♡ Jatuh Hati ♡

429 32 2
                                    

•♡•

   "Aku pulang dulu, ya? Udah dijemput, makasih." Pamitku pada teman segrup PKL di RSAU. Mereka berdua mengangguk dan ikut berpamitan.

Sambil memegang ponsel berisi percakapan dengan Ayah aku merapikan jas almamaterku yang terlihat kusut.

Sebuah motor hitam terparkir didekatku membuatku cukup heran karena sejak aku keluar dari gerbang RSAU motor itu tak bergerak sedikitpun.

Ayah🖤

Ayah, udah jemput kan?

Udah sampe malah
Masa gak ada kendaraan yang berhenti di deket kamu?

Oh, ok² Aku kesana

Aku sebenernya ngerasa aneh sama bahasa Ayah tapi mutusin buat ngehampiri seseorang yang menaiki sepeda motor itu.

Mungkin ayah pinjem sepeda motor temennya?

   "Langsung pulang aja," kataku sambil salim dan naik ke atas motor. Namun setelah beberapa detik berlalu mesin baru berbunyi dan sepeda motor baru berjalan.

Sampai di rumah, aku turun dan membukakan gerbang rumah. Ada Ibu dan Ayah.

Ayah?

Eh?

Terus yang jemput aku ini siapa?

   "Nak, Dewa masuk dulu sini! Makasih lho udah jemput Nina," ucap ibuku sambil tersenyum mempersilahkan orang yang bernama Dewa ini masuk ke dalam rumah.

Orang yang bernama 'Dewa' ini mengangguk sopan dan masuk ke dalam rumah. Aku hanya mengekor dibelakangnya dengan wajah yang masih keheranan.

Ayah langsung menyuruh orang itu duduk dan mereka mengobrol dengan akrab. Aku cukup terkejut melihatnya.

Aku masih menatapnya heran sampai ketika membantu Ibu memberikan teh hangat dan kue kukus pada tamu ini.

   "Nina! Duduk dulu, nduk. Kenalan dulu sama Masnya ini." Ajak ayahku yang kutanggapi senyuman.

   "Nina, Mas. Masih kelas 12," kataku sambil sedikit menunduk. Dari balik kelopak mata aku melihatnya tersenyum seperti menahan tawa. "Saya Dewa, dek. Baru umur 22, kok!"

Ayah tertawa kecil, aku menoleh kaget mendengarnya. Lalu menoleh ke arah Mas Dewa dan kembali tersenyum.

   "Salam kenal," ujarku kemudian. Ia mengangguk lalu kembali menatap Ayah.

   "Nah, Ayah punya rencana buat kamu. Lulus SMK nanti kamu boleh kuliah tapi nikah dulu sama Mas Dewa, ya?"

•♡•

Nina terkejut bukan main. Banyak pikiran bermunculan dikepalanya. Ia tak menyangka orang tuanya merencanakan hal ini padanya.

   "Harus banget nikah? Ayah nggak ada maksud tertentu yang ngebuat aku harus nikah sama Mas Dewa?" Tanya Nina yang sepertinya kelewat batas karena raut wajah ayahnya langsung berubah.

   "Ayah serius sama ucapan ini. Kamu anak satu-satunya ayah. Ayah sudah kenal dan percaya dengan Dewa sehingga berani nitipin kamu ke Dia."

Nina terdiam, tangannya meremat celana seragam sekolahnya, "Kalo emang gitu, Nina terima. Tapi Nina maunya nikah setelah lulus kuliah-"

   "Saya bersedia menunggu, bahkan membantu biaya kuliah kamu. Kamu mau 'kan saya nikahin?" Potong Dewa kekeh.

Akhirnya Nina mengangguk walau tak yakin bagaimana cara untuk menjalaninya.

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang