32. Sebuah Permintaan

1.8K 156 35
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU?

A spiritual story by
Dwinda Darapati

.
.
.
.

Selamat Membaca 🤗

***

Sudah hampir tengah malam akan tetapi Husna masih belum bisa memejamkan matanya. Usai menidurkam Zafran di keranjangnya, Husna duduk di balkon kamarnya menikmati angin malam yang berhembus mengenai wajahnya.

Kejadian siang tadi benar-benar mengguncangnya. Adanya Cahaya, tatapan kosong gadis itu dan perubahan sikap Fathan membuatnya merasa aneh sekaligus penasaran.

Husna orang yang terbuka, wanita itu tidak akan mengambil keputusan sendiri sebelum mendengar penjelasan dari suaminya.

Dia menoleh ke arah jam yang bergantung pada dinding kamar sebelah utara kamarnya. Sudah pukul setengah dua belas malam. Dia menghela napas lalu membuangnya dengan kasar.

"Kenapa mas belum pulang, ya?" Dia bertanya-tanya.

Husna kembali masuk ke dalam kamar. Menutup dengan rapat pintu penghubung antar balkon dan berjalan ke arah tempat tidur. Niatnya menunggu Fathan pudar karena tak kunjung ia dapati suaminya di rumah.

Sepulang dari rumah Cahaya, Fathan izin pergi entah kemana. Dan bodohnya Husna mengiyakan sehingga sampai detik ini Fathan masih belum kembali.

***

Fathan akhirnya sampai di rumah pada pukul satu malam. Segera lelaki itu masuk dan membasuh wajah dan kakinya karena perjalanan yang ia tempuh cukup jauh. Fathan mendatangi sahabatnya Faizul ke luar kota.

Setelah selesai, Fathan masuk ke dalam kamarnya dan mendapati Husna yang sudah tertidur lebih dulu. Dia tersenyum manis dan menatap pada keranjang bayi tempat putra pertamanya tengah tertidur lelap.

Fathan akhirnya merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Menyusun bantal pada kepala ranjang lalu bersandar disana. Memikirkan kembali nasihat dari sahabatnya Faizul.

"Menurut ana, antum memang udah keterlaluan. Seharusnya antum ga memberi Aya harapan jika antum tak mampu memenuhinya," kata Faizul geleng-geleng kepala.

"Sekarang ana tanya, antum cinta ga sama Husna?" tanya Faizul dan langsung saja Fathan mengangguk walau agak pelan.

"Dengan Aya?" tanya Faizul setelahnya.

Fathan mendadak kaku. "Ana ga tahu," jawabnya dengan lesu.

"Ana ingin dengar jawaban dari mulut antum, antum cinta ga sama Aya?" tekan Fathan. Lelaki itu tak menerima jawaban tidak tahu, atau jawaban lainnya. Dia hanya ingin jawaban ya atau tidak saja.

Dengan pelan Fathan mengangguk. "Iya."

"Definisi cinta ada dua, Fathan. Menikahinya jika kita mampu mendapatkan atau mengikhlaskan jika tak mampu." Faizul tertawa sumbang. "Dan pada diri antum ada dua cinta. Antum menikahi Husna karena antum mampu, lantas apa yang antum lakukan pada Aya?"

"Ana pernah membaca novel, jika kita mencintai dua orang sekaligus. Maka pilihlah orang yang kedua, karena jika kita benar mencintai orang yang pertama kita tak akan jatuh cinta pada orang kedua," lanjut Faizul.

"Apa itu artinya ana harus memilih Cahaya?" tanya Fathan dengan bola mata yang membesar.

Faizul tertawa renyah. "Ga perlu melotot, kali. Kaya mau keluar tuh, mata antum," ledeknya.

"Ana harus apa, Faizul?" tanya Fathan meminta solusi pada sahabatnya itu.

"Shalat istikharah, Fathan. Hanya Allah yang mampu memberikan jawaban atas kebingungan hamba-Nya."

***

"Mas udah pulang?" Husna terbangun dari tidurnya dan langsung menyalami tangan Fathan. Begitulah kebiasaan mereka selama ini, mencium tangan suami ketika baru pulang dari mana saja.

"Iya, Zawjaty," jawab Fathan. "Lanjut aja tidurnya, aku bentar lagi juga mau tidur." Dia menahan Husna yang hendak bangkit berdiri.

Husna menghiraukan Fathan, dia juga mengambil posisi yang sama seperti Fathan.  Menyusun bantal dan bersandar disana, persis seperti apa yang dilakukan suaminya.

Fathan yang merasa aneh menoleh pada istrinya. "Ada apa, Zawjaty?" tanyanya dengan lembut. "Ada yang menganggu pikiran kamu?"

Husna tersenyum miring. "Kamu yang paling peka. Iya ... karena itu aku ga  tidur," jawabnya to the point.

"Apa?" tanya Fathan.

"Apa mas mencintai Cahaya?"

Fathan langsung terkejut mendengar pertanyaan istrinya. Dia yang tadinya bersandar malah bangkit dari sana karena saking terkejutnya.

"K-kamu ngomong apa?" tanya Fathan tergagap.

"Mas hanya perlu jawab iya atau engga. Aku ga akan marah." Husna menegaskan.

Fathan menelan air liurnya, bagaimanapun komitmen ketika mereka menikah adalah saling terbuka. Dan Fathan harus menceritakan walau ada kemungkinan Husna akan bersedih.

"Aku ga tahu, tapi aku rasa aku punya dua cinta, Zawjaty," jawab Fathan sembari menundukkan kepalanya.

Tampak raut kecewa di wajah Husna. "Sejak kapan?"

Fathan menceritakan awal pertemuan, kedekatan dan ucapan Cahaya yang akan melamarnya. Dia menceritakan semuanya tanpa tertinggal sedikitpun.

"Lalu kenapa, Mas?" tanya Husna dengan suara serak, tak bisa ditahan wanita itu pasti sedih ketika tahu bahwa suaminya juga mencintai orang lain.

"Kenapa?" Dan Fathan malah bertanya balik.

"Kenapa mas menikahi aku jika mas mencintai dia?"

"Husna ... bukan begitu, aku ... Husna..." Fathan tak mampu menjawab. Lelaki itu dibuat panik dengan jawabannya sendiri.

Tanpa bisa dicegah cairan bening dari pelupuk mata Husna jatuh membasahi pipinya. Wajah putih cantiknya langsung memerah setelahnya.

"Ini semua salah aku! Andai aku ga menggantung jawaban atas lamaran mas, mungkin Mas akan bahagia bersama Cahaya. Aku ga akan jadi perempuan jahat yang menghancurkan hati perempuan lain. Mas! Cahaya itu perempuan, Mas tega nyakitin dia kaya gitu?"

"Husna..."

"Mas mencintai dia, kan? Dia juga mencintai Mas! Akan berdosa jika Mas seorang suami mencintai dan memikirkan perempuan lain yang bukan pasangan Mas."

Husna menganggukkan kepalanya dengan pelan, dia pikir ini adalah keputusan yang terbaik. Wanita itu juga sudah memikirkan keputusan ini matang-matang. Dan dia yakin, keputusan ini adalah yang terbaik untuk semuanya.

"Mas ... aku belum pernah meminta apapun selama pernikahan kita, 'kan?" tanya Husna.

Dan Fathan mengangguk, lelaki itu menatap wajah istrinya yang sudah memerah.

"Menikahlah dengan Cahaya." Husna meraih jemari Fathan dan menggenggamnya lalu menempelkan pada pipinya. "Aku ga keberatan berbagi suami dengan Cahaya."

***

Alhamdulillah update 📈

Penuhi komen komentarnya lagi supaya Nda semangat update!!!

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang