Adan subuh berkumandang dengan merdunya, kota metropolitan yang biasanya selalu macet dan panas, kini jalanan tampak lengang hanya sesekali saja kendaraan lewat, mungkin karena hari masih cukup gelap untuk orang-orang memulai aktivitas nya.
Lana menggeliat pelan, tangan kanannya terasa berat, perlahan matanya pun terbuka, ia beberapa kali mengerjapkan mata nya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke kornea mata nya.
Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamar yang berwarna putih, ia mengedarkan pandangannya, ia bingung ini bukan apartemen nya.
Ia memejamkan matanya lagi lalu mengumpulkan nyawanya yang tercerai berai dan mencoba mengingat yang terjadi semalam.
Ia membuka matanya setelah mengingat semua nya, ia membalikkan badannya kearah kanan hingga ia berhadapan dengan gadis yang saat ini tertidur dengan nyenyak berbantalkan lengan kanannya.
Senyum Lana tersungging menatap wajah damai gadis yang sangat di cintai nya itu, namun senyum itu lenyap saat ia mengingat bahwa mungkin sebentar lagi ia akan kehilangan gadis itu, perkataan Rista yang mengatakan bahwa ia tengah mengandung anak dari Tirta terngiang kembali.
Jangan pernah tanya kan kabar hati nya, karena yang pasti ia sudah tak berbentuk, Lana sedikit mengangkat kelapa Rista dengan pelan-pelan dan menarik tangan kanan nya yang sedikit kebas dengan hati-hati pula karena ia tak ingin Rista terbangun.
Ia bangkit dan terduduk di atas ranjang hingga membuat selimut yang menutupi seluruh tubuhnya dan Rista sedikit terangkat, kini ia bisa melihat bahwa pakaiannya dan Rista berantakan karena ulah panas mereka semalam, jas nya berada di atas bantal, kemeja yang tidak terkancing, bra yang pengait nya lepas, dan juga celana yang ia kenakan resleting nya terbuka.
Selama beberapa saat ia termenung, kepala nya terasa berat, hingga tanpa sadar ia meremas kuat dan menarik rambut nya, semua kenyataan ini menyakiti nya, perjuangan dan penantian nya berakhir sia-sia.
Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundak nya, Lana diam, mencoba mengatur napasnya.
"Lan" darah Lana mendesir mendengar suara serak khas bangun tidur Rista, jantung nya berdegup kencang dan ada sesuatu yang tidak dia mengerti kini menggelora dalam dirinya.
Tanpa aba-aba Lana membalik tubuh nya dan memeluk Rista, menenggelamkan wajahnya di tengkuk Rista.
Rista yang awalnya kaget karena pelukan tiba-tiba Lana kini membalas pelukan itu dan mengusap pelan punggung nya.
"Lan, aku ga akan maksa kamu buat kembali sama aku lagi, walaupun aku begitu menginginkan mu" Rista membuang napas panjang lalu sedikit merenggangkan pelukan mereka.
Rista tersenyum kecil melihat gadis di hadapannya menunduk, sangat menggemas, kedua tangan nya berada di pundak Lana, lalu kedua tangan nya berpindah mengancingkan baju Lana dan kemudian merapihkan rambut Lana yang berantakan karena di tarik kuat tadi.
Lana kembali memeluk tubuh Rista setelah Rista selesai merapihkan rambut nya.
Hening
Hanya terdengar suara jarum jam dan jantung mereka yang berdetak cepat.
"Ta, setelah keluar dari rumah sakit kamu akan ke mana?" Tanya Lana hati-hati.
"Hum, mungkin ke apartemen novi, lan"
Lana mengangkat kepalanya dari dada Rista lalu menatap lekat wajah Rista, Rista yang di pandang seperti itu merasa salah tingkah dan segera memalingkan wajahnya ke arah jendela.
"Kenapa ke apartemen novi?" Tanya Lana lagi dengan pandangan yang ia arahkan juga ke jendela mengikuti pandangan Rista.
"Lan, sebenarnya aku juga baru satu bulan tinggal di Indonesia" Rista menghela napas berat lalu kedua tangan nya memegang pipi Lana, pandangan Lana pun kembali kepada gadis di depannya itu, saat mata mereka bertemu jantung Lana kini berulah lagi, dan darahnya mendesir dengan hebat tapi entah kenapa ia sangat menyukai mata biru Rista itu, ia masih bergeming menyelami mata indah itu dan menunggu apa yang akan di katakan Rista selanjutnya.
"Aku..aku kabur ke Indonesia sehari setelah Tirta memperkosa ku" lanjut Rista dengan suara bergetar dan kepala yang menunduk, Lana tersentak, darah nya terasa mendidih, amarah kini menguasai nya, kulit wajah nya yang putih mulus kini terlihat memerah dengan rahang yang mengeras dan sorot mata yang tajam pertanda ia berada di puncak amarahnya.
Ia kembali mendekap erat tubuh Rista, membuat tangis Rista pecah, jujur saja munafik rasanya jika ia mengatakan bahwa ia rela Lana benar-benar pergi dari nya karena hatinya berkata bahwa ia sangat mencintai Lana dan menginginkan Lana kembali kepada nya namun lagi-lagi kenyataan menampar keras keegoisan nya itu, ia merasa sangat kotor dan merasa tak pantas untuk Lana apalagi kini ia tengah berbadan dua.
Usapan lembut Lana di punggung nya membuat ia merasa sedikit tenang dan kini tangisnya sudah mereda.
"Ta, aku ga peduli dengan masa lalu kamu, bagi ku yang terpenting adalah saat ini kamu kembali kepada ku" lirih Lana saat merasa bahwa Rista telah berhenti menangis.
"Ta..tapi aku hamil lan" rengek Rista sambil melepaskan pelukan mereka.
Lana tersenyum tulus lalu mengusap sisa air mata Rista.
"Kita akan besarkan anak ini bersama" pandangan dan tangan Lana kini terarah menuju perut Rista yang masih rata, di usap nya perut itu dengan lembut dari luar baju yang di kenakan oleh Rista.
Rista diam tak bergeming, hati nya menghangat mendengar kata-kata Lana barusan, walaupun sebenarnya ia tak yakin mengingat bahwa semua tidak akan semudah dan sesederhana itu.
Rista menggenggam tangan Lana yang tadi mengusap perut nya, lalu tersenyum manis.
"Lan, kamu pikirin dulu semua nya baik-baik, masa depan kamu masih panjang, jangan sampai nanti kamu menyesal di kemudian hari karena mengambil keputusan yang tidak tepat, jangan korbanin masa depan kamu hanya buat orang kotor kaya aku, suatu saat nanti akan ada wanita yang lebih pantas dari aku buat kamu" ucap Rista panjang lebar dengan senyuman yang tak luntur dari bibir nya.
Lana menggeleng, ia sangat tak setuju dengan ucapan Rista barusan.
"Engga ta, aku siap menanggung segala kemungkinan yang akan terjadi, termasuk aku siap bertanggung jawab atas bayi yang ada dalam kandungan kamu, aku cinta, aku sayang sama kamu, dari dulu sampai sekarang perasaan aku ga pernah berubah buat kamu, perasaan aku masih sama seperti empat tahun yang lalu"
"Tapi.." ucapan Rista terhenti saat jari telunjuk Lana menyentuh bibir nya.
"Aku ga mau tersiksa lagi jauh dari kamu ta, kamu ga tau kan gimana tersiksa nya hidup aku selama empat tahun jauh dari kamu? Cukup empat tahun aku hidup tanpa tujuan dan merasa hampa, kamu tau? Setiap saat rindu itu menggerogoti tubuh ku dan hampir membuat ku gila" Lana menjeda ucapan nya mengusap air mata yang tiba-tiba keluar dari mata nya.
"Selama di Jerman aku beberapa kali menjalin hubungan dengan wanita lain, namun tak ada yang bisa gantiin posisi kamu di hatiku, dan kini kamu kembali, aku ga mau kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya, jadi ku mohon hormati keputusan aku, ini jalan yang aku dan hatiku pilih, jalan untuk kembali kepada mu"
Rista diam ia tak tau harus berkata apa sekarang, dan ia berharap ini bukan mimpi namun jika ini mimpi maka ia berharap tak pernah bangun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy
RomanceBagi kalian yang Homophobia dan di bawah umur hati-hati karena cerita ini mengandung unsur Yuri dan pornografi.. dosa tanggung sendiri ya (author ga tanggung jawab Poko nya😄😄)