🍃🍃
Ntah sudah sejauh mana mereka menyusuri trotoar yang memang tak ada ujungnya. Saling mengenggam dan sesekali bibir Kara mengulum senyum pertanda bahagia.
Rakafa Ditya disampingnya. Jemari mereka saling bertaut. Dan Kara bahkan bisa menatap wajah pemuda itu puas-puas. Ah, apalagi yang lebih bahagia dari pada ini?
Untuk kesekian kali, Kara kembali menoleh kearah Kafa lantas tersenyum. Menyusuri lekuk wajah cowok itu, dimulai dari gaya rambut yang sedikit berubah, garis rahang yang jauh lebih tegas, serta bekas luka kecil dipelipis. Lalu ketika tatapannya turun kebawah, Kara baru menyadari jika bahu Kafa basah. Membuatnya mendongak untuk memastikan payung masih ada diatas mereka. Dan memang masih ada. Sedikit condong kearah Kara hingga gadis itu nyaris tak kebasahan kecuali bagian kaki.
Hujan memang tak terlalu lebat, tapi Kafa yang hanya mengenakan jas biru langit dipadu kaos putih serta celana jeans hitam tentu tak cukup membantu.
Jemari Kara yang terbebas mengambil alih payung dari tangan Kafa. Meski sempat mendapat penolakan, Kara berhasil menguasai payung yang kemudian ia perbaiki posisinya. Tepat ditengah-tengah mereka.
Ekspresi Kafa masih tak berubah. Cowok itu kekeh mempertahankan mimik wajah datar yang ntah kenapa lebih mirip pacar yang sedang ngambek. Kara tersenyum geli memikirkannya.
"Kafa ...?" Kara menahan langkah Kafa ditengah hujan.
Kafa berhenti tanpa menoleh. Melepas tangan Kara saat cewek itu tampak ingin menyampaikan sesuatu. Mereka hanya diam dengan Kara yang menatap cowok itu penuh makna, dan Kafa yang mati-matian menahan diri untuk tetap menatap kedepan.
"Untuk tiga tahun lalu, dan juga untuk hari ini ...," Kara menjeda kalimatnya lalu tertunduk dalam, "Maaf ..."
Kafa masih senyap. Cowok itu hanya berkedip pelan tanpa merubah sedikitpun ekspresi wajahnya.
Kara memakluminya. Kafa pasti masih marah. Tapi setidaknya hari ini dia lega. Perasaan bersalah yang tinggal sekian tahun menguap bersamaan kata maaf yang keluar dari bibir dan tentunya didengar oleh Rakafa Ditya. Seperti yang pernah Kara bilang, dia tak butuh apa-apa lagi.
Begini saja cukup.
Menarik napas panjang, Kara kembali menegakkan kepala lalu tersenyum hangat, "pulang?" Tawarnya yang ntah kenapa terdengar menggelikan. Kafa yang membantunya, tapi saat ini payung ada digenggaman Kara. Jadi, tidak salah kan?
Namun lagi-lagi, tak ada respon berarti dari Kafa. Cowok itu hanya mengikuti saat Kara sebagai pemegang payung berjalan tanpa suara.
Lalu ntah bagaimana semuanya dimulai. Jemari Kara yang tadinya berayun pelan, kini kembali dirangkum kehangatan telapak tangan Rakafa Ditya. Saat Kara mendongak guna memastikan apakah Kafa menyadarinya atau tidak, Kara justru menemukan segaris senyum yang sudah lama sekali tak ia lihat.
Kara, tidak sedang berhalusinasi, kan?
🍭🍭🍭
Mianhee girlsss🤐🤐
Dikit doang, tapi updatenya menahun huhu😭😭😭😭
Belum ending kok, tenang aja.
Boss
Fika

KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja Kita (End)
RandomFollow boss yak..😁 cover by:Lailatulwahida07 Masa remaja Kara terlalu biasa. flat, hambar dan hampir bisa dibilang nggak ada rasanya. well, selain menjadi secret admirer Kafa, cowok ganteng plus kalem jagoan Karate dari IPA, dan jangan lupakan kesi...