Rista POV
Pagi ini matahari masih terhalang kabut, membuat sinarnya tidak terlalu terik. Kicau burung kenari milik tetangga terdengar bagai alunan melodi yang menyejukkan hati.
Aku memandang keluar jendela dapur yang langsung memperlihatkan pemandangan halaman belakang rumah kami, mataku terpaku pada pohon mangga yang berdaun rimbun tapi pikiran ku kembali pada kejadian semalam, mengingat kembali semua cerita ka Arsen.
Aku menghela nafas.
Jika waktu bisa di putar kembali, maka aku berjanji akan memperbaiki semuanya, aku takkan pernah meninggalkan Lana, dengan begitu dia tidak akan pernah merasakan semua itu, kehancuran itu, rasa sakit itu.
Tidur ku tidak terlalu nyenyak semalam, otakku dengan sendirinya mengingat banyak kenangan yang telah aku lalui bersama Lana, kenangan itu terangkai menjadi sebuah film lama yang aku tonton lagi, dimana akulah yang menjadi peran utamanya.
Bibirku akan tersenyum saat film itu memutarkan adegan manis saat pertama kali aku bertemu Lana tujuh tahun silam. Saat itu aku yang masih berstatus siswa baru yang tidak banyak tahu tentang sekolah itu sedikit kesulitan untuk menemukan kelasku dan nyasar ke lantai tiga, aku yang frustasi dan juga bingung terus berjalan menyusuri koridor untuk mencari ruang kelasku, rasa kesalku semakin bertambah saat bertemu dengan beberapa murid cowo senior yang sedang berkumpul di salah satu koridor menganggu ku namun sebisa mungkin aku mengabaikan mereka, hingga salah satu dari mereka mulai mengikutiku dan mencoba memegang pergelangan tanganku.
"Lepas" teriakku sambil mencoba menarik tanganku, namun sayangnya aku kalah tenaga dari murid cowo itu.
"Heh randi apa-apaan kamu!!!" Suara bariton khas pria dewasa itu mengagetkan ku dan anak cowo yang menggangguku, refleks murid cowo itu melepaskan genggaman nya di tangan ku. Aku menghela nafas pelan saat melihat pergelangan tanganku memerah karena di genggam kuat tadi.
"A-anu pak" si murid cowo itu tergagap dengan tangan yang menggaruk tengkuknya yang aku yakin tidak gatal sama sekali.
"Ke kelas sekarang!!" Suara tegas pria itu menggema di seluruh lorong, aku duga pria ini adalah salah satu guru di sekolah ini karena beliau memakai seragam coklat khas seorang guru, si murid cowo nakal pun langsung ngacir masuk ke dalam kelas sedang teman-temannya yang tadi berkumpul depan kelas pun sudah tidak ada di sana.
Aku pun mengucapkan terimakasih kepada guru itu, aku pun memberi tahu bahwa aku adalah seorang murid baru yang tersesat. Guru yang ku tahu namanya pak Herman pun menyuruh salah satu murid nya untuk mengantarkan ku ke kelas.
Murid itu pun menghampiri ku "ayo" ajaknya. Aku sedikit termangu mendengar suara nya yang lembut.
Aku mengikuti langkah nya, sepanjang perjalanan kami hanya diam, aku bukan orang yang pintar memulai sebuah pembicaraan dan sepertinya murid di depan ku juga. Aku memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah, tinggi nya beberapa cm lebih tinggi dari aku, rambutnya di potong pendek membuatnya terlihat tampan kalo bukan karena rok yang dia pakai pasti bakal ngira dia cowo, cara jalannya pun tegap sekali dengan tangan masuk di kedua saku di sisi roknya, kulitnya putih, dan matanya sipit khas orang Chinese.
"Sudah sampai" aku sedikit kaget hampir saja aku menabrak gadis tomboy di depanku ini, yang berhenti secara tiba-tiba.
"Te... terimakasih" ucapku dengan tulus sekaligus gugup melihat sikapnya yang tenang dan dingin, yang hanya di angguki oleh nya lalu dia pun melangkah pergi kembali menuju arah tadi.
Semenjak saat itu aku tak pernah berhenti untuk memikirkan gadis tomboy itu. Yang baru aku tau namanya Arlana Quenzino Xiu jelas sekali dari namanya bahwa dia seorang Chinese dan dia kaka kelas satu tingkat di atasku, dia adalah seorang murid yang pintar, itu terbukti dari banyaknya perlombaan yang telah di menangkan nya dalam bidang akademik luar dan dalam negeri, tak heran rasanya bila dia sangat pintar karena aku melihat kemana pun dia pergi akan ada satu buku yang selalu dibawanya. Aku tak bisa menyembunyikan rasa kagumku kepadanya bahkan saat teman-teman ku membicarakannya maka aku yang paling antusias walaupun aku lebih banyak mendengar cerita mereka tentang Lana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy
RomansaBagi kalian yang Homophobia dan di bawah umur hati-hati karena cerita ini mengandung unsur Yuri dan pornografi.. dosa tanggung sendiri ya (author ga tanggung jawab Poko nya😄😄)