11. Dia Selalu Mengganggu

1.3K 153 4
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU?

A Spiritual story by
Dwinda Darapati
.
.
.
.
.

••••

Selamat Membaca 🤗
Bantu cek typo yaaa👧

***

"Proposal Kita udah sampai mana, Ay? Lo udah buat, 'kan?" tanya Gibran menghampiri Cahaya yang kini sedang duduk di depan komputer sambil.mengeyik sesuatu.

"Ay! Gue manggil, lho!" ulang Gibran karena merasa diabaikan.

"Emmmm ... iya. Ini benar lagi selesai." Cahaya tak mengalihkan pandangannya dari layar komputer. "Tanda tangan Lo dan bendahara, kan?" tanyanya memastikan.

"Iya." Gibran mengangguk pelan sembari membuka kembali buku agenda rapat mereka.

Kegiatan kemah bakti akan segera dilakukan, karena ini adalah jadwal rutin tahunan mereka. Sebelum melaksanakan mereka perlu mengumpulkan dana melalui proposal untuk kelancaran acara tersebut.

Hanya ada Gibran dan Cahaya di dalam ruangan Osis. Gibran merasa canggung sekaligus tidak enak hati. Dia dan Cahaya bisa dituduh macam-macam jika hanya berdua. Maka dari itu, ketika dia menoleh ke luar dan mendapati Audy yang baru saja selesai berbelanja dari kantin untuk ikut masuk.

"Apa sih, Gib? Ketek gue bisa basah kalau lo main tarik begini!" omelnya. Emang dasar si Audy Queen ketek, yang ia khawatirkan hanya ketiaknya saja.

"Temenin kita disini, ga enak berdua aja sama Aya." Gibran berkata dengan jujur. Memang begitu orangnya.

"Yailah, Gib. Justru karena berdua aja lo bisa ambil kesempatan bareng Aya!" celetuk Audy asalan.

"Auuuh!" Gadis itu mengusap dahinya yang pedih karena di pukul Gibran dengan buku agenda.

"Pikiran Lo udah ternodai banget, mandi wajib sana, Dy!" suruh Gibran namun malah dibalas dengan cibiran oleh Audy.

"Ay, Lo kok bisa sih tahan kerja dibawah ketua osis modal tampang ini? Masa sia biarin Lo sendiri kerja?" tanya Audy.

"Lah, elo sendiri juga dibawah pemerintahan Gibran kali, Dy!" jawab Cahaya cuek. Masih dengan posisi yang sama.

"Iya juga sih, tapi Gibran kan aneh. Udah lah ngasih tugas ga ngotak pema----"

"Assalamualaikum!"

Perkataan Audy terhenti ketika ada yang mengucapkan salam. Dia adalah Fathan yang datang dan ikut masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Ada apa, Ustadz?" tanya Gibran.
Dalam hantinya bertanya-tanya, kenapa ustadz itu sering banget datang kesini?

"Saya ada urusan dengan Cahaya," jawab Fathan pelan.

Audy menaikkan alisnya. "Lah, dari sebanyak orang yang gue kenal, hanya ustadz yang manggil Aya dengan Cahaya." Dia terkekeh.

"Memang kenapa, Audy?" tanya Fathan.

"Engga, aneh aja, Stadz! Soalnya kita dari dulu manggilnya Aya. Cahaya terasa berat." Audy memperjelas.

Fathan tersenyum kecil. "Saya lebih suka memanggil Cahaya."

Mata Cahya terbelalak. Ucapan Fathan barusan seperti memberi Cahaya nama kesayangan. Entah karena apa gadis itu menjadi salah tingkah sendiri.

"Ada apa, Ustadz?" tanya Cahaya menghentikan pekerjaannya.

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang