Sebuah lagu milik Taeyang yang berjudul eyes nose and lip mengalun lembut dari MP3 player yang berada di apartemen Lana.
Lana sedikit memejamkan mata, berlahan bibir nya bergerak menirukan lirik lagu itu, napasnya sedikit berat, rasa sesak kini merasuk di dadanya dan membuat air mata nya berlinang tanpa ia sadari.
Ia hapus air mata itu dengan ujung lengan baju nya dengan kasar, matanya kini terasa buram karena air mata yang menggenang di pelupuk mata, namun ia masih melanjutkan mengetik dan membaca huruf dan angka yang tertera di layar laptop nya meski harus berkali-kali mengusap air mata yang menghalangi pandangan nya.
Jam di dinding ruangan tamu telah menunjukkan pukul satu dini hari namun nampaknya sang pemilik apartemen itu seperti enggan untuk terlelap.
Gadis itu masih tetap setia dengan tumpukan kertas dan laptop di depan nya, meskipun masih saja air mata nya mengalir tapi ia tetap melanjutkan aktivitas nya.
15 menit kemudian air mata nya berhenti menetes, ia menutup laptopnya yang berada di atas meja setelah beberapa kali membaca dan memastikan bahwa tidak ada yang salah.
Matanya merah dan sembab kemudian ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan menutup mata nya dan berharap besok pagi rasa sesak yang memenuhi dadanya telah hilang.
Perlahan napasnya mulai teratur pertanda ia telah pergi ke alam mimpi.
*****
Dering alarm ponsel terdengar sangat nyaring, membuat mata Lana terbuka seketika, beberapa kali ia mengerjapkan mata, dan mengumpulkan nyawanya yang tercerai berai, tangan nya terhulur mengambil ponsel di atas meja ruang tamu yang tak jauh dari nya, dan mematikan alarm.
Ia bangkit lalu menguap sambil meregangkan otot-otot nya yang terasa kaku karena semalaman ia tidur di sofa hingga menimbulkan suara dari tulang-tulang sendi nya.
Sejenak Lana mengarah kan pandangan nya kearah jendela yang saat itu tengah memperlihatkan sang raja siang sedang merangkak naik menuju peraduan nya, dari bibir tipisnya senyum Lana tersungging seakan lewat senyuman nya ia mengatakan selamat pagi kepada dunia.
Setelah puas memandangi matahari terbit Lana melenggang menuju kamar tidur mengambil handuk dan baju lalu melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
30 menit kemudian Lana telah siap dengan celana hitam katun yang tak terlalu ketat kemeja putih yang ia masukan kedalam celana, sebuah jas yang berwarna serasi dengan celana nya, dan sepatu pentopel yang juga berwarna hitam yang membuat nya tidak terlalu feminim namun tak terlihat terlalu tomboy, karena lipblam dan make up tipis yang membuat nya semakin menawan.
Setelah memeriksa dan memastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal Lana langsung bergegas berangkat kerja.
*****
Sebuah mobil Toyota Corolla yang berwarna hitam terparkir rapi berjejer dengan mobil lain nya.
Lana keluar dengan langkah yang sedikit terburu-buru hingga
Bruuukkk
Tubuhnya menubruk sesosok pria hingga tubuhnya sedikit mundur beberapa langkah, masih untung rasa nya ia tak jatuh.
"Maaf kamu ga papa?" Tanya si pria yang kini telah berada di depan Lana.
"Ah, tidak apa-apa maaf seharusnya aku lebih hati-hati" balas Lana sambil tersenyum agar pria itu tidak terlalu merasa bersalah lagian ini juga salah nya tidak memperhatikan jalan.
"Kamu beneran ga papa" ulang pria itu sambil memperhatikan Lana dengan seksama.
"Hum iya, maaf saya sedang buru-buru, mari" pamit Lana dan langsung meninggalkan pria itu begitu saja.
Saat memasuki kantor ada beberapa karyawan yang menyapa nya dan di balas anggukan dengan senyum kecil dari Lana.
Kaki Lana berjalan menuju pintu lift dan menunggu beberapa saat hingga pintu itu terbuka, Lana hanya diam dengan mata yang melotot dan tangan yang mengepal hingga kuku nya memutih.
Di depan nya berdiri seorang pria dengan pakaian khas kantor, pria itu tak kalah kaget dengan lana, dia mematung dan tak mengedip beberapa saat, Lana memicingkan mata menatap tak suka dengan aura kebencian berkobar di dalam dirinya.
Setelah rasa kagetnya hilang Lana masuk kedalam lift bersama dengan beberapa karyawan lain, jika bukan karena hari ini Lana sedang buru-buru dan ada seorang klien penting yang saat ini sedang menunggu nya, ia akan lebih suka naik tangga.
Beberapa menit penuh kecanggungan akhirnya Lana keluar dari lift itu, kakinya melangkah cepat menuju ruangannya, dan ia sangat berharap tak akan bertemu dengan pria itu lagi.
"Bu Lana," langkah nya terhenti saat ada seseorang yang memanggil namanya.
"Anda di tunggu di ruang meeting 10 menit lagi" sambung sekertaris nya itu.
"Hum iya"
Lana pun memasuki ruangan yang memiliki satu meja kerja lengkap dengan layar PC dan keyboard yang langsung menghadap ke arah jendela yang menyajikan pemandangan indah kota Bandung, dan satu meja lain lengkap dengan satu sofa panjang dan dua sofa singgel yang membentuk leter U.
Ia menaruh tas nya di atas meja, lalu menelpon sekertaris nya untuk menyiapkan beberapa berkas yang akan dia gunakan untuk meeting kali ini, meski usia Lana masih muda tapi ia sudah menjabat sebagai eksekutif di perusahaan asing yang bergerak di bidang batu bara dan minyak bumi, demi mendapatkan jabatan ini bukan hal mudah untuk seorang Lana namun berkat kegigihan dan kerja keras nya ia berhasil mendapatkan kedudukan yang cukup tinggi, bahkan ia bekerja sambil kuliah, dan terkadang hanya tidur beberapa jam saja dalam sehari.
****
Lana melangkah dengan gontai menuju ruangannya, perutnya terasa perih mungkin karena hari ini dia belum makan apapun untuk mengganjal perut nya, tapi untungnya meeting berjalan lancar dan ia bisa fokus meskipun harus setengah mati menahan lapar.Sekarang di sinilah ia di dalam ruangan yang bernuansa warna abu-abu, Lana mendudukkan pantatnya di kursi kerja nya, setelah sebelumnya meminta ob untuk membuat kan nya teh dan membeli kan makanan.
Punggungnya bersandar dan kepala nya menengadah keatas sementara matanya terpejam, pikiran nya menerawang jauh pada sang pujaan hati yang telah tiga hari ini tak di temui nya dan pertemuan nya dengan pria yang telah merebut Rista dari nya.
Bohong! Jika Lana tidak merasa cemburu saat melihat mereka, ia juga seorang manusia biasa, yang bisa merasakan sedih, sakit, marah, dan egois, namun lagi-lagi cinta membodohi nya bahkan otak cemerlang dan logika nya seakan tak berfungsi dan menjadi kan nya budak dari dia yang bergelar cinta, Lana dia hanya piawai memainkan peran nya bahkan bibir nya dapat tersenyum dan tertawa saat hati nya meraung-raung kesakitan, menjerit, dan menangis karena merasa sengsara, perlahan setetes air mulai mengalir dari sudut matanya, rasa sesak dan sakit di dadanya memaksa air itu keluar.
Tok..tok..tok
Ketukan pintu menyadarkan nya dari lamunannya, lantas ia mengusap matanya yang basah.
"Masuk" ucap Lana.
Tak lama seorang wanita masuk dengan membawa nampan berisi teh hangat dan sepiring nasi goreng.
Setelah meletakkan makanan itu di atas meja di depan sofa, wanita itupun pergi meninggalkan ruangan lana.Sepeninggal wanita itu Lana kembali terpaku menatap langit-langit ruangan nya.
"Harus sesakit ini kah mencintai mu? Tak bisa kah hanya aku yang memiliki mu? Tak boleh kah aku egois? Harus sampai kapan aku harus menahan sakit ini? Rista, taukah kau bahwa aku tak yakin dapat menahannya lebih lama lagi, rasanya terlalu menyakitkan. Clarista, boleh kah aku menginginkan dirimu untuk diri ku sendiri, aku tak ingin ada orang lain di hati mu selain aku, tolong biarkan aku egois untuk kali ini saja."
Bersambung
Ga tau kenapa nyesek sendiri author tiap nulis POV nya si Lana😭😭
![](https://img.wattpad.com/cover/195848900-288-k557973.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy
RomansaBagi kalian yang Homophobia dan di bawah umur hati-hati karena cerita ini mengandung unsur Yuri dan pornografi.. dosa tanggung sendiri ya (author ga tanggung jawab Poko nya😄😄)