Selamat datang "Kinanti"

249 25 0
                                    

Rista POV

Aku ada dimana?

Pertanyaan itu terus mengusik pikiran ku sejak aku melihat hamparan rumput hijau di depan mata ku.

Sejauh mataku memandang hanya ada hamparan rumput hijau yang tak lebih tinggi dari mata kaki. Hamparan rumput itu seperti karpet mahal dengan bulu yang halus saat menyentuh telapak kakiku.

Kebingungan.

Itulah aku sekarang.

Awan putih tampak indah menggelayut di langit biru. Tempat ini sangat terang namun udara terasa sangat sejuk.

Aku terus melangkah kan kaki menyusuri hamparan rumput ini.

Aku sedikit memicingkan mata saat melihat sosok dengan balutan gaun pengantin berwarna putih yang kini berdiri memunggungi ku, dengan jarak yang cukup jauh.

Aku berlari menuju sosok bergaun pengantin itu. Namun semakin aku cepat berlari sosok itu terasa semakin jauh.

Seakan aku berlari di tempat.

Sedangkan aku tak melihat pergerakan apapun dari sosok itu.

Nafas ku tersenggal, aku pun berhenti berlari. Mengistirahatkan tubuhku sejenak, duduk di rumput lembut itu.

Aku sangat merasa kelelahan serta tenggorokan ku yang terasa sangat kering. Aku membutuhkan air!!

"Sayang bangun"

"Lana!!!"

Aku berteriak sekeras yang aku bisa saya mendengar suara kekasih ku memanggil.

"Sayang hiks"

Dia menangis?

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang mencengkram tangan kanan ku, tangan itu begitu lembut menyentuh permukaan tanganku. Sentuhan yang menyenangkan dan menenangkan.

Sosok itu, dialah pemilik tangan halus itu.

Dan tiba-tiba semua terasa menyilaukan,

"Rista, aku mohon bangunlah"

Suara itu, milik kekasihku. Lanaku. Dia menangis? Suara nya terdengar memilukan.

Bau obat-obatan menyapa Indra penciuman ku. Kepalaku masih terasa sedikit pusing. Namun aku bisa merasakan ada sepasang tangan yang menggenggam tangan kananku.

Perlahan aku membuka mataku. Silau. Aku memicingkan mata mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam kornea mata ku.

"Rista!!"

Lana berseru, kegirangan.

Lana mengusap matanya yang basah dengan ujung lengannya. Mungkin dia malu menangis di depan ku. Bahkan selama ini hampir tidak pernah aku melihat air matanya berderai, jikapun dia menangis dia selalu menyembunyikan nya dan memilih menangis di tengah malam di saat aku terlelap dalam tidur ku.

Namun berapa kali pun dia mengusap, air mata itu kembali berlinang, bahkan semakin banyak turun menuju pipinya.

Tanganku terangkat mengusap air mata di pipi kekasih ku ini.

Aku melengkungkan bibirku yang terasa kering ini membentuk sebuah senyuman. Senyuman termanis yang aku berikan sepenuh hati.

Lewat senyuman ini aku ingin mengatakan bahwa, tidak apa-apa sesekali dia menangis. Menangis tidak akan membuatnya menjadi lemah.

TomboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang