31. Dua Tatapan Penuh Luka

1.9K 155 18
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU

A spiritual story by
Dwinda  Darapati

.
.
.
.
.

Komen di part sebelumnya bikin semangat.
Hari ini kita double up!!!

Selamat Membaca 🤗

***

Semilir angin berhembus membuat rambut hitam nan basah karena keringat melambai. Matanya yang masih terpejam bergerak tipis, tubuhnya semakin berkeringat menandakan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. Entah itu karena mimpi buruk atau mungkin karena tak sanggup menerima kenyataan.

Sudah tiga hari Cahaya masih belum membuka matanya. Hujan deras disertai petir adalah hari terakhir gadis itu membuka mata. Dia mendadak demam namun tak sadarkan diri membuat panik semua orang. Baik itu Rudi, Rafiah dan dua sahabatnya.

Selama Cahaya terlelap, Amel dan Audy bolak-balik rumah untuk menjaga sahabatnya. Mereka ingin menjadi orang yang pertama kali Cahaya lihat ketika bangun.

Audy menatap sendu pada sahabatnya itu, mengusap dahi Cahaya menepikan rambut yang menghalangi wajah cantiknya. Menatap dengan iba pada kisah cinta tak pernah sampai yang dialami sahabatnya.

"Dy, menurut Lo, ustadz Fathan perlu tahu ga sih keadaan Aya sekarang?" tanya Amel. Dia berdiri di depan jendela memandang ke arah luar.

"Aya begini kan gara-gara ustadz Fathan. Ustadz Fathan harus tanggungjawab!" omel Amel menghentakkan kakinya ke lantai karena tidak terima.

"Terus istrinya?" tanya Audy menghentikan gerakan tangannya di kepala Cahaya. "Lo mau bikin ribut? Ntar Aya dikira pelakor!"

"Ustadz Fathan harus tanggung jawab pokoknya! Lagian yang pelakor itu ustadzah Husna, bukan Aya! Kalau dia emang benar seperti yang Lo ceritain, harusnya ustadz Fathan minta maaf karena udah kasih harapan palsu buat Aya!"

Audy mengangguk. "Gimana cara kita ngasih tahunya?" tanya Audy.

"Aya baik-baik aja, kok."

Amel dan Audy spontan menoleh ke arah Cahaya. Setelah tiga hari akhirnya gadis itu membuka mata, dia sadar dari tidur panjangnya.

"Aya! Alhamdulillah Lo udah sadar!" sorak Audy bahagia. Dia langsung memeluk Cahaya dengan semangat. Pun Amel yang berlari ke arah sana ikut memeluk sahabatnya.

"Lo tahu, gue pikir Lo bakalan mati!" ungkap Audy dengan serkas. "Ketek gue beneran merinding kalau emang Lo mati!"

Amel menepuk jidat Audy. "Seharusnya bulu kuduk, bego! Dari dulu, ih! Ketek terus!" kesalnya.

Audy tertawa diikuti oleh Cahaya yang hanya bisa tertawa kaku. Mungkin saja otot-otot wajahnya kaku karena tidak bergerak beberapa hari.

Pintu kamar dibuka, Rafiah masuk ke dalam. "Aya udah sadar? Alhamdulillah!" Wanita paruh baya itu tersenyum bahagia.

"Rapikan kamar, Aya pakai jilbab. Ustadz Fathan dan Gibran datang kesini," beritahu Rafiah.

Amel dan Audy langsung kocar-kacir memungut sampah, membereskan air kompresan yang berserakan di dalam kamar Cahaya. Sedangkan yang sakit, meraih jilbab yang terletak disampingnya untuk segera dikenakan.

***

"Assalamualaikum," ucap seseorang ketika membuka pintu.

Dua orang laki-laki dan satu orang perempuan masuk ke dalam kamar Cahaya untuk menjenguknya. Mereka adalah Gibran, Fathan dan Husna.

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang