6. Khayalan Hati Bimbang

1.6K 179 0
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU?

A spiritual story by
Dwinda Darapati

.
.
.
.

••••

Part ini panjang, maka dari itu jangan lupa untuk tinggalkan jejaknya💜

Selamat Membaca 🤗

***

Pernikahan adalah momentum paling bahagia dalam hidup seseorang. Mengubah status yang berawal single menjadi istri atau suami dari seseorang dilakukan dengan ijab kabul yang menggetarkan jiwa. Acara sakral yang semua orang berharap hanya terjadi sekali seumur hidup.

Betapa bahagianya sepasang suami istri yang duduk di atas pelaminan. Melempar senyuman manis pada seluruh tamu undangan. Lantunan lagu islami ikut menyemarakkan acara mereka.

Namun di tempat lain, ada hati yang menangis mendengar kabar bahagia ini. Ada hati yang remuk karenanya.

Cahaya memandangi gaun terbaik yang dia miliki. Terlihat sangat sederhana, Cahaya ingat dia membeli itu seharga seratus ribu dan gaun itu dibeli dengan tabungannya sendiri.

Itu bukan gaun baru, adalah gaun bekas yang dibelinya di sebuah butik langganan neneknya. Meskipun bukan gaun baru, gaun itu masih terlihat bagus dan layak digunakan.

Gaun itu terpajang di belakang pintu kamarnya, sementara Cahaya duduk bersimpuh memeluk bantal guling memandang ke pintu.

Dia ingin sekali menghadiri acara resepsi Faizul, namun apa nanti dia sanggup?

Apa dia bisa menahan tangisnya?
Dia tidak yakin jika nanti dia tidak seperti orang gila jika datang kesana.

Amel dan Audy tidak tahu berita resepsi ini karena tak satupun dari mereka yang mengajak Cahaya ikut pergi.

Apa itu artinya hanya Cahaya yang diundang oleh Faizul?

"Aya ga pergi, Aya ga sanggup. Bunda ... Aya ga sanggup!" Mengadu pada sang bunda yang sudah meninggalkannya untuk selamanya.

"Aya harus ikhlas, ustadz Fathan bilang Aya harus ikhlas. Ya Allah, apa yang harus Aya lakukan?" lirihnya.

Sontak pandangan Cahaya tertuju pada sebuah mukenah di bawah meja belajarnya. Mukenah yang dulu sering ia gunakan kini berdebu karena sudah tak mengenakan lagi. Benda itu hanya ia gunakan ketika shalat Zuhur di sekolah saja.

"Obat hati itu gampang, Cahaya. Pertama wudhu dan istighfar, kedua shalat, ketiga berzikir lalu membaca Alquran."

"Kalau kamu merasa begitu terluka, galau, kembalilah pada Allah, Cahaya. Karena hanya Allah sebaik-baik penyembuh."

Kata-kata Fathan tempo hari seolah terdengar dengan jelas di telinganya. Ustadz yang baru ia temui itu memberikan banyak nasihat untuk dirinya.

Perlahan Cahaya melepas bantal guling, melempar dengan kasar ke atas kasur dan bangkit untuk berdiri. Dia membuka pintu kamarnya untuk menuju kamar mandi.

Cahaya segera berwudhu, adzan ashar sebentar lagi akan berkumandang. Maka dari itu, alangkah baiknya jika Cahaya menunggu waktu shalat.

Nabi SAW memberi kabar, “Tidaklah seseorang di antara kalian duduk menunggu salat, selama ia berada dalam keadaan suci, melainkan para malaikat mendoakannya, “Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah, sayangilah dia.” (HR. Muslim)

***

Warna biru tua mendominasi tempat itu. Ini dilakukan karena Ghilsya menyukai warna langit malam yang dihiasi oleh bintang-bintang.

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang