Novi pov
Matahari telah tergelincir ke upuk barat sejak tadi, lampu-lampu yang berada di rumah-rumah, gedung-gedung, ataupun sudut jalan-jalan telah menyala.
Langit mulai gelap, bintang gemintang mulai berkelap-kelip bertaburan, memancarkan cahaya penuh pesona seakan menyombongkan diri pada langit yang gelap gulita. Bulan sabit menggantung ikut mengejek si langit malam namun membuat malam itu terasa lebih meriah dan lebih hidup.
Lampu-lampu kendaraan di jalan raya pun nampak seperti bintang gemintang yang berkelap-kelip sepanjang jalan utama, jalanan padat merayap, dan mungkin juga di beberapa titik terjadi kemacetan. Hum sangat tidak asing sebenarnya, kemacetan seperti sudah menjadi sebuah rutinitas untuk kota-kota besar, apalagi hari ini malam Minggu, pasti banyak muda-mudi yang menghabiskan malam ini dengan pasangannya.
Aku menatap jauh dari dinding kaca tebal, di lantai 16 sebuah gedung perkantoran sebuah agensi tempat aku bernaung, menjadi salah satu artis mereka. Sebuah ponsel pintar tergenggam di telapak tangan kananku, ponsel itu menyala, memperlihatkan sebuah kontak dengan nama "beautiful Agatha" yang menampilkan foto profil seorang wanita dengan gaun putih selutut sedang berdiri di tepi pantai, memandang ke tengah laut, rambutnya tergerai indah berkelebat terbang oleh angin.
Aku memandang layar ponsel ku untuk kesekian kali, menghela nafas lagi. Sudah lebih dari sepuluh kali aku melakukan hal yang sama, terhitung dari sore tadi. Niat hati ingin mengajaknya untuk menghabiskan malam ini bersama, makan malam? Mungkin. Nonton bioskop di lanjut main di Timezone? Hum boleh juga. Tapi apakah dia mau?, Bagaimana jika dia sibuk?, Bagaimana jika ternyata dia sudah ada janji dengan orang lain? Hum temannya mungkin? Atau gebetan nya?.
Aku pesimis sekali, payah.
Apa benar bahwa aku telah jatuh cinta kepadanya?.
Pertanyaan itu kini hinggap ke dalam pikiranku.
Atau aku hanya merasa tertarik saja kepada nya?
Hah urusan hati memang memusingkan.
Aku beranjak menuju sebuah meja kerja yang berjarak tiga meter dari tempat ku berdiri tadi. Menyambar sebuah tas di samping sebuah laptop yang berada di atas meja. Ku langkahkan kaki keluar dari ruangan ini menuju sebuah lift yang berada tak jauh dari ruangan tadi.
*****
Aku menepikan mobil ku di sebuah parkiran mini market. Aku mengenakan jaket kulit berwarna coklat tua, aku mematut penampilan diri di cermin berukuran sedang yang selalu ada di dalam dasbor, memastikan make up ku tetap oke dan penampilan ku tetap fashionable. Untuk seorang pablik pigur seperti ku penampilan itu memang penting, karena semua akan menjadi sorotan, dari make up, rambut, baju, bahkan ada kalanya sepatu dan kacamata pun jadi trending topik.
Setelah memoleskan lipstik aku keluar dari mobil, berjalan memasuki mini market.
15 menit berlalu aku keluar dari mini market dengan menenteng sebuah tas belanja yang bergambar Doraemon dengan logo sebuah mini market, huppp.. aku terpaksa membeli tas belanja itu karena si kasir mini market yang jutek itu tidak memberi ku kantung kresek dan memaksa ku untuk membeli tas belanja ini.
Aku terus berjalan menyusuri trotoar mobil ku masih ada di parkiran mini market tadi, tujuan ku adalah sebuah taman yang tak terlalu jauh dari mini market tempatku belanja tadi.
Aku mengedarkan pandangan, mencari tempat yang strategis untuk ku duduk. Hingga aku menemukan sebuah bangku yang terbuat dari pipa-pipa besi tersusun yang di cat berwarna kuning di sebelah sebuah pohon rindang dengan daun memanjang yang tidak ku tahu namanya.
Aku mendudukkan pantat ku di bangku yang telah ku pilih sebelumnya, membuka tas belanja yang sejak tadi menemani ku, mengambil sekaleng minuman soda, lantas membuka nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy
RomanceBagi kalian yang Homophobia dan di bawah umur hati-hati karena cerita ini mengandung unsur Yuri dan pornografi.. dosa tanggung sendiri ya (author ga tanggung jawab Poko nya😄😄)