Rista POV
Ibu mana yang bisa menerima anaknya berbeda?
Ibu mana yang bisa menerima dengan lapang dada saat tau anaknya menyimpang?
Jika pun ada pasti mengalami banyak hal untuk di pertimbangkan
Jika pun ada pasti mengalami pergolakan batin yang hebat sebelum akhirnya menerima.
Itu juga yang terjadi pada mama.
Aku mencoba mengerti, begitu pun mama.
Aku tau mama sangat menyayangi ku. Mama hanya takut aku akan mendapat banyak kesulitan karena aku berbeda. Mama takut aku di asingkan karena orientasi seksual ku.
Sama halnya dengan mama dulu.
Dia di asingkan oleh keluarga, bahkan kakek dan nenek ku memaksa mama untuk menikah dengan seorang pria yang tak pernah sama sekali di cintai nya, pria itu papaku.
Meskipun pada akhirnya mama menyerah pada keadaan dan dirinya sendiri. Sekuat apapun mama mencoba, mama tak pernah bisa mencintai papa. Itu salah satu alasan mengapa mama pergi. Dan malam itu banyak sekali rahasia masa lalu yang terungkap. Termasuk kisah tentang perempuan yang bernama Sella, kekasih mama. Mama menceritakan nya dengan sesegukan, seolah kisah mereka adalah kisah yang paling tragis.
Dimana mereka harus terpisah karena restu orang tua. Dan Tante sella harus merelakan gadis paling di cintai nya menikah dengan orang lain. Lalu pergi ke belahan dunia lain dan berharap bisa melupakan kekasihnya yang telah menjadi istri orang itu. Namun pada akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali setelah belasan tahun lamanya mereka berpisah. Dan hal yang mengejutkan adalah perasaan mereka masih sama seperti terakhir mereka bertemu.
Papaku yang tempramen, ringan tangan, juga tukang selingkuh menjadi poin kesekian yang mendorong mama pergi kembali kepada Tante sella. Dia mencari kebahagiaan nya sendiri meskipun harus meninggalkan ku.
Malam itu, saat mama mengungkapkan kekecewaannya kepada ku. Mama juga meminta maaf dengan penuh penyesalan karena telah meninggalkan ku waktu itu. Dengan harapan bahwa mama akan membawa ku dari papa setelah aku mulai mengerti pada pilihan nya untuk meninggalkan kami.
Namun naasnya saat mama menjemput ku, papa telah lebih dahulu membawa ku ke negara asalnya, Inggris.
Bertahun berlalu sejak kejadian itu. Aku berjalan dengan kaki mengayun pelan, jantung ku berpacu dengan semakin dekat nya jarak pintu. Lana berjalan di samping ku dengan Kinan dalam gendongannya, tangannya sedari tadi tak lepas menggenggam telapak tangan kiri ku.
Hari ini mama serta Tante sella mengajak kami makan malam di rumah beliau. Aku serta Lana dengan senang hati meng-iyakan ajakannya, lagi pula aku penasaran dengan sosok Tante sella yang di ceritakan mama tempo hari.
Sampai di pintu, aku mengetuk nya pelan, penuh keraguan. Banyak hal berkecamuk dalam pikiran ku, tentang sosok kekasih ibuku itu.
Tak lama pintu terbuka. Menampilkan seorang wanita seusia mama yang berdiri dengan anggun dan senyum lebarnya. Beberapa giginya gingsul memberi kesan manis serta ramah untuk wanita ini.
Wanita itu menyambut kedatangan kami dengan sumringah, lalu kami di persilahkan masuk, dan duduk di sofa panjang di ruang keluarga.
Mataku nyalang, menjelajahi seluruh ruangan. Ruangan ini tidak terlalu luas namun sangat nyaman. Ada dua lukisan menggantung di dinding, lukisan yang ku tebak berharga miliaran itu tidak terlalu besar namun sangat indah, sebuah lampu gantung yang seperti susunan berlian menggantung indah di langit-langit, serta beberapa vas keramik yang terletak di beberapa sudut ruangan, pencahayaan nya tidak terlalu terang tetapi tidak redup.
Mama berjalan, dengan sedikit tergesa dari arah sebuah pintu yang seperti menghubungkan ke dapur.
"Akhirnya kalian datang juga" sambutnya.
Dia memelukku, menciumi kedua pipiku. Dan hal itu pun terjadi pada Lana yang terlihat sedikit malu-malu di perlakukan seperti itu. Lalu mama menciumi pipi Kinan berkali-kali.
"Hum cucu Oma wangi banget" Kinan menggeliat pelan dalam pangkuan Lana. Tangan mungilnya menggapai-gapai pada rambut mama yang terurai mengenai pipinya.
"Rista Lana, perkenalkan ini Sella" mama mengenalkan Tante Sella, aku menjabat hangat tangan nya yang terhulur, begitu juga Lana. Sedangkan pada Kinan tante Sella mencubit dan mencium gemas pipinya.
Setelah acara perkenalan itu, kami langsung di ajak pada acara inti yaitu makan malam. Suasana di meja makan sangat terasa hangat, apalagi Tante Sella yang ternyata mudah bergaul dan berbaur dengan percakapan kami.
Semuanya terasa berjalan menyenangkan. Baik aku ataupun mama sudah menerima kondisi satu sama lain. Aku yang menerima Tante Sella menjadi pendamping mama dan mama yang menerima Lana menjadi bagian dari keluarga kecil kami.
Dari percakapan kami yang mengalir aku tahu bahwa mama dan Tante Sella yang memasak hidangan malam ini. Juga tentang Tante Sella yang juga seorang chef yang sekarang sedang fokus dengan bisnis kuliner nya.
"Jadi rencana kalian kedepannya bagaimana?" Tanya mama. Sambil mengambil Kinan dari pangkuan Lana.
Aku yang sedang membantu Tante Sella membereskan piring, sedikit terhenyak.
Jika di pikir-pikir aku belum merencanakan tentang kehidupan kami ke depannya, karena aku pikir hidup ku dan Lana sampai saat ini baik-baik saja. Setidaknya kami tidak kekurangan apapun.
Aku melirik Lana, yang seperti tengah menggigit bibir bawah bagian dalam. Pertanda jika dia sedang berpikir.
"Hum, mama jika mama mengijinkan saya akan menikahi Rista"
Kini fokus ku pada tumpukan piring yang ku susun benar-benar teralihkan. Mataku menyipit memandang Lana, sedang Lana hanya tersenyum.
"Oh ya, tentu saja saya akan sangat setuju Lana, saya merasa tidak akan ada yang bisa menghadapi segala kelakuan Rista sekuat dan sesabar kamu"
Mama tertawa pelan. Seakan apa yang di ucapkan Lana dan di katakan nya adalah sebuah hal yang lucu.
Aku mendelik "aku tidak seburuk itu mama" sungutku.
Sedang mama kembali tertawa.
"Kamu anak mama, mama tau sekali sikap kamu" mama tersenyum simpul ke arah ku. Membuat ku ikut tersenyum. Ya, dia ibuku. Ibu yang melahirkan ku. Ibu yang membesarkan ku. Namun dia lupa bahwa anaknya ini sudah bukan anak kecil lagi.
"Jangan terlalu memojokkan nya Risa" hardik Tante Sella kepada mama, suaranya yang lembut mengalun di seluruh ruangan. Aku sedikit menjulurkan lidah, mengejek mama yang tak berkutik berhadapan dengan Tante Sella.
Mama sedikit memanyunkan bibir, mungkin kesal karena Tante Sella lebih membela ku. Huh dasar ga nyadar umur!!
"Lana apa kamu yakin akan menikahi gadis yang kekanakan ini?" Ejek mama lagi.
Lana melirik ke arahku lalu terkikik geli.
"Selama lebih dari lima tahun saya mencintainya dan saya berharap akan terus mencintai dia hingga penghujung hembusan nafas saya"
"Ahh manis sekali anak muda"
Lana sedikit menundukkan kepalanya, wajahnya memerah sampai telinga. Lanaku memang seorang pemalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy
RomanceBagi kalian yang Homophobia dan di bawah umur hati-hati karena cerita ini mengandung unsur Yuri dan pornografi.. dosa tanggung sendiri ya (author ga tanggung jawab Poko nya😄😄)