Bingung

634 100 12
                                    

What if...

Disclaimer : Spoon

Ini hanya sekedar hiburan dan imajinasi saya

Main Character :
1. Jennete de Alger Obelia
2. Lucas
3. Jorge (OC)
4. Rose (OC)
5. .....
6. .....

{□□□□□□□□}
{♡♡♡♡♡♡♡♡}
{◇◇◇◇◇◇◇◇}
<<<<<<○>>>>>>

Gelap.

Itulah yang pertama kali Jennete rasakan. Bau menyengat amis dan lepek menyerang hidungnya. Jeruji besi muncul di depan matanya. Dia menunduk saat sebuah cahaya muncul dari bawah. Tapi itu bukanlah lampu, api, atau benda lain. Itu adalah sebuah mata. Mata permata biru yang sangat indah seperti miliknya.

Dia memegang jeruji itu sambil berbisik menahan tangis. "Appa..."

"Bagaimana bisa Appa memintaku meninggalkan Appa setelah aku mengetahuinya?" Isak Jennete sambil menunduk. Air mata menetes ke jubah yang membalut tubuhnya

Jari-jari kurus yang meninggalkan darah mengering menyentuh tangan putih Jennete. Perbedaan itu sangat kontras hingga membuat Jennete makin terisak. "Hei..."

Jennete menatap mata biru permata itu. Dia melihat bibir kering yang perlahan membentuk senyum lembut.

"Maaf, Jennete." Jennete memejamkan mata saat mendengar suara serak dengan kelembutan yang belum pernah dia dengar. Ayahnya hanya mengatakan itu sambil menatap lurus matanya. Mata itu dipenuhi berbagai emosi. Tapi penyesalan dan rasa malu mendominasi mata itu.

"Kamu adalah putri yang baik. Jangan melupakan kebaikan itu walau seseorang menyakitimu." Bisik pria berambut pirang itu. "Kamu bisa melalui apa saja selama kebaikan itu berada dihatimu."

"Hah!" Jennete bangun dari tidurnya. Pakaiannya basah oleh keringat. Dahinya mengernyit dalam. Air mata menetes dari mata permatanya. Dadanya naik turun karena napasnya yang terengah-engah.

"Appa..."bisik Jennete. Dia menekuk lututnya.

Lalu dia ingat, ada jabang bayi di dalam perutnya. Dia tidak bisa sembarangan bertindak.

Jennete mengelus perutnya. Perutnya masih sama ratanya dengan kemarin. Sama sekali tidak terlihat dia sedang hamil. Apakah dia kurang asupan? Tapi dia terus muntah, dia tidak ingin makan.

Juga bagaimana dia bisa bekerja besok? Bagaimana dengan kehidupan yang dimilikinya? Apa dia tidak keluar saja selama sembilan bulan?
Tapi dia perlu bekerja untuk mengisi keperluan hariannya. Apalagi dia akan menambahkan satu anggota lain untuk dibelikan keperluan.

"Apa yang harus kulakukan, Appa?"

Jennete sudah cukup menerima caci maki. Dia bisa menahannya. Tapi bagaimana dengan makhluk yang ada di perutnya? Bagaimana jika dia dicerca karena orang tua yang tidak lengkap? Bagaimana jika dia diasingkan dari kehidupan masyarakat?

Jennete takut. Dia ketakutan. Ketakutan ini makin membesar setiap hari. Berdasarkan tabungan yang dia miliki, dia bisa menghidupi dirinya selama satu bulan. Uang itu dia kumpulkan sejak muda dan sudah dia pakai untuk membeli berbagai artefak sihir. Sebenarnya ada uang kompesansi dari istana yang djberikan padanya. Tapi dia tidak bisa. Uang itu bukan miliknya secara sah. Dia tidak bisa memakai uang yang diberikan padanya secara cuma-cuma tanpa jerih payah.

Bagaimana kalau...dia membuat identitas baru lagi?

Baik. Dia masih memiliki waktu, untuk sekarang dia hanya ingin tidur.

To Be Happy (With Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang