19. Pagar Makan Tanaman

1K 138 1
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU?

A spiritual story by
Dwinda Darapati

.
.
.
.
.

***

"Emang Lo sama Zaki ngapain, Dy?" tanya Cahaya keheranan. Jika yang bermasalah adalah Audy dan Zaki lantas mengapa Amel yang marah.

Otak Cahaya pun berpikir keras untuk menebak ada apa dibalik semua ini. Dia pun juga sudah bertanya pada Audy namun tak kunjung dijawab. Ingin sekali Cahya mendesak, namun Audy sudah berlari lebih dahulu. Meninggalkan gadis itu yang baru saja menyandang tas.

Audy berlari meninggalkan Cahaya, gadis itu segera mengejar Amel dan menghentikan langkah gadis itu dengan menghadangnya. Tampak raut kesal dari wajah Amel namun Audy tak menghiraukan. Yang dia inginkan adalah meluruskan masalah antara mereka.

Sementara Cahaya memilih untuk pulang sendiri. Meninggalkan sekolah perlahan.

Biarlah, nantinya baik itu Amel atau Audy juga akan bercerita.

Ketika sudah sampai di depan gerbang, seseorang memanggilnya dari belakang. "Aya!" Dan langsung saja gadis itu menoleh. Reflek.

"Anisa!" panggil Cahaya.

Nampak dari belakang Anisa mengejarnya. "Barengan pulang!" teriaknya.

Cahaya mengangguk, dia menunggu kedatangan Anisa di depan gerbang. Setelah sampai, mereka pun kembali melangkah menuju perjalan pulang.

"Eh, tumben Lo ga sama Amel dan Audy?" tanya Anisa. Tentu saja heran karena satu sekolah tahu tentang persahabatan mereka. Dan ketika tidak bersama maka akan menjadi pertanyaan.

"Mereka udah duluan," jawab Cahaya.

Anisa menepuk bahu Cahaya seolah ingin memberitahu sesuatu. "Lo tahu ga sih, Ay! Amel itu suka sama Zaki!" Dengan nada histeris.

"Suka sama Zaki? Serius? Kenapa dia ga pernah ngasih tahu aku?" Gadis itu bertanya-tanya.

"Dan Lo juga udah tahu cerita ini belum? Masalah Amel dan Audy yang ga saling sapa?" tambah Anisa.

"Engga," jawabnya dengan jujur. Dan Cahaya hanya ingin menunggu apa saja yang disampaikan oleh Anisa. Dia tidak ingin mengorek informasi ataupun memberitahu apa yang sedang terjadi dalam pertemanan mereka.

"Jadi Amel suka sama Zaki udah lama banget. Dan katanya Audy mau pedekate-in mereka. Tapi oh tapi, malah pagar makan tanaman. Malah si Audy yang jadian sama Zaki!"

"Tapi gue salut sama Amel. Waktu tahu mereka jadian, dia cuma ngucap. 'Astaghfirullah' terus. Ya ... kita semua tahu, 'kan kalau ciri khas Amel itu ngucap terus."

Cahaya membulatkan bola matanya, dia tidak mengira sahabatnya akan bermasalah seperti ini. Dan teganya tidak ada satu pun diantar mereka yang memberitahunya.

"Terus, mereka bertengkar?" tanya Cahaya.

"Engga sih, diem-dieman. Lo sahabatnya kenapa Lo ga dikasih tahu?" tanya Anisa.

Cahaya hanya mengedikkan bahu. "Belok kiri rumah aku, bye, Nisa!" Cahaya mengarah ke arah kiri dan melambaikan tangan pada Anisa.

Cerita panjang yang juga merupakan informasi dari Anisa membuat perjalanan mereka terasa cepat. Tanpa sadar sudah sampai di gang rumah masing-masing.

"Bye, Ay." Anisa pun melambaikan pada Cahaya.

***

"Mel, Lo jangan gini donk!" pinta Audy ketika berhasil menghadang Amel. Dia rentangkan kedua tangannya agar sahabatnya tak bisa menembus jalanan.

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang