USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU?
A spiritual story by
Dwinda Darapati.
.
.
.Selamat Membaca 💜💜
***
Suasana perayaan wisuda Universitas Syiah Kuala begitu meriah. Para mahasiswa yang mengenakan toga dengan pernak pernik yang menjadikan kesan tampilannya semakin cantik dan keren.
Kursi di depan sana disusun rapi untuk ditempati oleh para wisudawan. Begitu kursi bagian belakang untuk mereka yang datang memeriahkan acara ini.
"Selanjutnya ... Cahaya Nayanika Lengkara. Lulus dengan pujian...!" panggil sang MC di depan sana.
Cahaya berdiri dari tempat duduknya dan menoleh ke belakang. Menunggu sang ayah dan nenek yang datang menghampirinya untuk menemani dirinya maju ke depan.
Perasaan haru, bangga dan bersyukur yang tak dapat diungkapkan ketika gadis itu berhasil mendapatkan gelar sarjana yang sangat dia impikan. Membanggakan orang tua dan menyenangkan teman-temannya.
Sementara dari belakang, Amel dan Audy berpelukan melihat betapa bahagianya Cahaya di depan sana. Mendapatkan nilai terbaik dan lulus dengan cepat.
Bukan hanya Amel dan Audy, Gibran, Zaki dan Zidan pun juga ikut menghadiri acara kelulusan Cahaya. Pertemanan yang hanya berawal dari belajar matematika itu pun menjadi sebuah ikatan yang kuat yang hampir menyamai ikatan dalam keluarga.
Acara inti sudah selesai, sekarang saatnya untuk sesi foto bersama. Amel dengan cekatan memotret Cahaya bersama ayah dan neneknya. Mengatur pose dan rona sudut pandang yang pas untuk foto tersebut.
"Amel, Audy. Sekarang giliran kalian yang foto dengan Aya," perintah Rudi.
"Lah, terus yang fotoin siapa?" tanya Amel bingung. Lantaran yang memegang kamera adalah dirinya. Gadis itu sengaja membawa kamera demi memotret sahabatnya.
"Kaya ga ada gue aja, Mel!" Zidan meraih kamera dari tangan Amel. Dan mengambil sebuah bidikan untuk percobaan.
"Ambil yang bagus, Dan!" perintah Audy. Gadis itu merentangkan tangannya begitu juga dengan Audy. Membuat pose persahabatan yang unik.
"Udah, kan?" tanya Zidan.
"Udah," jawab Amel. "Eh, emang kalian ga mau foto bareng Aya?" tanya Amel setelah itu.
"Foto bareng, yuk!" ajak Audy menarik kemeja Zaki dan Gibran agar mendekat pada Cahaya.
Rudi menjulurkan tangannya. "Biar om yang memotret kalian," katanya.
Persahabatan mereka berenam diabadikan dalam sebuah foto yang pertama kali mereka ambil. Selama kenal dan berteman, tidak sekalipun mereka berfoto bersama.
***
Jakarta, Indonesia.
Keluarga Cahaya mengadakan syukuran atas berhasilnya anak mereka meraih gelar sarjana. Mengundang anak yatim dan para tetangga untuk ikut menghadiri acara tersebut.
Amel dan Audy sibuk tak tanggung-tanggung membantu agar acara tersebut berjalan dengan lancar. Ya meskipun demikian, mereka tidak kelelahan karena Zidan, Zaki dan Gibran juga ikut membantu.
Rudi membagikan ampop berisi uang seadanya pada anak yatim yang diundang. Mungkin isinya tidak seberapa, namun yang dinilai bukanlah banyak atau sedikitnya akan tetapi keikhlasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅
Random"Ustadz, tunggu lima tahun lagi, ya. Cahaya Nayanika Lengkara akan datang melamar ustadz!"----Cahaya Nayanika Lengkara. "Saya menantikannya, Cahaya."----Elfathan Aarav Ramadhan. *** "Ustadz ... selamat berbahagia." "Maafkan saya, Cahaya." --------- ...