9. Katakan Alasannya

1.3K 155 4
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU

A spiritual story by
Dwinda Darapati
.
.
.
.
••••

Lama banget ga update, hehehe.

Selamat membaca🤗🤗

***

Mata indah milik Cahaya membulat saat menoleh ke belakang. Ketika Rafiah batuk dan mengeluarkan sesuatu dari mulutnya yang ternyata adalah darah.

"Nenek!"

Segera dia berlari ke arah depan untuk membersihkan darah itu dari hadapan Rafiah dengan sapu tangan, kemudian mengusapkan minyak kayu putih pada tengkuk dan leher sang nenek.

Jantung Cahaya berdegup kencang, ketakutan akan kehilangan kembali mengguncangnya. Dia belum siap jika Rafiah harus meninggalkannya sekarang, sungguh belum siap.

"Nenek, kenapa? Ya Allah!" Cahaya dibuat panik, dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk membantu neneknya.

"Dokter Silvi, iya ... Aya harus ke kompleks belakang!" gumamnya sembari berputar mencari sesuatu yang dia sendiri tidak tahu apa itu. Hanya berputar saja, berharap mendapatkan sebuah inspirasi.

"Nenek ga pa-pa, Ya." Rafiah berkata pelan, bangkit perlahan meraih gelas yang berisi air putih hangat lalu meminumnya.

"Nek, kita harus lapor dokter, nenek ga biasanya kaya gini!" Cahaya akhirnya masuk ke kamar untuk mengambil ponselnya. Berlari dari kamar lalu keluar dari rumahnya.

Dokter Silvi adalah dokter klinik mandiri yang berada di kompleks dekat sana. Cahaya yakin, dengan bantuan Silvi neneknya dapat bantuan setidaknya mengetahui penyakit apa yang dideritanya.

***

Cahaya berlari bahkan sampai lupa mengenakan sendalnya yang berada di rak sepatu. Tanpa alas kaki, tanpa jilbab, penampilan Cahaya seperti orang baru bangun tidur.

Rasa takut akan kehilangan benar-benar membuatnya mengambil tindakan mendadak tanpa pikir panjang.

Dia menyalakan senter ponsel sebagai penerangan, terus berjalan menyusuri jalanan yang basah karena baru saja hujan turun di kota metropolitan itu. Kakinya kumuh, luka-luka namun tidak disadarinya.

Rumah praktek dokter Silvi sudah nampak di depan mata. Cahaya hanya perlu menyeberang  untuk sampai disana. Melihat ke kiri dan kanan, kendaraan masih saja berlalu lalang tanpa henti. Seolah tidak mendukungnya untuk segera cepat mendapatkan bantuan.

Ketika sudah sedikit lengang, Cahaya berlari untuk menyebrang. Dia harus sampai di rumah itu untuk segera menemui dokter Silvi, dia harus segera mendapatkan bantuan untuk neneknya.

Ckiii——kiiit!

Nyaris tertabrak.

Cahaya berlari segera ke tepi, berbalik untuk meminta maaf pada si pengemudi mobil yang pasti kesal karena ulahnya yang sembrono.

Kaca mobil diturunkan, pastilah si pemilik akan mengomelinya. Maka sebelum itu Cahaya segera bersuara.

"Maaf Pak, maaf Aya lagi buru-buru!" serunya dengan tangan yang disatukan di depan dada.

"Cahaya?"

Gadis itu mendongak, dia terkejut ketika orang itu tahu akan namanya.

"Ustadz?"

Fathan menepikan mobilnya, kemudian turun untuk menghampiri Cahaya. "Kamu mau kemana? Tanpa sendal, tanpa jilbab?"

"Nenek Aya lagi sakit ustadz, Aya harus manggil dokter Silvi!" beritahu Cahaya dengan suara bergetar.

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang