Kedatangan Arsen

527 39 2
                                    

"huh" Lana menyeka keringat yang menetes di dahinya dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya. Hari ini matahari terasa sangat terik menyebabkan udara terasa sangat panas. Lana yang baru saja pulang joging pun kini duduk di kursi depan rumah. Hari ini dia sengaja mengitari komplek perumahan yang baru saja mereka tempati, ya itung-itung buat pengenalan.

Sudah hampir dua Minggu mereka menempati rumah itu, sebuah rumah sederhana berlantai dua dengan tembok putih serta halaman yang luas berarsitektur minimalis modern, rumah itu salah satu dari deretan perumahan yang asri, banyak sekali pohon-pohon berjejer rapi sepanjang jalan bahkan di halaman rumah pun ada pohon rambutan dan pohon mangga, sebenarnya Rista tidak pernah merasa keberatan tinggal di apartemen namun Lana bersikukuh ingin mempunyai rumah dengan alasan lingkungan perumahan lebih baik bagi pertumbuhan anak mereka nanti dengan harapan anak mereka nanti akan tumbuh sama seperti anak-anak lainnya dengan bantuan sosialisasi dari lingkungan perumahan yang memungkinkan mereka banyak berinteraksi dengan tetangga, tidak seperti apartemen yang lebih banyak individual dan cenderung cuek, Lana merasa cukup puas karena ia membeli rumah itu dengan hasil keringatnya sendiri.

"Cape ya"

Lana yang sedang menunduk membuka tali sepatu nya,
Menengadahkan kepala, menatap Rista yang berdiri di belakangnya.

"Sedikit hehe" jawab Lana lengkap dengan cengiran nya.

"Haus ga? Kalo haus aku bawain minum" tawar Rista yang melihat lana yang begitu berkeringat.

"Tidak usah sayang, nanti aja aku ambil sendiri" ujar Lana, tangan nya sedikit menarik pergelangan tangan Rista agar Rista duduk di sampingnya.

Setelah Rista duduk, Lana mulai mengelus pelan perut Rista yang semakin membesar.

"Pagi menuju siang sayang" gumam Lana pelan.

Setelah puas mengelus, kini Lana menciumi perut Rista, yang menimbulkan semburat kemerahan di pipi Rista.

Drrrrttt...drrrrttt

Lana menghentikan aktivitas nya itu, saat sebuah panggilan masuk ke ponsel nya yang berada di atas meja.

Lana terlihat mengernyitkan dahinya melihat nomor yang tidak di kenal tertera di layar, Lana melirik Rista yang mengintip.

"Angkat saja, siapa tau penting" ujar Rista seraya tersenyum.

Lana menggeser tombol hijau, lantas menempelkan benda pipih itu di telinga kanan nya.

"Halo"

"Halo little sister, apa kau merindukanku?"

"Ka arsen" pekik lana saat mendengar suara bariton seseorang di sebrang sana, hingga membuat Rista sedikit kaget.

"Little sister bisakah kau menjemput kami di bandara sekarang?"

"Sekarang? apa kau serius?" Tanya Lana tidak percaya, karena sebelumnya arsen tidak memberi tahu mereka akan berkunjung ke Indonesia.

Arsen terkekeh kecil di seberang sana membayangkan wajah cengo adik nya.

"Of course, aku tunggu ya, ga pake lama!! Dah little sister"

Tutttt..

"Ada apa?" Rista tidak bisa menahan rasa penasaran nya melihat wajah keheran Lana.

"Sayang apa kau mau ikut menjemput seseorang di bandara?" Lana berdiri dari duduknya, melirik Rista.

"Siapa?"

"Nanti kamu juga akan tau, ayo siap-siap" Rista mengernyit heran, tidak mengerti melihat Lana yang kini telah berlalu menuju ke dalam rumah. Meskipun begitu tak urung Rista pun ikut menjemput seseorang yang setengah mati membuat nya penasaran tersebut.

TomboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang