Pernikahan Putri dan Pangeran

1.8K 130 33
                                    

Disclaimer : Spoon

Ini hanya sekedar hiburan dan imajinasi saya

Main Character :
1. Jennete de Alger Obelia
2. Lucas
3. Jorge (OC)
4. Rose (OC)
5. .....
6. .....

Princess Athanasia de Alger Obelia tertawa bahagia saat dirinya diputar-putar diudara oleh pria yang baru saja sah menjadi suaminya. Tawa itu membuat pria yang memutarnya merasa gemas dan ikut tertawa bersamanya.

Dilatarbelakangi dua orang pria paruh baya tampan berambut putih dan pirang yang memandang dua insan yang berbahagia itu. Sang Ayah dari Putri terlihat menatap tawa bahagia yang ada pada putrinya sedangkan pria berambut putih itu tersenyum bangga dengan senyum lembut yang sangat jarang ditunjukkan. Ada juga seorang ksatria tampan berambut merah dengan wanita cantik berambut cokelat bermata biru disampingnya.

Pemandangan yang sangat bahagia. Bahkan para bangsawan tampak sangat menikmati pesta malam ini. Banyak senyum, tawa, dan kehangatan yang menyebar. Mereka bahagia untuk Princess tercinta mereka.

Mereka tidak sadar ada seorang penyihir berambut hitam di hutan dekat pesta diadakan.

Lucas memandang dari jauh kemesraan pasangan yang terlihat sangat cocok bersama. Dia dengan mata bersinar melihat dua insan yang sangat bahagia itu. Perhatiannya dikhususkan untuk Putri cantik memakai gaun putih dalam pelukan anjing putih junior.

Dadanya terasa sakit melihat tawa gadis itu. Jantungnya serasa diberikan racun dan kutukan kuat. Tidak akan ada yang menyadari keberadaan pria itu. Semua orang tenggelam akan kebahagiaan pesta. Tunggu-sepertinya ada satu pengecualian.

Seorang gadis berambut coklat panjang mendekatinya. Gadis itu memakai gaun pesta yang mungkin paling sederhana dari tamu bangsawan yang lainnya. Itu karena si gadis bukanlah seorang bangsawan atau orang penting. Dia diundang kemari karena kebaikan hati sang putri. Gadis itu sebenarnya sangat cantik dan manis. Tapi karena gaun pestanya, dia terlihat lebih sederhana dari yang lain.

"Tuan Penyihir?"

"Apakah anda menyesal, Tuan?" Tanya Jennete.

Lucas gusar. "Berisik. Apa aku harus memberimu mantra diam?"

Jennete masih tersenyum. "Tahukah anda Tuan Penyihir, saya sama sekali tidak menyesali pemandangan ini."

"Kenapa? Kau suka anak si anjing putih itu kan."

Jennete tertawa pelan. Lucas mulai merasa ada yang aneh dengan gadis disampingnya. "Karena saya sudah berusaha dan saya ditolak. Saya tahu saya seharusnya sadar diri kalau saya ini hanya dianggap adik oleh Duke Alpheus. Saya tidak bisa mengalahkan The Princess. Saya adalah yang palsu. Saya bersyukur bisa melihat pemandangan bahagia dua orang yang paling saya sayangi. Namun tetap saja hati saya tidak bisa menerima ini dengan lapang dada."

Entah kesambet setan Penelope Jamet atau Anastacius ganteng, Jennete yang manis tiba-tiba duduk di pangkuan Lucas. Sontak pria penyihir itu terkejut dengan perilaku gadis itu.

Dia menduga gadis itu akan menggodanya. Tapi ternyata wajah gadis itu malah tenggelam dalam rambut hitamnya. Lucas bisa merasakan rasa hangat dari gadis itu juga harum bunga semerbak. Bahu pria itu perlahan dibasahai air mata. Tubuh gadis itu bergetar di pangkuannya. Lalu isakan kecil lolos dadi bibir merah mudanya.

Lucas gelagapan. Apa yang dilakukan gadis ini benar-benar mengejutkannya. Pertama dia duduk dipangkuannya lalu menangis terisak-isak.

Kemudian Lucas menemukan penyebab tindakan ini. Ada bau alkohol samar. Orang lain mungkin tidak akan bisa mencium bau alkohol ini, tapi kepekaan dan ketajam hidung Lucas berbeda dari orang-orang berumur pendek itu.

"Appa...Ijekiel, Paman dan Putri. Saya mencintai kalian, hiks." Racauan tidak jelas mulai terdengar dari gadis berambut hazel itu.

"Aku...hiks, merindukan Appa." teriak Jennete. Untung saja ada barier yang membuat suara mereka tidak terdengar di luar. Ya, diam-diam Pria itu memasang sihir tidak terlihat dan sebuah barier yang membuat sekelilingnya menjadi barier tanpa suara. Gadis berambut coklat itu memasuki barier jadi otomatis gadis itu terlihat seperti orang gila tadi saat berbicara dengannya. Tapi saat gadis itu naik kepangkuannya, Lucas membuat sihir  tidak terlihat melapisi tubuh gadis itu juga.

Lucas mendongak lagi saat semua sinar meredup. Hnaya menyisakan satu cahaya yang menerangi pasangan berciuman penuh kasih. Lucas menegang. Tanpa disadarinya gadis di pangkuannya berhenti menangis.

Mata gadis itu sembab. Tapi dengan jelinya dia menemukan tiga macam minuman dibelakang tubuh yang dia peluk. Entah apa yang dipikirkannya hingga dia mengambil botol itu lalu meminumnya.

Sedangkan Lucas masih terpaku pada dua orang pasangan yang baru menikah itu. Tangannya mengepal erat hingga meneteskan darah. Mata merahnya bersinar bahaya.

"Tuan."

Lucas berkedip saat sebuah tangan menyentuh pipinya. Gadis di pangkuannya menatap mata merahnya sambil tersenyum. Tapi mata biru itu mencerminkan rasa sakit mendalam seperti yang dirasakan Lucas. Seandainya Lucas menyadari bahwa sekarang pipi gadis itu lebih merah dari sebelumnya.

"Apa tuan iri?"

"Iya."

Jennete tersenyum lebar. "Saya juga bisa memberikannya jika anda mau." Tanpa aba-aba gadis itu menyatukan bibir mereka.

Lucas terbelalak. Bibir hangat itu menjilat permukaan bibirnya. Dia memejamkan mata merahnya. Jadi begini ya rasanya. Apakah sama dengan rasa gadis berambut pirang itu?

Rambut cokelat gadis itu menutup kedua wajah mereka. Perlahan mereka mendekatkan tubuh mereka. Mabuk akan sentuhan satu sama lain. Lucas memegang pinggang gadis di pangkuannya.

Dia menjentikkan jari dan mereka berpindah tempat.

💠☯️☯️☯️☯️☯️☯️💠

Besoknya

Jennete mengerjap pelan. Sinar matahari sangat hangat tapi berhasil membangunkannya. Sudah waktunya dia bersiap-siap untuk pergi bekerja. Memulai pagi dengan baik dan semangat.

Tapi...ada yang salah.

Jennete buru-buru bangun dan melihat sekelilingnya. Sebuah kamar bercat pinkie dengan kasur yang sangat besar dan harum yang mengingatkannya pada seseorang.

"Dimana aku?" Dia mencoba berdiri, tapi dia terjatuh karena tubuhnya benar-benar terasa lemas. Dia mendesah bingung. Rasanya ada yang berbeda dengan tubuhnya. Tapi apa?

Dia bergegas keluar pintu. Padang hijau luas dan sebuah halaman dengan banyak bunga yang dilihitnya. Ini adalah halaman belakang rumah kecilnya. Saat dia akan masuk kembali ke dalam, yang menyambutnya bukan lagi kamar pinkie itu. Tapi dapur dan meja makan sederhana rumahnya.

Jennete terdiam. Ini pasti sihir.

Sebuah botol kecil diletakkan di atas meja makan. Terdapat cairan berwarna keunguan di dalamnya. Jennete mengambil botol itu dan menelitinya.

"Ini..."

Dari siapa? Dan untuk apa?

Akhirnya Jennete mengabaikan botol itu dan pergi ke kamar mandi. Dia bersiap dan berangkat bekerja seperti biasa.

💠☯️☯️☯️☯️☯️☯️💠

To Be Happy (With Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang