil maju mendahului, "Aku aja yang pesen, katanya ada menu baru." Naufal mengangguk ia memberikan dua lembar uang berwarna merah. Rizka yang menerima uang itu melirik sinis Naufal, "Daripada kurang uangnya, aku kaya biasa aja. Nanti ke lantai 2, tadi aku liat masih sepi."
Sambil membawakan tas dan ponsel Rizka, Naufal memilih tempat duduk yang sepi. Ia memilih duduk di pojok ruangan dekat dengan pintu kaca. Setelah meletakkan tas Rizka, ia meletakkan juga ponsel Rizka bersebelahan dengan ponselnya. Naufal tidak sengaja menyenggol ponsel Rizka hingga layarnya menyala dan menampilkan notifikasi balasan chat dari seseorang yang dikenal oleh Naufal.
Jendral
Mau kemana, Ica?
Kafe kita kan? aku otwHakiem
Kafe biasanya yang deket supermaket kan?
Gue kesana ya?Naufal menggertakkan giginya, kesal. Ia kesal bukan kepada Rizka yang mengunggah status bahwa mereka akan pergi nge-date. Namun ia kesal pada mantan-mantan Rizka yang masih menghubungi Rizka padahal mereka tau bahwa Rizka sudah mempunyai pacar.
Rizka datang sambil membawa pesanan mereka. "Kenapa, sayang?" Tanya Rizka saat melihat perubahan raut wajah dan mood Naufal yang memburuk. Naufal hanya menyungginkan senyum tipis, ia menyerahkan ponsel Rizka ke pemiliknya. "Mantan-mantan kamu ini pada kenapa sih? ngejar-ngejar kamu mulu! emang mereka lupa kalo kamu udah punya pacar?" Omel Naufal sambul menerima pesanan makanan dan minumannya.
"Lupa kali, biarin aja, ya? Kamu gak sekalian ngerjain laporan praktikummu?" Naufal menggeleng, ia hanya mengeluarkan laptop dan tabletnya hendak mempelajari cara membedah bagian tangan sambil mencatatnya di tablet. Rizka duduk disebelah Naufal, lalu mengeluarkan laptop dari tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Short Story •
Short Storytambahin ke perpustakaan kalian dulu kalo kalian mau baca ceritanya🥰