Resiko Mencintai

60 20 9
                                    


🍃🍃

Lani adalah gadis yang cukup kaku dulu. Sebelum bertemu Kara, Lani sama sekali tidak memiliki teman. Enam tahun menghabiskan waktu sekolah Dasarnya dengan  menyendiri, cewek itu akhirnya dipertemukan dengan fairy god mothernya ketika duduk disekolah menengah pertama.

Kara itu istimewa. Lani setuju dengan kalimat itu sejak awal bertemu Kara. Bagaimana cewek itu secara perlahan mendekatinya yang lebih suka pada kesunyian, membuat Lani tersentuh. Caca dan Rindu sudah mengenal Kara sejak lama, Mungkin. Lani tak pernah bertanya bagaimana ketiga orang itu saling mengenal dan menjadi sahabat baik.

Pelan tapi pasti. Kara sering mengajaknya bicara dan bercanda. Bersama Caca dan Rindu, Kara memperlakukan Lani serupa. Seolah, dia bukanlah gadis pencinta sunyi yang selama ini keberadaannya pun tak diketahui.

Waktu berlalu begitu cepat. Ntah sejak kapan, mereka berempat akhirnya terkenal sebagai sahabat. Tak terpisahkan. Dimana ada Kara, maka disitulah Lani, Caca dan Rindu berada. Benarlah kata orang, lingkungan berperan penting dalam merubah karakter seseorang. Karena sejak kenal Kara, Lani bukan lagi penyuka keheningan. Lani bahagia, pada Kara, dia ingin mengucapkan ribuan terima kasih. Tapi sekali lagi, lumrahnya sifat manusia adalah merasa kurang. Iri dan dengki.

Lani pernah berada ditahap itu. Perasaan iri menjalar dihatinya ketika melihat Kara selalu dikelilingi oleh orang-orang yang menyukai gadis itu. Disetiap sudut sekolah, dia akan mendengar nama Kara disebutkan. Ditambah, pemuda sederhana dari kelas sebelah, yang selalu menjadi tameng Kara ketika susah. Ah, ralat, Kara tak pernah susah. Intinya, pemuda itu selalu ada disamping Kara untuk menatap gadis itu dengan tatapan memuja, dan memperhatikan segala gerak geriknya.

Lani menginginkan itu. Pernah terfikir olehnya untuk merebut semua yang Kara punya. Caca dan Rindu, Aldi,  dan semua keistimewaan yang selalu membuatnya merasa dia belum mencapai bahagia yang sebenarnya. Lani lupa satu hal, tak ada manusia yang bisa menyamai manusia lain. Meski pernah melakukannnya, Lani tersadar ketika satu kalimat yang Aldi katakan menyentil perasaannya dengan hebat.

"Gue suka Kara ya karena dia selalu jadi dirinya sendiri. Dia gak pernah berusaha jadi orang lain untuk bikin gue jatuh cinta."

Lani mendengar itu dengan jelas. Ketika salah satu teman Aldi menanyakan kenapa pemuda itu menyukai Kara dari segala segi. Setelahnya, Lani mengutuk diri sendiri karena telah berfikir konyol. Sayang, pemuda itu tak berumur panjang. Begal terkutuk merenggut nyawa pemuda empatbelas tahun itu secara keji. Lani masih ingat jelas bagaimana Kara bak mayat hidup menerima kenyataan itu.

Kenyataan bahwa kehidupan seperti roda itu benar. Ketika SMA, Kara tak lagi menjadi yang teristimewa. Lani tak mengetahui penyebab pasti kenapa Kara seolah menjadi tak terlihat dan tak pernah ada. Selain hanya sebatas murid Jati Dharma dan IPS 3, Kara bukan apa-apa lagi. Gadis itu tak lagi dikelilingi popularitas. Tapi Kara tetaplah dia yang istimewa. Tak pernah ada perubahan dalam jiwanya, dia tetaplah Kara yang sama. Membuat Lani sadar, yang Aldi katakan adalah benar. Selama ini, Kara adalah Kara yang sebenarnya. Bukan cuma untuk menarik perhatian saja.

Sampai, gangguan itu datang ketika Adan Perwira mulai mengambil alih atensinya. Lani tak pernah peduli pada cowok itu sebelumnya. Sejak kelas satu, saat kadang-kadang Adan menunjukkan rasa tertariknya pada Lani, gadis itu sempat merasa ilfeel. hampir tiga tahun semua berlalu, Lani mulai terbiasa dan nyaman. Pada Adan, dia seperti melihat Aldi dalam versi menyukainya. pelan-pelan Lani merasa dunia kedamaian mulai berpihak. Apalagi setelah Adan mengaku akan perasaannya didepan bu Isda waktu itu, Lani semakin bersemangat untuk kesekolah. Bertemu Adan, dan kejutan yang cowok itu bawa untuknya.

Tapi ntah memang roda kehidupan Kara berputar terlalu cepat, atau roda hidupnya yang tak berputar, Lani dihadapkan pada terduga kenyataan yang pahit. Ketika melihat Adan berlari menghampiri Kara saat gadis itu tersedak, Lani rasa tiang kokoh didunia damainya mulai mengalami pelapukan. Namun Lani adalah gadis yang keras kepala. Kara yang membentuknya sedemikian rupa. Jadi dia tetap pada keyakinan, bahwa Adan perwira masih Aldi Rageswara-nya Kara yang berpihak padanya.

Lani mempersiapkan diri sejak peristiwa itu. Kekakuannya akan Adan, mungkin membuat cowok itu berfikir Lani tak memiliki perasaan yang sama. Setiap malam, dia memikirkan cara bagaimana Adan mengetahui bahwa cowok itu tak jatuh sendirian. Hingga siang sialan itu tiba. Lani tak pernah tau rasanya akan semengerikan ini.

Menatap Adan dalam eksperesi yang seumur hidup Lani bersumpah tak akan bisa ia lupakan.

"Mulai sekarang, lo harus bisa bedain mana ikan, mana umpan."

Kalimat itu terus berputar dikepalanya seperti kaset rusak. Ikan, umpan, apa maksud Adan? Siapa yang menjadi ikan? Siapa yang umpan?

"Gue baru tau Adan seberengsek itu," Lani menatap kosong kelayar ponsel saat isakan tangis Kara terdengar. Dari awal, dia telah bercerita banyak hal. Dan Kara adalah pendengar yang baik. Takdir tak salah mempertemukannya dengan gadis itu. Bukan dia yang ditenangkan, justru Lani yang akhirnya menenangkan Kara. Memutus sambungan, Lani beralasan untuk tidur. Tapi, Siapapun tau dia tak akan bisa tidur setelah dipermalukan sedahsyat itu.

Namun, itu hanya sebelum otak kotornya memutar ulang memori tentang Adan dan kejanggalan yang selama ini tak ia sadari.

Saat Kara tersedak,

Saat pertandingan persahabatan itu, dimana Adan menuduh Kara merusak konsentrasinya padahal Lani tau Kara tak melakukan apapun,

Saat Kara berlari dikoridor dengan Kafa dibelakangnya, Lani dengan jelas melihat Adan memperhatikan mereka dengan raut wajah tak terbaca,

Dan yang paling tak terduga, adalah saat Adan berdiri tak jauh dari halte ketika Kara dan Kafa pulang bersama.

Lani melihat itu semua. Dalam situasi normal, dia akan berfikir semuanya hanyalah kebetulan. Sekarang dia jadi berfikir ulang,

Benarkah roda hidup Kara berputar?

Atau sebenarnya, tak ada yang berubah sejak awal. Kara masih dia yang dipuja, masih dia yang dilindungi oleh siapa saja yang mengenalnya, Kara masih dia yang membuat siapa saja jatuh,

Termasuk Kafa dan,

Adan.

Lalu, apa maksud Adan memperlakukan nya istimewa selama ini?

Umpan?

Saat jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, tepat dua jam lalu sambungan videonya dengan Kara terputus, Lani terkekeh dengan airmata dipipi.

Dia tidak sedih, marah apalagi. Kecewa mungkin ada, tapi dalam kesadaran penuh Lani tau ini adalah tahap pertama resiko mencintai.

Mengetahui ternyata dia tak memiliki perasaan yang sama,

Dan itu benar-benar pahit.

🍃🍃

Love for life.

Tak ada yang tak akan kecewa ketika jatuh cinta. Namanya saja jatuh, awalnya memang terasa baik-baik saja. Hanya goresan kecil tak berarti yang kita biarkan sembuh sendiri.
Lalu perlahan menjadi infeksi. Menjalarkan rasa sakit keseluruh sendi, dengan kejam dan tak terkendali. Tapi manusia adalah mahkluk yang angkuh. Membungkus luka dengan senyuman merupakan senjata paling ampuh.
Melupakan fakta bahwa, yang dibungkus justru lebih sering bernanah.

Boss yang lagi melow

Fika

@afikachan (wajib hukumnya buat follow)

Ig : @nra_fika ( yang ini sih sunnah. Tapi kalo mau diwajib-in juga gpp)

Remaja Kita (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang