Dua jalan

856 49 2
                                    

Sore itu langit mendung, awan hitam menutupi langit, air hujan seakan telah menyiapkan diri untuk terjun dan melebur dengan tanah menjadi lumpur.

Di sebuah ruangan inap rumah sakit ada dua gadis diam dalam kebisuan, salah satu gadis itu terbaring lemah di ranjang lengkap dengan selang infus yang menempel di tangan kirinya dan gadis lainnya hanya duduk di sebelah kanan ranjang dan menatap nanar gadis di depannya.

Rista menghirup udara sebanyak yang ia mampu, lalu mengarahkan pandangannya ke arah jendela.

"Lan, jujur aku sayang banget sama kamu, aku juga takut buat kehilangan kamu," Rista menjeda ucapan nya saat tangan Lana menggenggam erat tangan nya, matanya tiba-tiba sangat panas namun sebisa mungkin ia tahan, ia tak ingin terlihat lemah dan menyedihkan di hadapan orang yang di cintai nya.

"Di..dia mantan tunangan aku lan, hikc" akhirnya tangisnya pecah.

"Lan, aku ga cinta sama dia, yang ada di hati aku itu kamu, tapi apa dayaku dia harus tanggung jawab atas perbuatannya" lanjut Rista lagi kini ia melempar pandangan nya ke arah Lana.

Jleb.. ada benda tajam yang kasat mata kini menancap dalam di hati Lana, dia diam mencerna ucapan gadis di depannya, berbagai pikiran negatif hinggap di kepala nya, membuat kepala nya sedikit pening.

"Jangan katakan kalo kamu..." Lana bahkan tak kuasa untuk melanjutkan perkataannya, ia takut, sangat takut jika apa yang ia pikirkan kini terjadi.

"Iya lan, aku hamil anak Tirta"

Darrrr, bagai tersambar petir di siang hari, tubuh Lana tiba-tiba terasa lemas ketegaran yang sedari tadi ia bangun kini runtuh mengahadapi kenyataan yang menyakitkan, ia memejamkan matanya rapat-rapat, berharap ini hanya mimpi dan besok pagi ia akan bangun dan melakukan aktivitas nya seperti biasa.

Namun sayangnya harapan itu hanya sebuah harapan kosong, ia harus menerima kenyataan itu karena itu bukan mimpi.

Keheningan kini kembali menjelma dia antara kedua gadis itu, keduanya terlihat sangat berantakan, tangisan lirih Rista menjadi selingan di antara kebungkaman Lana.

Kecewa, marah, kesal, sakit, nyesek semua nya melebur menjadi satu, satu hal yang pasti kini ia hancur.
Bagaimana tidak orang yang ia tunggu dari 4,5th yang lalu kini tengah mengandung buah cinta dengan pria lain.

Lana menyeka air matanya, dengan tangan lalu ia bangkit dari duduknya dan naik ke atas ranjang tempat Rista berbaring lalu memeluk Rista dari belakang, ia tak tau kenapa ia melakukan itu yang Lana tau saat ini dia ingin memeluk Rista dan tak ingin melepaskan nya.

Tangis Rista semakin kencang saat Lana memeluk nya namun ia pun membalikkan badan menghadap Lana lalu membalas pelukan Lana, dan menenggelamkan wajahnya di dada Lana.

"Aku ga pantes buat kamu, lan" lirih Rista semakin menenggelamkan wajahnya di dada Lana.

Lana sedikit merenggangkan pelukannya, lalu sedikit menarik dagu Rista agar menatap nya, ia mengusap mata Rista yang sembab karena menangis dari tadi, lalu ibu jari nya turun menuju pipi dan berakhir di bibir Rista.

Lana menggigit bibir bawah bagian dalamnya, jantung nya berdebar dan darahnya mendesir saat kulit nya menyentuh bibir Rista yang lembut dan sedikit basah.

Mata kini beralih ke bola mata Rista, Lana menelan ludah nya, tiba-tiba saja tenggorokan nya terasa sangat kering.

Chup.. entah siapa yang memulai kini bibir mereka menempel, perlahan bibir mereka mulai melumat dengan halus hingga lumatan itu berubah menjadi liar, tangan Rista kini mengalung di leher Lana dan tangan Lana kini mendekap erat pinggang Rista.

Lana melepaskan pangutan nya, saat ia merasa membutuhkan oksigen, dada nya naik turun dengan napas yang memburu dan pipi nya merona merah.

Rista hanya terkekeh melihat wajah Lana yang putih kini memerah, bagi nya kini Lana kelihatan sangat seksi!!! Apa lagi dengan bibir yang sedikit bengkak karena ulahnya tadi.

Rista mengusap bibir Lana jujur saja ia sangat ingin melakukan hal lebih dari sekedar ciuman dengan Lana, perlahan ibu jari nya bergeser sedikit ketengah, ia ingin kembali merasakan bibir lembut nan manis yang kini telah menjadi candu nya itu.

Rista menempel kan bibir mereka kembali, ia mulai kembali lumatan nya dengan lembut, tangan Lana yang berada di pinggangnya ia arahkan menuju dada nya, Lana yang kaget dan tak tau harus apa hanya menaruh tangannya tanpa melakukan pergerakan apa pun.

Rista yang sedikit kesal karena Lana tidak mengerti, sedikit mendorong bahu Lana yang awalnya miring ke kanan menjadi terlentang lalu ia merangkak naik dan berakhir ia menindih tubuh Lana, tanpa melepaskan pangutan nya.

Perlahan tangan nya kini bergerilya masuk ke dalam kemeja putih Lana, dan berakhir di dada Lana, lalu meremas nya dengan perlahan dari balik bra.

"Eummpp" Lana hanya bisa melengguh saat tangan nakal Rista menggerayangi dadanya.

Sedangkan Rista tersenyum penuh kemenangan mendengar lengguhan Lana, kini tangannya beralih kebelakang punggung Lana dan melepaskan kaitan bra nya.

Lana tercekat saat tangan Rista dengan nakal memilin puting nya, ia mencoba mengumpulkan kesadaran nya, ini tidak benar dan ini bukan waktu yang tepat.

Jujur ia terhanyut dalam permainan Rista dan ini adalah pengalaman pertama baginya, entah kenapa ia belum siap melakukan hal lebih jauh walaupun dengan Rista sekali pun, apa lagi mengingat ini di rumah sakit dan Rista masih sakit.

Lana mendorong bahu Rista dengan sedikit keras, Rista mengerang kesal saat kesenangan nya menciumi leher Lana kini harus terhenti.

"Ta, ini rumah sakit" ujar Lana pelan ia tak enak melihat Rista yang seperti kecewa pada nya.

"Terus kalo ini rumah sakit, kenapa?" Tanya Rista dengan sedikit sewot, karena kini ia sedang berada di puncak nafsu nya.

"Kamu masih sakit" jawab Lana polos.

Rista terkekeh, ia kemudian memeluknya, ia tau bahwa Lana sepertinya belum siap dan ia pun menebak bahwa ini yang pertama bagi Lana, terlihat dari Lana yang tadi banyak diam di banding dirinya yang begitu dominan.

"Aku besok boleh pulang ko sayang" bisik Rista tepat di telinga Lana, ia sengaja sedikit menggigit ujung telinga Lana karena ia begitu gemas.

Lana melepas pelukan Rista dan menatap matanya.

"Serius?" Tanya Lana.

"Hum" Rista mengangguk sambil tersenyum dengan manisnya.

Lana pun kembali memeluknya, menyalurkan rasa sayang dan kehangatan yang menjalar di tubuhnya.

"Kamu nginep ya, temenin aku bobo" pinta Rista dengan manjanya.

Lana tertawa pelan lalu mengelus puncak kepala Rista dengan sayang, sambil sesekali menciumi nya.

"Love you, honey" lirih Rista dengan mata terpejam dan tangan yang memeluk pinggang Lana dengan posesif.

"Love you too, clarista" timpal Lana lalu mencium kening Rista.

Lana ikut memejamkan mata, lalu di susul napas yang begitu teratur dari dua insan yang tengah di mabuk cinta tersebut pertanda mereka telah mengarungi dunia mimpi.







TomboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang