karena aku beruntung

972 43 2
                                    

Rista menggeliat pelan saat mendengar suara gemericik air dari kamar mandi, matanya masih terpejam, dia pun mengeratkan selimut putih tebal yang menutupi seluruh tubuhnya mencoba menghalau udara dingin yang menyapa nya pagi ini.

Entah kenapa, tapi ia merasa sangat malas hari ini, kepalanya terasa berat dan pusing, di tambah rasa mual yang membuat nya kini berlari menuju kamar mandi.

Tok...tok...tok...

Rista mengetuk pintu dengan sedikit tidak sabaran membuat Lana yang sedang membilas badan nya di bawah shower menghentikan aktivitas nya sejenak.

"Lan, buka pintu nya" teriak Rista.

Ceklek.. pintu pun terbuka kepala Lana menyembul dari balik pintu, dengan ekspresi keheranan dan rambut yang basah kuyup. Lana cukup kaget melihat Rista berdiri di depan pintu dengan keadaan belum berpakaian.

Rista langsung menerobos masuk, ia tak mempedulikan Lana yang berada di balik pintu terdorong kebelakang karena ulahnya, Rista pun langsung berlutut di depan kloset dan memuntahkan cairan kental yang cukup banyak.

Lana yang melihat Rista yang muntah-muntah tak tinggal diam, dia pun memegangi rambut Rista dan memijit pelan tengkuk nya. Rasa khawatir menderanya, ia tak peduli jika Rista kini melihat tubuh polos nya tanpa sehelai benang pun menutupi badannya, toh tadi malam Rista juga melihat nya, meskipun tetap saja Lana merasa malu.

Setelah Rista berhenti muntah Lana segera mengenakan handuk, lalu memapah Rista kembali ke dalam kamar dengan hati-hati, Rista yang merasa sangat pusing dan lemas langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Lana menatap khawatir Rista yang kini terbaring lemah di ranjang nya, di kecupnya kening Rista dengan sayang, ia tersenyum seraya menaikan selimut sampai dada Rista, lalu melangkahkan kakinya untuk mengambil air hangat di dapur.

Lana kembali ke kamar dengan segelas air hangat di genggaman tangan kanannya, "sayang bangun, minum dulu airnya" ujar lana lembut dengan tangan mengelus pipi Rista pelan.

Rista pun membuka mata, lalu duduk dan bersandar di sandaran ranjang di bantu Lana. Lana menyerahkan gelas berisi air hangat itu kepada Rista yang langsung di ambil dan di teguk beberapa kali.

"Are you oke?" Lana sangat khawatir melihat keadaan Rista saat ini.

"Aku baik-baik aja ko" Rista memberikan gelas kepada lana, Lana pun mengambilnya dan meletakkan nya di atas meja.

"Eh bukan nya kamu ini ada meeting ya hari ini?"

Lana buru-buru melihat jam yang menggantung di dinding kamar nya, ia menghela napas lega saat jam itu menunjukkan pukul 6.30 "tapi kamu gimana kalo aku ke kantor?"

Rista tersenyum lalu meraih tangan Lana lantas mengecupnya "aku ga papa ko beneran" ucapnya penuh keyakinan.

"Nanti kalo kamu muntah-muntah lagi gimana?"

"Nanti kalo aku kenapa-napa aku langsung telpon kamu atau aku nanti nyuruh Novi temenin aku" Lana lagi-lagi membuang napas nya, ia sebenarnya tak ingin meninggalkan Rista dengan keadaan sakit kaya gini tapi bagaimana lagi mengingat klien nya juga sangat penting, dan akan sangat berpengaruh untuk perusahaan ke depannya.

"Ya udah, kamu telpon aja Novi buat nemenin kamu" akhirnya keputusan itu yang di ambil Lana setelah mempertimbangkan banyak hal, setidaknya ia bisa sedikit tenang karena Rista takan sendirian di rumah selama ia pergi.

"Kamu cepet pake baju tuh nanti telat " suruh Rista dengan tangan mengibas seperti sedang mengusir Lana.

Lana terkekeh melihat tingkah gadis itu lalu tanpa ampun mencubit kedua pipi Rista dengan gemas, Lana melepaskan cubitan nya saat Rista membalas dengan mencubit perutnya.

"Huh sakit" keluh Lana sambil mengelus perut yang terkena cubitan.

"Hish sakit di perut mu tak ada apa-apanya dibandingkan sakitnya cubitan mu di pipiku" timpal Rista yang merasakan panas di kedua pipinya.

"Hehe iya maaf, abis nya kamu gemesin banget" kekeh Lana, senyuman tidak terlepas dari bibirnya sedari tadi. Bahagia? Tentu saja ia sangat-sangat bahagia saat ini karena kehadiran gadis yang mencuri hatinya dari 4th yang lalu itu.

"Ya udah, aku siap-siap dulu ya" Lana pun melenggang menuju lemari, memilih baju yang akan di pakai nya hari ini dan memakai nya di kamar mandi, hum meskipun Rista sudah melihat seluruh bagian tubuhnya tetap saja Lana merasa malu jika harus berpakaian di depan Rista.

15 menit berlalu Lana keluar dari kamar mandi dengan blazer hitam dan kemeja pink serta celana bahan yang senada dengan blazer nya, memang tidak terlalu feminim tapi juga tidak terlalu boyish karena rambut bergelombang nya terurai indah dan make up natural menghiasi wajahnya.

Rista tersenyum menatap Lana yang kini berjalan ke arahnya dengan senyum manis di bibir nya, hatinya terasa menghangat dan jantungnya berdebar, ia sangat menyukai penampilan formal Lana, hummm.... rasanya sangat berbeda saat melihat Lana hanya mengenakan celana bokser dan kaus oblong jika berada di rumah, saat ini Lana terlihat sangat dewasa, cantik, auranya terasa misterius, dan di mata Rista Lana saat ini sangat menawan.

"Ta, kamu udah telpon Novi?" Tanya Lana sambil mendudukkan pantat nya di ranjang tepat di samping Rista.

"Udah tadi yang, katanya sebentar lagi dia otw"

Lana mendudukkan pantat nya di samping Rista, ia menatap lamat-lamat perut Rista yang mulai terlihat sedikit membesar, Lana tersenyum lantas tangan nya mulai mengusap lembut permukaan perut Rista lagi.

"Selamat pagi anakku, baik-baik ya di dalam sana, jaga mama mu saat aku tiada, love you" perkataan Lana di akhiri dengan kecupan lama nan hangat.

Rasa bahagia membuncah di dalam dadanya, rasanya hangat mengalir ke setiap aliran darah nya, perlakuan Lana yang manis mampu membuat nya merasa jadi orang paling beruntung di pagi ini.

Rista beruntung karena di pertemuan kembali dengan Lana yang bisa menerima nya dengan segala kekurangan nya, bahkan Lana juga dengan lapang dada menerima bayi dalam kandungan nya walaupun bayi itu bukan darah dagingnya. "Sungguh beruntung nya aku di cintai oleh mu" monolog Rista di dalam hati.

Lana menarik wajahnya yang sejak tadi menciumi perut Rista saat ia mendengar isakan tertahan.

Lana mendongak dengan wajah yang tampak keheranan "kamu kenapa?" Tanya Lana sedikit khawatir.

Rista hanya menggeleng, kedua tangan nya kini sibuk menyeka air matanya sendiri. Lana yang bingung pun hanya bisa menarik tubuh ringkih Rista ke dalam pelukannya, berharap bisa memberi sedikit ketenangan.

"Suttt, jangan nangis lagi ya, aku di sini ko" bisiknya lembut.

Setelah sedikit tenang Rista melepas diri dari pelukan Lana, lalu berkata "aku cuma terharu aja, maaf ya kalo aku cengeng" cicitnya, kepala tertunduk dan jari-jarinya memilin ujung baju nya, menggemaskan.

Lana tergugu, jari telunjuknya meraih dagu Rista agar Rista menatap tepat di bola matanya, "hey, kamu tau saat ini aku merasa jadi orang paling beruntung di dunia karena saat ini aku punya kamu dan calon anak kita, jujur saja aku merasa tak sabar menunggu dia lahir kedunia" Lana tersenyum, sebuah senyuman yang hangat nan lembut, tatapan matanya tak lepas dari mata rista dengan kedua tangan mereka yang bertautan menambah suasana romantis mereka di pagi ini.

"Aku bahagia, sangat bahagia itu semua karena kamu, aku mencintaimu tulus tanpa apapun, ku mohon menetap lah bersama ku jangan pernah pergi lagi, aku merasa mati tanpamu." Lana mengakhiri ucapan nya dengan sebuah kecupan di punggung tangan Rista. Hati Rista tersentuh, air mata yang tadi sempat terhenti kini mengalir lagi bahkan lebih deras dari sebelumnya, itu bukan lah air mata kesedihan tapi itu adalah air mata haru dan bahagia.

"Semoga tuhan selalu mempersatukan kita, dan Takan pernah memisahkan kita lagi"

TomboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang