Bangun

991 96 90
                                    

Disclaimer : Spoon

Ini hanya sekedar hiburan dan imajinasi saya

Main Character :
1. Jennete de Alger Obelia
2. Lucas
3. Jorge (OC)
4. Rose (OC)
5. Anastacius de Alger Obelia
6. .....

{□□□□□□□□}
{♡♡♡♡♡♡♡♡}
{◇◇◇◇◇◇◇◇}
<<<<<<○>>>>>>
☯️☯️☯️☯️☯️☯️

Jennete tersenyum senang.

Hari ini adalah jadwalnya mengecek keadaan Ayahnya. Semenjak Jennete terus menerus mimisan menggunakan sihir untuk ayahnya, Lucas mengambil alih tugas untuk mengirimkan mana ke ayahnya. Jennete diperbolehkan oleh Lucas keluar mansion saat dia akan mengunjungi kamar bawah tanah rumah miliknya sendiri, tempat dimana ayahnya terbaring diatas batu mana.

"Selamat malam, Appa."

"Bagaimana kabar Appa hari ini?"

"Kabarku baik, cucu Appa juga baik. Dia bahkan sangat aktif. Dia membangunkanku pagi tadi karena ayahnya ada di mansion. Dia sangat menyukai Tuan Penyihir lebih dari diriku. Aku cemburu."

"Sungguh aku tidak mengerti, Aegi-ya sangat lengket pada Tuan Penyihir. Disaat aku ingin menjauh, dia selalu memaksaku mendekat ke Taun Penyihir..."

Lalu dilanjutkan Jennete sampai semua peristiwa yang dia alami bulan ini disampaikan pada seseorang yang bahkan tidak akan bisa mendengarnya. Katakan Jennete gila, tapi ini salah satu cara Jennete menghilangkan sedikit rindu menggunung yang ada dalam hatinya.

"Semuanya baik-baik saja. Jadi saat Appa bangun nanti, Appa tidak perlu khawatir. Kita bisa pergi mengeliling dunia bersama nanti, bahkan sekarang dengan anggota keluarga baru. Kita akan melakukan berbagai hal yang biasa sebuah keluarga lakukan." Ujar Jennete penuh semangat.

Tangannya bergerak membawa tangan Anastacius ke perut besarnya. "Disini ada cucu Appa. Jennete harap Appa akan menyayanginya."

Tawa keluar dari Jennete saat rasa hangat dari perutnya menguar. Bayinya selalu merasa bahagia saat dekat dengan kakeknya. Jennete takjub, dia merasa seakan-akan bayinya bisa mengenali orang yang berbagi darah dengannya.

"Dia sangat suka pada Appa. Nanti saat dia lahir-Aw!"

Sentakan rasa sakit datang dari perutnya, "Aegi-ya. Ada apa?" Tanya Jennete khawatir sambil menahan rasa sakit.

Tunggu-

Sepertinya ada yang salah...

Mata....

Ada warna biru yang bersinar melihat ke arahnya!

Jennete melihat ke ayahnya. Mata permata biru menatapnya dengan pandangan kosong.

"Appa!"

Anastacius masih diam tak bergerak. Tubuhnya terasa kaku. Bertahun-tahun dia tidak menggerakkan anggota tubuhnya.

Mulutnya sedikit terbuka, berusaha untuk mengeluarkan sedikit saja suara.

Tapi sebelum itu terjadi pandangan Anastacius kembali gelap.

Dan dalam kegelapan Anastacius masih bisa mendengar gadis berambut cokelat itu memanggilnya 'Appa'.

☯️☯️☯️☯️☯️

Kini Jennete menunggu dan menunggu hingga mata sewarna biru permata seperti miliknya kembali terbuka. Berharap mata itu akan terbuka, kemudian bibir yang kini mulai kembali warnya akan tersenyum dan menyapanya hangat.

To Be Happy (With Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang