23. Waktu yang Berlalu

1.1K 123 4
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU?

A spiritual story by
Dwinda Darapati

.
.
.

Selamat Membaca

***

Meski rasa sudah menetap, hati menemukan tambatannya namun tidak dengan waktu. Ia tidak bisa berhenti walau sudah mendapatkan sesuatu. Akan tetap berjalan walau tidak ada yang pernah tahu baik atau buruk yang akan terjadi kedepannya.

Duka pernah menghampiri, maka bahagia akan datang. Sakit pernah terlukai dan obat akan hadir sebagai penyembuhnya.

Satu tahun berlalu dengan cepat. Siswa kelas dua belas kini tengah sibuk mendaftarkan diri ke perguruan tinggi yang mereka impikan.  Mendapatkan sebuah universitas negri adalah sebuah kebanggaan, ditambah lagi jika kampus yang didapatkan adalah kampus terbaik.

Selama satu tahun ini, ada banyak perubahan yang dialami Cahaya. Mulai dari gaya berpakaian yang lebih sopan. Gadis itu kini telah mengerti dengan aturan berpakaian dalam ajaran agama Islam.

Semenjak kenal dengan Fathan, banyak perubahan yang terjadi dari dalam dirinya.

Setiap hari, setiap bertemu lelaki itu tidak pernah bosan memberikan nasehat pada Cahaya.

Tak heran jika gadis itu mengikuti semua saran, masukan dan nasehatnya karena sudah mulai dewasa dan berpikir.

Bahkan Amel dan Audy pun juga sudah menutup aurat dengan sempurna karena berteman dengan Cahaya.

Oh ya, sedikit kisah tentang Amel. Dia yang dahulunya pernah berharap menjadi pacar Zaki, kini malah anti pacaran. Karena nasehat Fathan waktu itu ditambah lagi dengan ucapan-ucapan Cahaya yang dia dapatkan dari Fathan.

"Kalau Lo pacaran, masuk neraka, mau?"

"Lah masih banyak cowok lebih ganteng dari pada Zaki. Kalau Lo ga pacaran, maka nanti jodoh lo bakalan lebih baik dari pada Zaki."

Sesekali Audy juga menimpali, "Lagian Zaki ga cakep-cakep amat. Masih cakep ketek gue." Dan ketek wangi kebanggaannya tidak pernah tertinggal.

Amel bahkan membawa perubahan untuk orang lain. Zidan misalnya.

"Dan, udah berapa tahun pacaran sama Tami?" tanya Amel dengan gaya khasnya. Menaikkan satu alis juga dagunya. Seperti orang sombong.

"Udah lama, dua bulan lagi anniversary ke tiga." Zidan yang sedang bermain game online menjawab seadanya, juga jujur.

"Lo sekarang pacaran sama Tami, yakin bakalan nikah sama dia?"

"Ya engga yakin. Jodoh di tangan Tuhan." Seperti biasa, apabila sedang bermain game online Zidan akan menjawab dengan cuek.

"Mending Lo putusin tuh, si Tami. Kasihan, jebak dia bertahun tahun  sama lo. Selain sia-sia kalian juga dapat dosa!"

"Lebih baik baca Alquran. Kelak dia akan menjadi syafaat di dalam kubur, Lo!"

"Biar kubur Lo terang. Gue yakin, modelan kaya elo ini kuburnya gelap."

Meski Zidan gak menjawab ketika Amel berceloteh, cowok itu melakukan apa yang dikatakan Amel. Dia bahkan sudah berpikir tujuh hari tujuh malam untuk memikirkan rencana memutuskan hubungan dengan Tami.

Yang ada Tami malah menangis seperti orang gila. Bahkan sempat libur dua hari karena begitu galau.

"Gara-gara Lo si Tami jadi ga sekolah. Depresot dia!" omel Gibran.

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang