stay

1.1K 66 0
                                    

Sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di tempat parkir sebuah rumah sakit, terlihat seorang wanita dengan rambut sepundak keluar dari mobil itu.

Hari ini dia menggunakan hoddy putih dan celana training selutut berwarna hitam dengan garis putih, ia menenteng 2 kantong plastik lumayan besar berwarna putih.

Ia berjalan dengan aga tergesa-gesa senyum merekah tak lepas dari bibir tipis merah muda nya, bahagia itulah yang saat ini di rasakan nya, tanpa pernah tau apa yang akan terjadi di beberapa menit yang akan datang karena yang dia tau kini ia kembali menemukan cintanya yang dulu hilang.

Kaki nya berhenti di sebuah pintu berwarna putih, dia menarik napas sebanyak yang dia bisa lalu menghembuskan nya, senyum di bibirnya ia buat semanis mungkin, ia pegang dan putar daun pintu.

Setelah pintu terbuka hal pertama yang ia lihat adalah sebuah adegan dimana organ yang ia cintai sedang berciuman dengan seorang pria yang sama, pria yang ia lihat terakhir kali sebelum gadis yang sangat ia cintai menghilang.

Untuk beberapa saat Lana hanya terdiam dengan mulut sedikit menganga, sedang kan dua orang di hadapannya langsung melepaskan ciumannya, lebih tepatnya Rista yang mendorong dada si pria itu.

"Lana" nama itu meluncur begitu saja saat melihat gadis di ambang pintu yang menatap nya dengan mata berkaca-kaca.

"Uh, sayang aku pulang dulu ya, besok aku kesini lagi" ujar pria itu setelah berdiam cukup lama, lalu dia melangkah keluar dengan tergesa, dengan wajah yang merah padam mungkin karena merasa aktivitas nya terganggu dengan kehadiran Lana.

Lana melangkan kaki nya menuju ranjang dimana Rista terbaring, lalu meletakkan kantung plastik yang di bawa nya di atas nakas di sebelah ranjang.

"Bagaimana kabarmu?" Suara Lana sedikit bergetar namun dengan senyuman yang sangat di paksakan.

Jika saja Rista bisa melihat bagaimana hancur nya hati Lana saat ini, dan andai saja Rista tau seperti apa rasa sakit yang saat ini coba Lana sembunyikan, tapi sayang Rista tak pernah tau, meskipun Rista melihat mata Lana yang berkaca-kaca kini telah hampir memenuhi mata nya dan mungkin sebentar lagi air itu akan jatuh menuju pipi Lana, tapi itu hanya sebagian kecil dari rasa sakit yang Lana tanggung saat ini.

"Maaf, aku seperti nya harus kekamar mandi sekarang" Lana berlari menuju kamar mandi yang terletak di pokok sebelah kanan ruangan itu, ia tak mempedulikan Rista yang terus memanggil nama nya.

Brakkk

Suara pintu yang di tutup dengan kasar, itu sedikit mengagetkan Rista, kini pandangan nya nanar menuju pintu kamar mandi di mana Lana berada.

Sementara itu Lana kini bersandar di balik pintu, dengan bibir yang ia gigit bahkan ia takkan peduli bila bibir nya berdarah yang ingin ia lakukan saat ini adalah menangis dan ia tak ingin Rista mendengar nya.

Perlahan tubuhnya mulai turun hingga membuat nya berjongkok, rasa dingin tak berasa untuk nya, yang ia rasakan hanya rasa sakit di dadanya, yang menyesakan hingga membuat air mata berharga nya kini berjatuhan bahkan kini mengalir menuju pipi nya dan berakhir di lantai kamar mandi.

Setelah beberapa saat Lana merasa Kepala nya sedikit pening karena terus menangis terus menangis, dan kaki nya terasa mati rasa karena terlalu lama berjongkok dan dingin dari lantai kamar mandi yang lembab.

Dengan sedikit kesulitan Lana berjalan menuju wastafel, ia memperhatikan matanya yang sembab, lalu mencuci mukanya afar terlihat tak terlalu menyedihkan, setelah membereskan rambut nya ia pun melangkah keluar kamar mandi dengan sedikit menundukkan kepalanya.

Rista sedikit terkesiap saat mendengar pintu kamar mandi di buka setelah hampir satu jam Lana di dalam sana.

Rista terus memandangi Lana yang kini berjalan mendekati nya dengan keadaan yang berantakan, matanya sembab dan di bibirnya terdapat luka yang masih mengeluarkan sedikit darah.

"Ta, maaf ya kaya nya aku harus langsung pulang deh" lirih Lana saat berada di samping ranjang Rista.

Rista pun bangkit dari tidurnya dan menyenderkan punggungnya pada sandaran tempat tidur, Rista memegang tangan Lana dan menatap lekat matanya.

Seperti terhipnotis Lana diam manik mata biru Rista mengunci tatapannya,  Rista membawa tangan Lana ke atas pahanya dan mengelus punggung tangan itu dengan ibu jarinya.

"Arlana" lirihnya dengan tatapan tertuju pada tangan nya dan tangan Lana yang masih setia bertautan di atas pahanya.

"Hum" hanya itu yang keluar dari mulut Lana sebagai jawaban karena saat ini entah kenapa ia merasa tenggorokan nya sangat kering.

"Kamu mau nemenin aku seharian ini, aku janji setelah ini aku takkan meminta apapun lagi dari mu" Kalimat ambigu itu membuat Lana terdiam sejenak, sempat terlintas dipikiran apakah setelah ini Rista akan meninggalkan nya lagi, tapi pikiran itu langsung ia tepis jauh-jauh.

"Aku boleh minta peluk ga" lanjut Rista sambil menunduk karena malu dengan apa yang baru saja di katakan nya.

Lana tak menjawab ia hanya mendekatkan tubuhnya ke arah Rista dan sedikit menarik Rista kedalam pelukannya.

Rista tak menolak ia menyandarkan kepalanya di dada Lana, memeluk pinggang Lana, dan memejamkan matanya mencoba menyesapi aroma khas tubuh Lana yang berbau seperti coklat, bibir nya tersenyum saat suara detak jantung Lana terasa sangat jelas di telinga nya dan tangan Lana yang mengelus lembut pucuk kepalanya.

Nyaman, tenang, damai bahkan Rista merasa bahwa seluruh beban di hidup nya kini menguap dan hilang begitu saja, rindu yang ia tahan bertahun-tahun kini rasanya mulai tercurah kan.

Lana terkesiap saat Rista mendongakkan kepalanya dan melepaskan pelukannya.

"Kepala aku pusing pengen bobo, kamu juga bobo sama aku ya" manja Rista sambil sedikit menggoyangkan lengan Lana.

Sebuah senyuman terukir manis di bibir Lana ketika mendengar rajukan dari gadis yang baru saja mematahkan hati nya, namun ia hanya bisa diam memendam rasa sakit nya, di balik senyuman itu ia sembunyikan semua rasa sakit dan luka di hati nya, ia hanya berusaha kuat meski pun sebenarnya ia sangat rapuh, ia tak ingin gadis di hadapannya tau, cukup ia yang merasa hancur, cukup ia yang merasa sakit, ia rela berkorban demi cintanya, tugasnya mencintai dan berusaha menjadi yang terbaik untuk Rista tak apa jika Rista tak membalas perasaan nya, melihat senyum gadis itu setiap hari sudah cukup bagi nya, meskipun ia harus menahan setengah mati rasa cemburunya dan mengubur semua ego nya, semua itu Lana lakukan hanya untuk nya gadis yang sangat ia cintai.

Rista sedikit menggeser tubuhnya ke kanan memberi Lana ruang untuk berbaring. Lana pun naik ke atas ranjang dan berbaring di sebelah Rista, ia tak menolak saat Rista menjadikan lengannya sebagai bantal dan memeluk pinggang nya, darah nya mendesir saat Rista menempel kan bibir nya di leher Lana dan sedikit menyesapnya.

Rista terkekeh saat melihat Lana memejamkan matanya karena ulah sedikit nakal nya, ada rasa aneh menjalar di setiap aliran darah nya, yang membuat jantung nya bekerja lebih cepat hingga membuat napasnya sedikit memburu.

Lana sedikit memalingkan wajahnya ke arah kiri karena wajahnya terasa sedikit panas saat Rista terus menatapnya dengan intens.

Rista tertawa melihat wajah Lana yang merona merah, sangat berbeda dengan Lana yang sedang memejamkan mata karena menahan malu, ini adalah kali pertama untuk nya berada di posisi intim dengan seseorang, karena selama ini Lana selalu menjaga hati dan tubuhnya hanya untuk Rista, cinta menguat kan nya menunggu waktu seperti ini.

Lana sangat sadar bahwa ia takan memiliki Rista sepenuhnya terlebih ada lelaki itu, mungkin Lana mendapatkan hati Rista tapi laki-laki itu menjanjikan masa depan yang jelas dan hubungan yang di akui oleh masyarakat tak seperti dirinya yang hanya memiliki rasa sayang dan cinta yang begitu besar dan juga ambisi untuk selalu membahagiakan nya.

Napas beraturan kini menerpa lehernya ia tersenyum saat melihat Rista telah terlelap dengan kepala yang berada di ceruk leher Lana, perlahan mata Lana pun mulai berat dan tertutup, helaan napas yang damai menjadi pertanda ia pun menyusul Rista ke alam mimpi.

TomboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang