40. Pilihan yang tepat.

3.5K 189 18
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU?

A spiritual story by
Dwinda Darapati

.
.
.
.
.

Selamat Membaca 🤗

The last Part

***

Cahaya yang mendengar sepasang suami istri itu berdebat seolah menjadikan Cahaya  barang yang bisa didapatkan dengan mudah jadi muak.

"LALU AKU APA?!" Dia bertanya dengan emosi. Wajahnya memerah begitu juga dengan matanya. Tepat saat tatapan beradu dengan Fathan air mata gadis itu tumpah.

"Meminta Aya menikah dengan Ustadz Fathan?! Menjadikan Aya istri kedua? Dan merusak kebahagiaan orang lain?!"

Husna beralih menatap Cahaya. "Cahaya ... menikahlah dengan Fathan," pinta Husna sekali lagi.

"Menikah dengan ustadz Fathan?" Cahaya mengulangi perkataan Husna dengan nada jengkel.

"Bukankah kamu mencintai suamiku, Cahaya?" tanya Husna terdengar penuh penekanan. Cahaya yakin, wanita itu sedang menahan sekuat tenaga rasa cemburunya. "Aku lebih dulu mengenal Fathan dan aku tahu jelas bagaimana suamiku tersakiti, karena itu ...."

Cahaya segera memotong ucapan Husna. "Aku lebih dulu mencintainya, ustadzah Husna. Tapi bukan posisi itu yang aku inginkan," jawab Cahaya dengan tegas.

"Ustadzah ... jangan siksa diri ustadzah dengan meminta hal yang ga sanggup ustadzah lakuin! Menikah dengan ustadz Fathan itu artinya kita akan menjadi madu. Apakah tidak akan timbul cemburu? Sedangkan tadi Aya bisa mendengar dengan jelas nada kecemburuan ustadzah mengucapakan nama Ustadz Fathan!"

Fathan menatap Cahaya, muridnya kini yang sudah tumbuh dewasa sudah bisa berpikir lebih cemerlang.

"Aya orang yang pencemburu, Ustadzah. Dan apa yang Aya miliki, tidak boleh dimiliki oleh orang lain. Apakah ustadzah rela jika suatu saat Aya meminta Ustadz Fathan menceraikan ustadzah?" tanya Cahaya dengan suara lantang.

"Cahaya ..."intrupsi Fathan diabaikan.

"Dan ustadz Fathan, jika mungkin kita menikah apakah ustadz mampu berlaku adil?" tanya Cahaya. "Bahkan Rasulullah, orang yang paling mulia saja tidak mampu berlaku adil. Dihatinya tetap Aisyah yang paling istimewa."

"Lantas bagaimana dengan Ustadz? Yang hanya manusia biasa! Apakah ustadz mampu seperti rasulullah?!" tanya Cahaya lagi.

Kemudian mata Cahaya beralih menatap Husna. "Jangan minta yang aneh-aneh ustadzah, Aya berjanji dan Aya bertekad tidak akan memenuhi permintaan ini. Aya ga akan merusak rumah tangga kalian."

Gadis itu berdiri. "Besok Aya akan pergi ke Aceh, Aya akan hilang dari kehidupan kalian. Dan please, tolong lupain Aya dan kisah patah hati itu. Aya akan memulai kehidupan baru disana," kata Cahaya panjang lebar.

"Terima kasih traktirannya ustadzah, Aya pulang dulu." Dan akhirnya Cahaya menyandang tasnya lalu  pergi meninggalkan tempat itu.

"Cahaya benar, tidak seharusnya kamu meminta hal seperti itu pada Cahaya. Dan untuk sekarang aku marah padamu, Husna."

***

Siang ini Gibran menemani Cahaya membeli oleh-oleh yang akan dibawanya ke Aceh. Untuk diberikan kepada teman-teman yang luar biasa selama dia tinggal disana.

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang