USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU
A spiritual story by
Dwinda Darapati.
..
..
Selamat Membaca 🤗
***
Terkadang apa yang Allah rencanakan jauh lebih baik dari pada apa yang kini rencanakan. Seperti Cahaya contohnya, gadis itu menargetkan untuk kuliah selama empat tahun. Namun karena ketekunannya, rajin dan semangat belajar yang tinggi, dia berhasil lulus dalam waktu tiga tahun.
Selama tinggal di kota Aceh, ada banyak pelajaran yang di dapatkan dari kehidupan sehari-hari. Dia bisa memasak, dia saling tolong menolong dengan teman sekamar kost-nya.
Ternyata pelajaran hidup yang dilalui lebih bermakna dari sekedar pelajaran yang di dapatkan disekolah.
Hampir empat tahun tingga di kota Aceh tanpa kembali ke kampung halaman karena masalah biaya. Kerinduan akan sosok ayah, nenek dan sahabatnya hanya bisa terobati dengan panggilan vidio setiap harinya. Dengan melihat wajah dari layar ponsel, sedikit rindu yang berkobar menjadi lebih reda.
Namun tidak dengan kerinduannya pada sosok pujaan hati, Fathan.
Ketika menginjakkan kaki dikota ini, Cahaya menghapus nomor Fathan. Memblokir akses untuk berkomunikasi dengan Fathan dan juga tak menanyakan apa-apa tentang Fathan pada teman-temannya.
Bukan karena Cahaya sudah tak cinta, namun karena cinta dia melakukannya.
Cahaya takut jika dia tidak menghentikan hubungannya dengan Fathan bisa saja dia tidak jadi lulus kuliah. Bisa jadi gadis itu akan menjadi budak cinta yang terlantar.
Dan juga, untuk menjaga hati agar tak terus berzina pikiran dan hati. Karena janji yang diucapkan lewat mulutnya ketika terakhir kali mereka bertemu membuatnya yakin, sepulang dari kota ini. Dia akan melamar dan menjadi isteri dari seorang Elfathan Aarav Ramadhan.
Sekarang Cahaya sedang menunggu keberangkatan dari Aceh ke Jakarta.
Sebenarnya belum saatnya dia kembali mengingat Cahaya belum wisuda. Dia sudah mendapatkan gelar sarjana akan tetapi belum dengan perayaannya. Masih sampai sidang saja.
Cahaya harus pulang karena ingin menjemput orang tuanya. Dia ingin acara wisudanya nanti dihadiri oleh Ayah dan neneknya.
Lagipula ayahnya tidak mungkin datang jika Cahaya tidak menjemputnya.
***
Pukul enam sore pesawat mendarat di Jakarta. Amel dan Audy sudah menunggunya di bandara untuk menjemput. Begitu Cahaya sampai mereka segera berpelukan dan membawa koper Cahaya ke tempat parkir dimana mobil mereka berada.
Cahaya mengerutkan dahi karena mobil yang menjemputnya terasa familiar. "Mobilnya Gibran?" tanya Cahaya. Karena dahulu ketika masih SMA, Gibran sering mengantarnya pulang dengan mobil ini.
Ternyata mobilnya masih sama, tidak ada perubahan.
"Iya, kita jemput Lo bareng-bareng," jawab Audy yang segera memasukkan koper Cahaya ke dalam.
"Kirain tadi ga ada Gibran," kata Cahaya setelahnya.
Seseorang muncul dari depan, menoleh ke belakang saat Cahaya memasuki mobil tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅
Random"Ustadz, tunggu lima tahun lagi, ya. Cahaya Nayanika Lengkara akan datang melamar ustadz!"----Cahaya Nayanika Lengkara. "Saya menantikannya, Cahaya."----Elfathan Aarav Ramadhan. *** "Ustadz ... selamat berbahagia." "Maafkan saya, Cahaya." --------- ...