Dimulai

588 79 40
                                    

Disclaimer : Spoon

Ini hanya sekedar hiburan dan imajinasi saya

Main Character :
1. Jennete de Alger Obelia
2. Lucas
3. Jorge (OC)
4. Rose (OC)
5. .....
6. .....

{□□□□□□□□}
{♡♡♡♡♡♡♡♡}
{◇◇◇◇◇◇◇◇}
<<<<<<○>>>>>>

Anastacius membuka matanya.

Dia pingsan lagi?

Dia melirik kesamping, seakan sudah hafal dengan keberadaan wanita yang berada disisinya. Wanita itu tersenyum cantik dan tulus lalu berucap, "Syukurlah anda sudah bangun. Ini ketiga kalinya anda pingsan."

Pria berambut pirang itu memerhatikannya dengan teliti. Semakin lama ia melihatnya, semakin ada yang mengganjal. Semakin ia perhatikan, wanita hamil itu memang sakit.

Dan Anastacius merasa bersalah.

Sudah berapa banyak mana penyembuh yang dialirkan wanita itu padanya selama satu bulan ini?

Berapa kali wanita itu terlihat mimisan didepannya? Sebanyak apa malam yang dihabiskan wanita itu untuk terbagun di malam hari demi mencari obat untuknya? Kenapa wanita itu dengan keras kepalanya egois dan berusaha menyembuhkan dirinya dengan dalih 'Penyembuhan ringan' itu?

Anastacius tidak yakin dengan jawabannya,

"Tuan Anastacius...?"

Suara wanita ini memanggilnya dengan sebuah rasa sayang. Hal itu masih tidak bisa dimengerti Anastacius. Kenapa...

"Kenapa...kenapa kau melakukannya sejauh ini?"

Pria itu telah mendengar, bahwa dirinya telah diselamatkan wanita didepannya. Namun sayang, orang yang mengaku sebagai kakak dari putrinya (?) hanya mengatakan beberapa hal dasar saja. Orang itu menolak untuk menceritakan asal usul kejadian yang telah terjadi selama ini.

Apakah sejahat itu dia sampai orang-orang ini tidak mau menyembunyikan kebenaran dan hanya membiarkannya mengingat masa lalu secara perlahan?

Sebegitu sayangnya wanita ini sampai dia terus memberitahunya 'Apapun yang terjadi, aku akan bersamamu'.

Setakut itu wanita ini kehilangannya sampai merelakan kesehatannya sendiri?

"Kau seharusnya tidak kelelahan seperti ini hanya karena orang sepertiku! Mengurus diriku yang bahkan tidak mengingat dirimu."

"Berhentilah..."

Ingatan yang hilang itu menyakitinya.

Jennete menatap mata yang sama dengannya. Dia tersenyum pahit. "Saya tidak bisa. Anda adalah ayah saya."

Anastacius memijat pelipisnya. Kepalanya mulai terasa pusing lagi. "Ayah, ayah, ayah. Aku tidak tahu siapa yang kau panggil itu, aku tidak bisa mengingatnya. Aku tidak mengenalmu. Bagiku kau orang asing. Kenapa kau terus memaksa masuk dan mengangguku?"

Bibir Jennete bergetar. "Kenyataan tidak akan berubah. Appa tetaplah keluargaku."

"Berisik! Kau sangat mengangguku!" Teriak Anastacius. Perasaan bersalah memenuhi relung hatinya. Dia sebenarnya tidak bermaksud seperti itu. Dia tidak ingin melukai wanita didepannya.

Mata Jennete menyendu, dengan rasa ragu dia bertanya.

"Apakah Appa tidak suka bersamaku?"

Anastacius tidak sanggup lagi. Rasa sakit dikepalanya perlahan membunuhnya. Dia melirik Jennete tajam dan berbalik, menyembunyikan kerutan alis tanda sakit yang dimilikinya.

To Be Happy (With Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang