Jangan bermain dengan api jika tak ingin terbakar
Jangan melakukan sesuatu jika takut resikonya
Dan jangan jatuh cinta jika takut sakit hati
SyahidMatahari sudah mulai meninggi, teriknya kini mulai terasa menyengat di kulit, polusi dari asap kendaraan bermotor menambah pengap hiruk pikuk kehidupan kota-kota besar yang padat penduduk.
Di sebuah gedung yang menjulang tinggi, seorang gadis berdiri di dekat dinding yang terbuat dari kaca tebal dengan pandangan kosong lurus ke depan dan kedua tangan nya yang masuk ke dalam saku celana nya.
Pikiran nya menerawang jauh entah kemana, senyum kemudian tersungging di bibir tipisnya namun seperkian detik senyum itu mulai pudar seiring dengan mata nya yang mulai berkaca-kaca.
Tak ingin terus terlarut dengan perasaan yang terbawa oleh lamunannya lantas ia membalikkan badan dan melangkah menuju meja kerja nya lalu duduk di kursi dengan punggung yang bersandar dan kepala yang menengadah.
Tok tok tok
"Masuk" ucap nya seraya menegakkan posisi duduk nya.
Seorang wanita dengan pakaian formal masuk, ia tersenyum dan menghampiri Lana seraya menyerahkan beberapa map yang harus di tanda tangani oleh Lana.
"Apakah ada jadwal penting lainnya hari ini?" Tanya Lana setelah menerima dan membaca beberapa berkas yang di berikan sekertaris nya.
"Sebentar Bu" wanita itu mengeluarkan ponselnya dan memeriksa sesuatu dengan serius.
"Tidak ada jadwal penting hari ini Bu, selain meeting tadi" jawab wanita itu seraya memasukkan ponsel pintar nya kedalam saku baju.
"Agatha" panggil Lana lembut dengan mata yang tertuju langsung pada matanya.
"I..iya Bu" entah kenapa darah nya mendesir saat Lana memanggil dan menatap matanya seperti itu dan kini jantung nya juga ikut bikin ulah, mata coklat terang itu seakan menghipnotis nya, membuat nya menyelam jauh kedalam nya, di mata itu dia melihat luka, kesedihan, kebingungan, keraguan, dan mata itu membuat nya ingin terus menatap nya lagi dan lagi.
"Apa kamu bisa menemani saya makan siang hari ini?" Tanya Lana sambil melempar pandangan nya ke arah jendela.
"Hum iya tentu saja Bu," ada rasa kehilangan saat Lana memutuskan kontrak mata itu, namun ia pun merasa senang dan heran dengan sikap Lana yang tiba-tiba mengajaknya makan siang bersama, ia senang karena ia akan ini adalah hal yang langka pasalnya Lana selalu bersikap dingin dan seperlunya selama ini.
"Baiklah, saya tunggu kamu di cafe depan kantor ya" ucapnya sambil tersenyum manis ke arahku.
"Kalo begitu saya ke ruangan saya dulu Bu" undur Agatha seraya melangkah kan kaki menuju pintu saat Lana bilang silahkan.
Agatha pov
Waktu begitu cepat berlalu teman-teman ku sudah mulai bersiap-siap untuk makan siang, aku pun ikut membereskan beberapa kertas yang berserakan di atas meja dan mematikan komputer setelah aku save data penting untuk meeting besok.
Setelah selesai aku pun melangkah kan kaki menuju lift, saat sedang menunggu pintu lift terbuka seseorang menepuk pundak ku, aku pun langsung membalikkan badan dan melihat siapa pemilik tangan yang kini berada di pundak nya.
"Heh, astaga ngagetin aja Lo Mel" omel ku pada Amelia sambil mengusap dadanya.
"Hehe, maaf maaf , lagian Lo sih bengong aja dari tadi" ucap Amelia sambil cengengesan.
"Hum" gumam ku.
"Lo kenapa sih, cerita sini sama Amelia yang unyu ini, biar hati dan pikiran kamu plong" oceh Amelia sambil mengikuti langkah ku memasuki lift.
Aku sedikit termenung mendengar omongan Amel, apa sebaiknya dia cerita aja ya perihal Lana yang tiba-tiba mengajaknya makan siang, "ah, tidak Amel itu mulutnya kaya ember bocor bisa-bisa aku dan Bu Lana jadi bahan gosip satu kantor kalo sampe Amel tau" batin ku.
"Ga ada Mel, aku cuma kecapean aja" elak ku sambil melangkah keluar lift.
"Ya udah, fighting ya tata" ucap Amelia sambil mencubit dan menarik kedua pipi ku kemudian lari sambil tertawa melihat Ekspresi wajah Agatha yang sangat lucu menurut nya.
Sementara Aku hanya mendengus di perlakukan seperti itu oleh teman satu kantor nya tersebut, lalu berlalu menuju cafe yang berada di depan kantor dimana ia dan Lana janjian makan siang bersama.
*****
Perlahan ia buka pintu berwarna coklat di hadapannya dan dengan hati yang berdebar-debar ia memasuki cafe itu, bau khas kopi dan berbagai cake menyapa Indra penciuman nya membuat perut nya lapar seketika.
Ia pun mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru cafe dan menemukan seseorang dengan kemeja berwarna pink tengah duduk dengan angkuh dengan ponsel di tangannya di sudut cafe yang berdekatan dengan jendela.
Agatha tersenyum menatap orang yang menurutnya begitu perfect tersebut lalu melangkah kan kaki menghampiri orang tersebut.
"Hey" sapa Agatha sambil duduk di hadapan Lana.
Lana pun mendongak lalu tersenyum saat ia tau orang yang di tunggunya telah datang.
"Maaf ya lama, tadi ada beberapa berkas yang harus saya selesaikan" ujar Agatha dengan raut wajah yang tidak enak karena membuat Lana lama menunggu.
"Gapapa ko tha," ucap Lana sambil tersenyum karena tak mau membuat Agatha merasa bersalah.
Agatha hanya tersenyum sumringah saat Lana memanggil nya seperti itu, entah kenapa nama itu terdengar indah saat Lana yang memanggil nya.
"Eh,Bu Lana udah pesan makanan belum? Kalo belum biar saya pesankan" ucap Agatha sambil melihat beberapa daftar menu.
"Belum, saya ingin cheese cake dan amerikano" ucapan Lana terhenti saat seseorang pelayanan datang dan mencatat pesanan mereka.
"Hum, satu lagi panggil aku Lana dan aku ingin kamu menganggap aku teman saat di luar kantor seperti ini" jelas Lana panjang lebar, Agatha hanya diam ada perasaan sedikit tak suka saat Lana mengatakan teman.
"Ba..baik Lana" Lana hanya tersenyum saat Agatha tergagap seperti itu, ia memaklumi Karena mungkin Agatha belum terbiasa pikir nya.
"Agatha kamu terlihat lucu" bisik Lana di sertai sebuah tawa ringan karena melihat wajah Agatha yang memerah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy
RomansaBagi kalian yang Homophobia dan di bawah umur hati-hati karena cerita ini mengandung unsur Yuri dan pornografi.. dosa tanggung sendiri ya (author ga tanggung jawab Poko nya😄😄)