Happy Reading Guys !
Lelah dan kesal terlihat di wajah Dieska saat memasuki rumah. Siang beranjak sore hari ini, Mama Dieska sedang mengurusi toko bunganya.
Dieska yang sudah biasa langsung masuk ke kamarnya, mandi, menyiapkan buku untuk esok, lalu turun untuk makan.
Sekembalinya setelah makan, Dieska naik ke kamar, mengerjakan tugas untuk esok. Tugas untuk esok sudah rampung, ia sekarang dilanda bosan.
Dieska pun memutuskan tidur. Ia tidur hingga tanpa sadar hari beranjak malam dan terdengar suara hujan.
---[❄]---
Detik jarum panjang sudah melewati angka 12. Hampir 1 jam lamanya sejak bangun aku memperhatikan hujan di kursi belajarku yang menghadap balkon.
Malam ini hujan turun lagi
Bersama kenangan yang ungkit luka di hati
Luka yang harusnya dapat terobati
Yang ku harap tiada pernah terjadiKu ingat saat Ayah pergi, dan kami mulai kelaparan
Hal yang biasa buat aku, hidup dijalanan
Disaat ku belum mengerti, arti sebuah perceraian
Yang hancurkan semua hal Indah, yang dulu pernah aku milikiWajar bila saat ini, ku iri pada kalian
Yang hidup bahagia berkat suasana Indah dalam rumah
Hal yang selalu aku bandingkan dengan hidupku yang kelam
Tiada harga diri agar hidupku terus bertahanMungkin sejenak dapat aku lupakan
Dengan minuman keras yang saat ini ku genggam
Atau menggoreskan kaca di lenganku
Apa pun yang ku lakukan, ku ingin lupakanNamun bila mulai ku sadar, dari sisa mabuk semalam
Perihnya luka ini semakin dalam ku rasakan"Argh!"
Aku membuang bantal, selimut, dan boneka di ranjang entah kemana, niatku hanya mendengarkan musik agar lebih rileks. Namun lagu ini membuatku teringat luka masa lalu.
Aku menangis tanpa suara. Hanya karena orang ketiga Papa meninggalkan Mama diusiaku dan Kakak yang masih belia. Hanya karena orang ketiga, orang tuaku bercerai. Hanya karena orang ketiga, keluargaku hancur.
Engkau yang saat ini pilu
Betapa menanggung beban kepedihan
Tumpahkan sakit itu dalam tangismu
Yang menusuk relung hati yang paling dalamHanya diri sendiri
Yang tak mungkin orang lain akan mengerti
Di sini ku temani kau dalam tangismu
Bila air mata dapat cairkan hatiKan ku cabut duri pedih dalam hatimu
Agar kulihat, senyum di tidurmu malam nanti
Anggaplah semua ini
Satu langkah dewasakan diri
Dan tak terpungkiri
Juga bagi muEngkau yang hatinya terluka
Di peluk nestapa tersapu derita
Seiring saat keringnya air mata
Tak mampu menahan pedih yang tak ada habisnyaHanya diri sendiri
Yang tak mungkin orang lain akan mengerti
Di sini ku temani kau dalam tangismu
Bila air mata dapat cairkan hatiKan ku cabut duri pedih dalam hatimu
Agar kulihat, senyum di tidurmu malam nanti
Anggaplah semua ini
Satu langkah dewasakan diri
Dan tak terpungkiri
Juga bagi mu"Iya, biarin gue yang nyabut duri di hati lo. Biar nanti pas tidur lo bisa senyum." Aku diam tak merespon, dekapan hangat yang entah darimana membuat air mataku mengalir semakin deras.
Orang yang memelukku saat ini hanya mengelus rambut dan punggungku. "Ternyata bener, firasat gue. Lo itu cewe tangguh diluar, tapi didalamnya rapuh. Mulai sekarang nggak usah tutupin kerapuhan lo didepan gue."
Dahiku tiba-tiba terasa hangat, dan terasa juga deru nafas seseorang. Air mataku berhenti mengalir, tapi anehnya aku masih betah memeluk orang ini.
"Jangan nangis lagi, gue gak suka. Mending nangis karena terharu, apalagi karena gue." Aku terkekeh lalu mengelap sisa air mata. Anta menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan.
Ia ikut mengelap air mataku, kemudian menunduk dan mengecup mataku yang bengkak karena menangis. "Lo beda, gue suka." Aku tak tau harus merespon apa, hanya jantung yang mulai berdegup kencang dan pipi yang memanas mulai kurasakan.
Ia tertawa. "Makin suka deh, jadi cewek gue, ya?" Aku menunduk malu lalu memukul pundaknya. Ia meringis namun tertawa.
"Lewat mana?" Tanyaku dengan suara khas setelah menangis. "Loncat dari balkon," jawabnya, ia lalu duduk di tempat tidurku. Aku menatap kaos biru dongkernya yang basah. "Maaf, kaos lo jadi basah."
Anta, orang yang tadi memelukku menggeleng. "Apapun yang bikin lo ngerasa lebih baik bakal gue lakuin."
"Apapun?" Tantangku. Anta mengangguk mantap, "Apapun," katanya. "Bucin nih," ujarku kemudian.
"Iya kali?" Ucapnya tak yakin namun terlihat senyumnya yang membuatku ikut tersenyum. Ia melebarkan senyumnya, "Lo cantik, apalagi kalo senyum."
Aku menipiskan senyumku lalu ikut duduk disebelahnya, "Minggir!" Ia berhenti tersenyum lalu berdecak. "Baru sebentar esnya leleh. Eh, sekarang udah beku lagi. Dasar!"
Aku tak menyahut, ia pindah duduk di kursi belajarku. "Lo masih mau disini? Udah malem tau!"
Ia tertawa lalu kembali ke kamarnya lewat balkon. Tiba-tiba HPku bergetar muncul sebuah notifikasi pesan.
+62 8XX-XXXX-XXXX
OnlineBlokir | Tambah
Night, have a nice dream!
*****
Pagi ini hampir seluruh penghuni SMA Tunas Bangsa dibuat kaget, heran, dan takjub karena melihat Dieska yang sepanjang perjalanannya ke kelas itu tersenyum. Catat, tersenyum!
Beberapa siswi memandang iri betapa manisnya Dieska ketika ia tersenyum, sementara beberapa siswa merasa terhipnotis dengan senyuman Dieska. Sampai-sampai ada yang hampir menabrak temannya demi melihat senyum Dieska itu.
"Dieska!" Merasa terpanggil Dieska menoleh dan tersenyum, "Iya?" Sahutnya. Anta tiba-tiba langsung menggeret Dieska menuju ke kelas, mendudukkan Dieska pada bangkunya.
"Jangan senyum terus! Gue gak suka!" Dieska malah tertawa kecil, membuat penghuni kelas terpana. "Terserah aku dong, kenapa sih kamu ngelarang gitu?"
Anta mengacak rambutnya. "Iya, lo boleh senyum. Tapi jangan terus-terusan, gue gak suka. Banyak yang makin suka sama lo, Dieska."
Dieska masih tersenyum lalu mengangguk. "Udah, sekarang kamu duduk. Habis ini pelajaran." Masih setengah kesal Anta menuruti Dieska, namun tak dipungkiri bahwa hatinya senang melihat perubahan Dieska.
❄ C H A N G E ❄
![](https://img.wattpad.com/cover/203745087-288-k353890.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
• Short Story •
Короткий рассказtambahin ke perpustakaan kalian dulu kalo kalian mau baca ceritanya🥰