Lana pov
Air dingin mengucur deras dari shower ke kepala ku lalu turun ke seluruh tubuh ku dan berakhir jatuh di lantai kamar mandi.
Aku sedikit memejamkan mata menikmati segarnya air yang menyejukkan.
Setelah pulang dari rumah sakit, kami menuju rumah Novi untuk mengambil barang-barang Rista dan membawanya ke apartemen ku, senyuman tak pernah luntur dari bibir ku sejak pagi, bahkan aku mulai merasa pipi ku aga pegal karena terlalu banyak tersenyum.
Aku keluar dari kamar mandi, hanya berbalut handuk di pinggang ku dan kaos kebesaran berwarna hitam. Aku langsung mencari baju di lemari dan langsung memakainya.
Tok tok tok
"Masuk, ga di kunci ko" ucapku sambil merapikan baju yang telah ku pakai, hari ini aku menggunakan baju kaos hitam dan celana polo selutut berwarna coklat.
Rista pun masuk ke kamar ku, aku yang masih mengeringkan rambut dengan handuk hanya tersenyum karena bingung mau ngomong apa.
"Sini aku bantu ngeringin rambutnya" Rista tiba-tiba mengambil handuk di tangan ku dan menyuruhku duduk di tepi ranjang sedang kan dia berdiri di depan ku.
Dengan sangat telaten dia mengeringkan rambut ku lalu menyisirnya, mata ku tak pernah lepas menatap nya yang terlihat serius melakukan tugasnya. Tidak ada percakapan apa pun di antara kami, dia yang sibuk mengerikan rambutku dan aku yang sibuk memperhatikan nya.
"Kenapa liatin aku kaya gitu?" Tanya Rista tiba-tiba, membuat ku kelabakan, aku merasakan wajah ku menghangatkan dan pasti kini telah berubah warna menjadi merah, ahhhh aku malu sekali ketahuan ngeliatin dia.
"Enghh..enghha papa" ujarku terbata-bata sambil mengalihkan pandangan ku ke bawah menatap lantai.
"Hahaha, kamu ngegemesin banget sin lan" ujarnya sambil mencubit kedua pipi ku.
"Rista lepas sakit" rengekku sambil mengibaskan tangan menepis tangan nya.
"Hahaha" tawa jahat Rista.
Aku merenggut memanyunkan bibir dan menggembung kan kedua pipiku.
"Udah yuk makan" ajaknya setelah tawa nya reda.
Aku tak bergeming aku masih merasa kesal padanya.
Rista tersenyum kemudian menarik tangan ku keluar kamar untuk turun ke dapur.
Dan di sinilah kami, di dapur. Aku duduk manis dengan tangan di atas meja makan dan Rista yang sedang menuangkan nasi goreng ke atas piring, aku tersenyum melihat Rista yang berjalan ke arah ku dengan dua piring nasi goreng di tangan nya, lalu dia menaruh satu piring di depan ku, lalu duduk di kursi yang berada di hadapan ku dan meletakkan satu nasi goreng di hadapan nya.
Kami makan dalam keadaan hening, jujur saja aku masih merasa sangat canggung, aku juga bukan seseorang yang pandai memulai sebuah pembicaraan, mungkin Rista juga merasakan hal yang sama seperti ku, dan jadilah kami hanya diem-dieman.
Sesekali aku curi-curi pandang padanya, hari ini dia terlihat sangat cantik, dengan menggunakan baju kaos berwarna putih, celana hotpants yang memperlihatkan paha mulus nya, dan jangan lupa kan rambut yang ia Cepol asal hingga ada beberapa anak rambut yang tak terlihat membuat nya sangat menarik dan seksi karena leher jenjang nya yang terekspos.
Gluk.. aku menelan ludah ku kasar jujur saja aku teringat kejadian malam kemarin di RS, dan entah kenapa ada sesuatu yang kini mulai menggelora di dalam tubuhku, ohhhh tuhan ada apa dengan ku!!!.
"Hum lan gimana nasi goreng nya?" Tanya Rista memecahkan keheningan di antara kami.
"Hah.. e..enak ko ta" ujarku gugup jujur saja aku tidak siap dengan pertanyaan nya, apalagi otak ku sedang membayangkan keagresifan nya malam itu. Ehhh!!! Viks otak gue udah ga polos lagi!!!
Rista tersenyum memandang ku dan aku membalas senyuman nya, beberapa detik mata kami saling terkunci menghantarkan desiran-desiran menyenangkan di seluruh tubuhku.
Aku pun memalingkan pandangan ku ke arah piring saat aku merasa napas ku sedikit sesak karena jantung ku yang berdetak lebih cepat dari pada biasanya dan mencoba menghabiskan nasi goreng di hadapan ku.
Setelah selesai makan, aku memilih untuk duduk di ruang tamu sambil menyelesaikan beberapa laporan yang sengaja aku bawa ke rumah.
Tiba-tiba Rista muncul dari dapur dengan dua gelas kopi di tangan nya, ia langsung menyodorkan salah satu gelas itu kearah ku dan aku menerima nya dengan senang hati, tak lupa ku ucapkan terima kasih kepada nya.
Ia pun duduk di sebelah ku setelah sebelumnya meletakkan gelas nya di atas meja di hadapan kami.
"Kamu sibuk banget kaya nya" celetuk Rista sambil memeluk lenganku dan menyandarkan kepalanya di bahu ku.
Aroma sabun menyeruak di indra penciuman ku, seperti nya dia habis mandi terlihat juga dari rambutnya yang aga basah.
Jantung ku bergemuruh dan gelora yang tadi sempat padam kini menyala lagi, terlebih saat aku merasakan benda kenyal di dada Rista kini menempel di lengan ku, aku menarik napas dalam-dalam dan hembuskan nya perlahan mencoba menahan hasratku padanya.
"Ehmm ta, kayanya aku harus kemar kecil sebentar" ujarku dengan berat hati melepaskan pelukan di lengan ku, padahal dalam hati kecil ku aku menginginkan lebih dari itu.
Rista pun mengangguk dan aku langsung melesat pergi ke kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi aku pun langsung menutup pintu dan menguncinya, lalu berjalan ke arah wastafel dan mencuci wajah ku, aku berharap hasrat ini hilang terkalahkan dinginnya air di wajah dan tangan ku.
Aku menatap wajah ku lekat-lekat, lalu menarik napas dan menghembuskan nya, aku melakukan itu berkali-kali.
"Lana Lo harus bisa nahan, inget Rista lagi hamil !!! " Bisikku tegas pada diri ku sendiri, jujur saja aku takut terjadi sesuatu pada bayi di dalam kandungan nya jika aku melakukan hal yang lebih jauh lagi kepada Rista, karena aku sudah menganggap bayi itu adalah anak ku sendiri.
Tapi apakah aku akan kuat jika Rista selalu menempel seperti tadi?? Karena bagaimanapun aku juga orang dewasa yang mempunyai kebutuhan seks, ahhhh aku sangat frustasi memikirkan nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy
RomanceBagi kalian yang Homophobia dan di bawah umur hati-hati karena cerita ini mengandung unsur Yuri dan pornografi.. dosa tanggung sendiri ya (author ga tanggung jawab Poko nya😄😄)