Hujan

1.1K 62 4
                                    

4 year later

Tetesan air hujan kini mengembun di kaca jendela, tetesan demi tetesan mulai jatuh dan menyatu dengan tetesan yang lain.

Seorang gadis dengan Hoodie Nevi nya memandang kosong tetesan hujan itu, raganya memang berada di sini tapi tidak dengan jiwanya.

Ingatan nya kembali kepada kisahnya 4tahun silam di kota kembang ini.
Rasanya baru kemarin ia melangkah kan kakinya menuju Jerman meninggalkan kota ini.

Drrttt...drrttt..drrttt

Lana tersadar dari lamunannya, iya menoleh lantas mengambil handphone nya yang berada di atas meja tak jauh dari tempat nya berdiri saat ini, ia tertegun melihat nama yang tertera di layar handphone nya, sedetik kemudian dia menempelkan benda pipih itu di telinga kanannya.

"Halo"

"..........."

"Iya saya sendiri"

"............."

"Hah, iya saya kesana sekarang"

Lana bergegas mengganti bajunya dengan baju kerja nya, tak lupa dia sedikit memoles wajahnya agar tak terlalu terlihat pucat, beberapa kali ia melihat kembali penampilannya dari pantulan cermin memastikan bahwa penampilan nya tidak mengecewakan apalagi mengingat bahwa sore ini dia akan berhadapan dengan klien yang cukup penting.

Setelah memeriksa beberapa berkas dan memastikan tak ada yang tertinggal, Lana pun mengambil kunci mobil nya yang berada di atas meja kerjanya dan dengan sedikit terburu-buru ia berjalan menuju lift yang akan membawa nya menuju lantai dasar di mana letak parkiran berada.

+++++++
Hujan sudah berhenti sejak tadi, tapi udara dingin kini lebih terasa menusuk tulang, jalan becek, rumput basah, dan tetesan-tetesan embun menjadi kesenangan tersendiri bagi Lana.

Setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya di cafe tadi, Lana merasa enggan untuk langsung pulang ke apartemen nya, sudah lama sekali rasanya ia tak jalan-jalan menyusuri kota kelahiran nya ini.

Lagu-lagu dari radio di mobil nya menemani nya membelah jalanan kota kembang tersebut, sangat kebetulan sekali jalanan saat ini tidak seramai biasa mungkin mereka tak suka dengan udara dingin saat ini dan memilih untuk berdiam diri di rumah.

Lana mulai mengeratkan belezer nya karena ia mulai merasa linu di tulang nya karena kedinginan.

Akhirnya Lana memutuskan menepikan mobil nya di sebuah kedai yang tidak terlalu ramai karena ia merasa butuh sesuatu yang hangat, Lana pun melangkah kan kakinya memasuki warung tersebut.

"Pak, teh manis hangat satu sama mie kuah pake telornya juga satu" pesan Lana kepada seorang bapak memakai peci hitam yang sedang menyeduh kopi.

"Mangga neng" sahut si bapak itu dengan aksen bahasa Sunda yang khas.

Untuk sejenak Lana mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat duduk, dan memutuskan untuk memilih sebuah meja yang berada di pojok kanan yang menghadap ke jalan raya.

Tak lama pesanan nya pun datang, Lana menyantap makanan nya dengan tenang, di luar hujan mulai turun lagi bahkan sekarang sangat deras.

Beberapa kali ia melihat ponsel nya dan membalas beberapa pesan di ponselnya. Setelah makanan nya habis, ia pun membayar  makanan nya, Lana bergegas menuju mobil nya yang terparkir di depan kedai tersebut.

Untuk sejenak Lana terdiam, dia memastikan diri bahwa
Saat itu hujan gerimis dan udara juga sangat dingin hingga membuat Lana ingin segera sampai di apartemen nya dan bermanja-manja di tempat tidurnya.

Hingga tiba-tiba sudut matanya menangkap sesosok manusia yang tengah berlutut memeluk lutut di sebuah perhentian bus yang berada di seberang tempat parkir.

Untuk sejenak Lana terdiam, dia tak yakin jika dia manusia. Perlahan kakinya melangkah dengan penuh keraguan dan hati-hati.

Setelah cukup dekat barulah Lana tau jika sosok itu adalah seorang wanita, Lana diam dia bingung apa yang harus dia lakukan, tiba-tiba wanita itu mengangkat wajahnya.

Deg.. jantung Lana seakan berdetak kencang dan waktu seakan terhenti untuk sesaat, Lana diam memandang wanita yang selama 4tahun ini selalu memenuhi otaknya.

"Ri..Rista" Tampa sadar bibir Lana memanggil nya,

Brugkk, Lana memeluknya dengan erat hingga tetesan air kini telah berlinang di pelupuk matanya.

"Di..di..Ngin" suara lirih itu menyadarkan Lana bahwa baju Rista lembab mungkin karena air hujan yang turun sejak tadi.

Lana melepaskan pelukannya lalu memegang tangan Rista dan sedikit menggosok nya, untuk beberapa saat mata mereka beradu dan ada sesuatu yang hangat kini mengisi hati Lana.

Brugkk tubuh Rista sedikit terhuyung ke kanan, tapi beruntung lah Lana dengan sigap langsung memeluk tubuh itu.

"Rista" Lana memekik.

Untuk beberapa saat Lana terdiam, hangat terasa saat ia merengkuh tubuh mungil gadis di hadapannya.
Rasa nyaman yang telah lama tak ia rasakan kini ia dapat kan lagi dari gadis yang telah sangat ia rindukan, bertahun-tahun lamanya dan beribu-ribu mil jarak mereka terpisah tak pernah menggoyahkan rasa cinta nya dan tak pula meredup rindu nya, sebaliknya rindu dan cinta itu semakin besar dan kuat menggenggam hatinya.

"Rista" Lana mengelus punggung dan rambut Rista dengan pelan.

Lana sedikit merenggangkan pelukannya saat ia merasa Rista tak merespon ucapan nya.

"Rista" kali ini Lana sedikit menggoyangkan pundak Rista tapi iya tetap tak bergeming.

Rasa bingung dan panik kini melanda nya, pikiran negatif pun kini hinggap di otak nya, tanpa terasa cairan hangat kini membasahi pipinya, kembali ia rengkuh tubuh lemah di hadapan nya, suara tangis pilu nya kini menyatu dengan suara rintisan air hujan seolah langit pun ikut menangis bersama air mata Lana.

"Tolong" Lana berusaha sekuat tenaga berteriak sekencang kencangnya.
Tak lama ada beberapa orang datang menghampiri nya.

"Ada apa neng?" Tanya seorang pria berbaju kaos hitam dengan celana jeans yang berdiri di sebelah kanan Lana.

"Temen saya pingsan pak, tolong angkat ke mobil saya pak" dengan sedikit tersedu Lana mengiba kepada pria setengah baya itu.

Lalu dua pria itu mengangkat tubuh lemah Rista kedalam jok belakang mobil Lana, setelah memberikan beberapa lembar uang seratus ribu dan mengucapkan terima kasih Lana pun masuk kedalam mobil dan duduk di belakang kemudi.

Perih, terasa di hati nya melihat gadis yang sangat ia cintai kini tergolek lemah dan tak berdaya.

Tanpa terasa tetesan air bening mengalir dari mata nya menuju pipi dan jatuh di rok span yang ia kenakan.

Hujan sore itu kini telah mempertemukan nya dengan orang yang telah lama ia rindukan, bahkan saat ini Lana bingung untuk apakah ia menangis, apakah untuk kebahagiaan nya karena bertemu lagi dengan pemilik hatinya, atau kah untuk kesedihan karena luka dan rasa sakit di masa lalu dan melihat keadaan Rista sekarang?

Entah lah mungkin hanya tuhan yang tahu akan hal itu.

TomboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang