13. Paket dari Fathan

1.1K 133 4
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU?

.
.
.
.

A spiritual story by
Dwinda Darapati

***

Selamat Membaca 🤗

***

Sekarang hari perlombaan sudah tiba, latihan, murajaah dan perbaikan hafalan sudah Cahaya lakukan dengan sebaik mungkin. Dia tak berharap mendapatkan hasil yang terbaik, akan tetapi Cahaya menginginkan penampilannya nanti ketika lomba berjalan dengan lancar.

Mungkin bacaannya tidak akan sebagus peserta lain yang merupakan para qori dan Qoriah. Tapi setidaknya gadis itu sudah berusaha yang terbaik untuk sekolahnya.

Menang kalah itu biasa.

Sembari menunggu giliran untuk diuji oleh dewan juri diatas panggung, Cahaya membalik halaman Al-Quran untuk kembali ia baca. Dan ketika itu bayangan tadi pagi kembali melintas di kepalanya.

Ketiga sahabat itu kini tengah membongkar isi lemari Cahaya. Mencari pakaian yang paling cocok untuk digunakan gadis itu ketika berlomba.

"Ay, baju Lo ga ada yang bagusan? Please, ketek gue aja punya baju yang keren, masa elo engga, sih?"  omel Audy geleng-geleng kepala setelah berhasil membuat isi lemari Cahaya seperti kapal pecah.

Amel memukul bahu Audy pelan, dia mengambil sebuah baju gamis dan menyuruh Cahaya mencoba. Akan tetapi, Amel menggelengkan kepala karena merasa tidak puas.

"Kenapa, Mel?" tanya Cahaya.

"Lo itu lomba Tahfiz, Ay. Masa pakai baju begini?" Amel kembali meletakkan gamis yang tadi. "Rok atau baju yang lumayan oke ada, ga, Ay? Biar keren gitu?"

Amel kembali bersuara. "Kalau pakai gamis, Lo terkesan ke pesta."

"Lo tahu kalau Aya ga punya baju begituan, Aya itu udah pensiun pakai baju ukhti-ukhti!" sela Audy.

Sejenak ketiga sahabat itu terdiam, mereka memikirkan pakaian apa yang akan dikenakan Cahaya. Terlalu lama memilih seperti orang mau fiting baju pengantin. Sementara acara akan segera dimulai.

Tiba-tiba ponsel Cahaya bergetar, dia segera mengambil untuk memeriksa. Sebuah pesan dari nomor asing yang dulu juga pernah masuk kembali mengiriminya pesan.

+6281212396789
|| Sudah siap? Saya segera menjemput

Cahaya mengerutkan dahinya, siapa ini?

|| Saya mengirim gamis simple baru, bisa kamu gunakan untuk lomba nanti.

|| Jangan lupa shalat Dhuha, nya.

Akhirnya Cahaya tahu siapa gerangan perngirm pesan ini. Dia adalah Fathan yang sempat diabaikannya. Wajar saja, karena waktu itu Fathan mengirim pesan tanpa memberitahu siapa namanya.

"Aya ...!" panggil Rafiah dari luar. Gadis itu segera membuka pintu kamar dan mendapati sang nenek memberikan sebuah totebag untuknya.

"Katanya dari ustadz Fathan, Ya. Dipake buat lomba," jelas Rafiah.

"Makasih, Nek. Aya berberes dulu, ya," ucapnya setelah menerima totebag tersebut.

Rafiah mengangguk. "Setelah ini makan, kalian juga! Amel, Audy!"

"Siap nenek cantik!" jawab Amel dan Audy secara bersamaan.

***

Perjalanan menuju aula islami center di kota tempat berlomba, Cahaya diantar oleh kedua sahabatnya dengan angkot. Walau Amel dan Audy disibukkan dengan pekerjaan organisasi dia akan menyempatkan diri untuk menemani sahabatnya itu.

"Ay ... Lo cantik pakai pakai ini," puji Amel memandangi Cahaya dengan tatapan takjub.

Audy tersenyum jahil dan berbisik, "paket dari ustadz Fathan gitu, lho!" Audy mengedip sebelah matanya. "Buat Cahaya," imbuhnya. Menirukan cara Fathan memanggil nama gadis itu.

Pipi Cahaya seketika memerah, dia merasa malu dengan ucapan Audy barusan. "Cuma untuk lomba," jawabnya mengalihkan rasa malunya.

"Ustadz Fathan kalau dilihat-lihat ganteng juga, lho, Ay. Gimana kalau Lo move on ke dia aja?" tanya Amel dengan spontan.

"Hah?!" Cahaya dan Audy membelalakkan matanya karena ucapan Amel barusan. Ada-ada saja, Amel. Dia kan masih belum move on dari Faizul.

Audy yang menyadari itu langsung menoyong kepala Amel. "Eh! Lo pikir ganti perasaan kaya ganti akun Mobile Legend?"

"Bisa aja," kekeh Amel.

"Terus kenapa Lo masih belum move on dari si---" mulut Audy langsung ditutup oleh Amel karena tidak ingin tahu rahasianya terbongkar.

"Siapa?" tanya Cahaya.

"Bukan siapa-siapa, Ay!"

"Lo sembunyi-sembunyi rahasia dari aku? Kebangetan lo, Mel!" jawab Cahaya dengan nada marah yang dibuat-buat. "Ya udah! Setelah ini kita main rahasia-rahasia aja!"

"Engga, Ay! Si Audy emang asal ngomong! Awas Lo, Dy!"

Cahaya terkekeh sendiri ketika bayangan sekilas pagi tadi. Hingga tidak menyadari bahwa ada seseorang yang duduk di hadapannya.

"Ustadz ..." panggil Cahaya lirih.

"Assalamualaikum, Aya. Lama ga ketemu."


***

Hayoloh, ketemu siapa?🤣

Jangan lupa Vote dan komentarnya yaaa

Follow juga Instagram : @bukjorong_

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang