Mansion

681 95 7
                                    

Disclaimer : Spoon

Ini hanya sekedar hiburan dan imajinasi saya

Main Character :
1. Jennete de Alger Obelia
2. Lucas
3. Jorge (OC)
4. Rose (OC)
5. .....
6. .....

{□□□□□□□□}
{♡♡♡♡♡♡♡♡}
{◇◇◇◇◇◇◇◇}
<<<<<<○>>>>>>

Pagi ini teman-teman Jennete kembali mengunjungi teman mereka yang sedang sakit itu. Mereka juga khawatir karena saat Layla dan Sandra mengembalikan Keira dan Haris, Jorge dan Rose terlihat sangat sedih. Walau pasangan  itu berusaha terlihat baik-baik saja, setiap Layla atau Sandra menyebutkan kata 'Zenie' wajah mereka akan tertekuk diam.

"Selamat pagi, Zenie! Apa kau sudah baik-baik saja?"

"Pagi semuanya!" Sapa Jennete ceria. "Ayo masuk."

Para tamu itu masuk sedangkan Jennete menutup pintu dan sedikit bergumam.

Okay. "Baik, calon bayi. Jika kamu menuruti...Mama untuk tidak mengeluarkan isi perut Mama, kamu bisa makan sesuatu yang manis nanti malam." Bisik Jennete sambil mengelus perutnya. Ugh, canggung rasanya memanggil dirinya sendiri Mama. Tapi dia tahu, jabang bayi terhubung dengan dirinya. Mungkin dia akan mendengarnya.

Jujur saja saat dia bertengkar dengan Jorge, isi perutnya sudah memberontak ingin keluar.  Emosinya tidak stabil dan kepalanya terasa pusing habis menangis.

Teman-teman Jennete duduk dan disediakan minum dan cemilan oleh tuan rumah.

"Teman-teman. Aku ingin memberi tahu kalian sesuatu."

"Ada apa, Zenie?"

"Aku...akan keluar dari pekerjaan ini."

Semua rekan kerja kaget. Sandra bertanya. "Tapi kenapa?"

Wilson menyela. "Apa selama ini kami ada salah? Apa kamu pernah diperlakukan buruk?" Pria berambut abu-abu itu terlihat tidak setuju dengan keputusannya.

Jennete memejamkan matanya. "Aku...harus pergi ke luar kota. Aku ingin merawat keluargaku yang ada disana. Keluarganya hanya aku sekarang. Aku ingin merawatnya."

"Ouh, Zenie...kau memang sangat baik."

Ng?

Jennete mengedip dan melihat dengan jelas wajah teman-temannya. Yang menyambutnya adalah wajah tersenyum dari dua teman gadisnya dan tatapan penuh perhatian dari dua teman prianya.

"Bagaimana kalau keluargamu yang disana saja yang pindah kesini? Jadi kau masih bisa tinggal disini dan bertemu kami." Saran Laila. Gadis berambut jingga itu memegang tangan Jennete.

Jennete menggeleng. "Kondisinya tidak memungkinkan untuk perjalanan jarak jauh. Aku tidak bisa membahayakan nyawanya hanya untuk keegoisanku. Mungkin saat kondisinya sudah membaik aku akan kembali kesini."

Mereka saling bertatapan. Diantara semua rekan kerjanya, Laila adalah yang paling tidak setuju jika persahabatan mereka merenggang. Dia sangat menyukai persahabatan mereka. Dia adalah orang yang paling Jennete takutkan reaksinya.

"Apa benar-benar harus?"

Jennete mengangguk. "Ya."

Semua orang menahan napas menunggu jawaban Layla. Ternyata bukan hanya Jennete, tapi tiga temannya takut akan reaksi Layla.

Laila menghela napas. Baiklah, hanya luar kota, perjalanan hanya akan memakan waktu lima jam. "Baiklah, Zenie. Tapi bisakah kau berjanji kalau kau akan datang kemari lagi?"

To Be Happy (With Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang