7. Mengejar Dunia

1.6K 174 3
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU

A Spiritual story by
Dwinda Darapati

.
.
.
.

••••

Selamat Membaca

***

Pernah membaca sebuah kalimat. "Di dalam kelas, kita diberi pelajaran dulu baru diberikan ujian. Namun dalam hidup, kita diberi ujian dulu barulah kemudian mendapatkan pelajaran.”

Barangkali itu yang terjadi pada Cahaya. Dia melakukan sesuatu semata-mata ingin berjodoh dengan Faizul, bukan karena Allah. Dan lihat, sakit hati yang ia dapatkan.

Berulang kali Cahaya mencoba memahami perkataan Fathan, tentang Allah mencintainya.

Benarkah?

Di usianya yang masih kecil, Allah mengambil sang bunda.
Dia hidup serba kekurangan, dia hidup dalam keadaan susah. Bahkan untuk makan saja sulit.

Apakah ini yang dinamakan cinta?

Enam tahun Cahaya dibesarkan di sebuah pondok pesantren, taat kepada Allah. Namun itu sama sekali tidak mengubah hidupnya, sama sekali tidak membuat umur ibunya bertambah.

Itulah alasan mengapa Cahaya membangkang pada Tuhannya. Padahal dia tahu hakikat seorang muslimah, dia tahu kewajiban seorang muslim. Namun dia sengaja meninggalkannya.

"Benarkah Allah mencintai Aya?" Dia bertanya pada dirinya yang ia pandangi di depan cermin.

***

Saat jam istirahat, Cahaya memilih untuk tidak keluar dari kelasnya. Dia lebih nyaman duduk di bangkunya sesekali memainkan ponsel. Panggilan dari Amel dan Audy dihiraukan, padahal sahabatnya itu sudah memanggil sedari tadi untuk menuju ke kantin.

Gibran si ketua OSIS juga ada disana, sedari tadi memperhatikan Cahaya yang melamun. Gadis cantik, pintar seperti Cahaya siapa yang tidak ingin berteman dengannya.

"Apa Lo lihat-lihat?" Cahaya yang menyadari itu langsung melempar pertanyaan dengan suara ketus.

"Murung aje, Lo! Kalau dipikir-pikir sejak ustadz Zul nikah, deh." Gibran mengatakan sesuai fakta karena diam-diam memperhatikan Cahaya.

"Ga usah dipikirin, kalau ustadz Zul emang bukan jodoh Lo ya ga bakalan balik. Sekarang dia udah bahagia sama kakak gue. Lagian sih, elo. Masa suka sama ustadz Zul, tuaan berapa tahun, ga cocok sama, Lo. Mending sama gue aja!" kata Gibran panjang lebar.

Cahaya melempar buku diatas mejanya ke wajah Gibran dengan kasar. "Aku pikir bakalan menghibur, ternyata malah——"

"Gue bener, Ay. Ustadz Zul sama sekali ga cocok sama, Lo. Kalau gue ... cocok. Lihat ya, gue ketua OSIS, dan elo juara kelas. Kalau kita jadian, bakalan jadi topik heboh di SMA Sujana!" seru Gibran dengan semangat.

"Aneh!"

"Bukan aneh, Ay! Ini kenyataan! Lo ga ingin gitu tenar? Tenar dikit lah, Ay!" Gibran masih berbicara panjang lebar.

"Lebih tenar ketek gue yang wanginya bikin gue merem melek dari pada elo!" Tiba-tiba Audy datang ke dalam kelas sembari meremehkan Gibran.

"Modal ganteng doang, bangga! Lo jadi ketua OSIS karena ganteng, bukan karena visi misinya!" seru Audy.

"Tahu nih, sok sok-an, ya!" Amel ikut angkat bicara.

"Berarti gue ganteng, donk?" tanya Gibran menaik turunkan alisnya pada Audy.

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang