34. Hanya pada Allah

1.5K 146 16
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU?

A spiritual story by
Dwinda Darapati

.
.
.
.
.

Selamat Membaca 🤗

***

"Kalian ..." Cahaya kehilangan kata-kata. "Udah Aya bilang, ustadz Fathan itu ga salah! Aya yang salah." Dia berusaha membenarkan.

"Masih membela dia? Masih, Ay?" Fathan diluar kesabarannya selama ini. Betapa dia menahan rasa sesak dan cemburu setiap kali melihat Cahaya dan Fathan berdua.

Lelaki itu selalu mengalah dan menerima kenyataan bahwa Cahaya yang tak bisa mencintainya. Akan tetapi, kenapa setelah gadis yang ia cintai itu terluka, masih saja membela orang yang telah melukai hatinya?

"Gibran ... Kamu..." Cahaya tak bisa melanjutkan kata-katanya melihat raut kemarahan dari wajah Fathan.

"Setelah dia nyakitin elo, setelah ngasih harapan palsu buat lo! Masih aja bela dia?!" bentak Gibran. Kedua tangannya meremas sisi bajunya, mata elang itu pun berlinang air mata.

Cahaya masih sempat tersenyum lalu berkata, "Kalau Aya balas dendam, Aya jelek-jelekin ustadz Fathan, apa ada untungnya? Apa ada kemungkinan jika dengan itu ustadz Fathan jadi jodoh Aya?" Menjawab dengan sangat tenang.

Hal itu membuat semua mereka yang ada disana tidak terima. Ini Cahaya orang punya hati atau tidak. Kemarahan dari teman-temannya semata-mata adalah untuk membela dirinya. Nyatanya yang terjadi malah sebaliknya, yang dibela malah membela orang lain.

"Lo sadar ga sih sama apa yang terjadi?" Kali ini Zidan angkat bicara. "Gue emang ga terlalu dekat sama Lo, tapi gue bisa ngerasain apa yang Lo rasain saat tahu orang yang Lo cinta khianat." Zidan mulai berkata dengan serius. "Yang kita pikirin itu perasaan elo, Ay!"

Zaki yang ada disana berkata dengan lembut. "Gue sebagai mahasiswa psikologi, sejatinya gue ngerti apa yang Aya rasain. Gue yakin jauh di lubuk hati elo pasti sakit banget, pasti kecewa banget, 'kan?"

Belum jadi Zaki melanjutkan perkataannya sudah dipotong oleh Gibran. "Saking jauhnya Lo sendiri ga sadar yang tersakiti adalah Lo sendiri, Ay."

Amel dan Audy saling memandang, sekarang bukan hanya mereka yang peduli akan Cahaya. Namun juga teman-teman lainnya.

"Gue yakin, Lo sengaja nutupin kekecewaan Lo sama kita karena Lo ga ingin kita khawatir," kata Zaki yang mengerti dengan keadaan.

Cahaya menampilkan senyum lebar. Tidak menjawab sepatah kata pun, tidak merespon apapun.

"Tapi setidaknya Lo butuh pelampiasan, Ay," sambung Zaki. "Sekurangnya Lo cerita, bagi kesedihan Lo sama kita."

Cahaya menggelengkan kepalanya. "Ga ada yang perlu diceritain. Ga ada yang tersakiti dan juga ga butuh pelampiasan." Dia meneguk minumannya. "Saat Aya jatuh cinta pada ustadz Fathan, Aya mencintainya karena Allah."

Kelima orang yang ada disana langsung menatap Cahaya.

"Iya ... jadi gini, kalian ingat 'kan yang waktu Aya ditinggal ustadz sama ustadz Zul? Patah hati banget, kan? Nah, Aya belajar dari pengalaman yang mengajarkan kalau terlalu mencintai seseorang tanpa dilandasi oleh kecintaan pada Allah, maka sakit yang akan didapatkan. Tapi coba lihat, sebelum Aya mencintai ustadz Fathan, Aya serahkan semuanya sama Allah maka tak akan Aya dapati kekecewaan. Karena Allah selalu bersama kita."

"Ini nasehat ustadz Fathan waktu Aya galau ditinggal nikah ustadz Zul. Dan sayangnya Aya jatuh cinta sama orang yang memberi nasehat."

Amel dan Audy jadi terharu dengan ucapan Cahaya barusan. Mereka langsung memeluk Cahaya memberikan kehangatan. Ingin seperti gadis itu yang begitu tegar menghadapi semuanya.

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang