Membuat Kesepakatan

635 90 16
                                    

Disclaimer : Spoon

Ini hanya sekedar hiburan dan imajinasi saya

Main Character :
1. Jennete de Alger Obelia
2. Lucas
3. Jorge (OC)
4. Rose (OC)
5. .....
6. .....

{□□□□□□□□}
{♡♡♡♡♡♡♡♡}
{◇◇◇◇◇◇◇◇}
<<<<<<○>>>>>>

Jennete bangun pagi itu dengan mual diperutnya.

Dia berlari ke arah pintu yang ada di kamar luas itu. Untung saja pintu itu ternyata adalah kamar mandi dengan bathub yang luas juga sebuah toilet. Dia dengan segera memuntahkan makanan yang dimakannya kemarin.

"Hoek...hoek...."

Jennete mengenyit sambil terus membuka mulutnya untuk muntah. Kepalanya mulai terasa pusing. Dia muntah tanpa henti hingga sulit bernapas.

"Ugh..." Jennete membersihkan muntahannya dan kembali berjalan ke tempat tidur. Dia duduk dan memegang kepalanya yang masih terasa pusing.

Dia ingin makanan manis.

Jennete mengintip ke luar pintu kamar. Disana ada pelayan berambut merah. Pelayan itu segera membungkuk dan mengucapkan, "Selamat pagi, Nona. Sarapan sudah siap untuk anda, silahkan ikut saya untuk pergi ke ruang makan."

"Tolong angkat kepalamu." Kenapa sejak kemarin para pelayan ini terus membungkuk padanya?

Pelayan itu berdiri tegak dan mengajaknya ke bawah.

Saat memasuki ruang makan, Jennete berbinar. Berbagai macam makanan disediakan di atas meja. Dimulai dari ayam panggang, sup, tumisan, roti, dessert. "Apakah aku boleh makan disini?"

Pelayan itu mengangguk. Jennete bertanya dengan ragu. "Apakah Tuan Penyihir tidak akan marah?"

"Tuan Lucas yang memerintahkan kami untuk membuatkannya."

Jennete ber-oh ria. Dia tanpa pikir panjang duduk di meja makan dan memakan apapun yang bisa dia capai dengan tangannya. Tindakannya melanggar tata krama, tapi dia terlihat sangat manis saat mulutnya penuh seperti itu.

"Masih naif ternyata."

Suara itu membuat Jennete tersedak. Mulutnya masih penuh dengan makanan. Dia menelannya dan terbatuk.

"Minum."

Sebuah tangan mengulurkan gelas kaca cantik kepadanya.

Jennete mendongak. Seorang pria tampan berambut hitam panjang menatapnya datar. Dia duduk tepat di kursi sampingnya. Menopang dagunya malas.

"Terima kasih..." gumam Jennete kemudian mengambil gelas itu.

Lucas masih diam mengamatinya. Jennete jadi merasa canggung karena terus ditatap.

"Ano..." bisakah anda pulangkan saya saja? Saya takut dengan tatapan anda. Tapi bibir Jennete kelu. Pria di hadapannya terlihat sangat besar dan tinggi. Penyihir terhebatlah yang berada di hadapannya.

To Be Happy (With Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang