Chapter 53

442 79 46
                                    

"Sayaaaang!"

"Sayang!"

"Sayang~ hiks"

Kakinya menendang udara berulang kali, tubuhnya di biarkan berguling-guling dengan seruan 'sayang' yang ia maksudkan kepada Ayahnya.

Ini sudah berlangsung selama tiga puluh menit yang lalu ketika bangun tidur ia tidak menemukan Ayahnya.

"Kau lihat?" Luhan berbicara pada ponselnya "Yujie tidak berhenti menangis sejak tadi dengan menyerukan dua panggilan yang sering kita gunakan satu sama lain 'sayang dan Sehunie'" lanjutnya dengan tawa ringan.

Sebenarnya ia sangat ingin tertawa, tapi merasa kasihan juga kepada anak sulungnya.

"Tiba-tiba?" Sehun bertanya setelah mendengar penjelasan Luhan.

"Iya. Bangun tidur langsung berteriak 'sayang'" Luhan tertawa lagi mengingatnya "awalnya aku tidak tahu kepada siapa ia tujukan panggilan itu, tapi kata setelahnya ia memanggil namamu 'Sehuniiiiie' katanya dengan menangis. Dan yang lebih lucu lagi, Ziyu menirukannya dengan maksud meledeknya. Sehun kau harus pulang. Aku tidak mau tertawa terbahak sendirian" jarinya menyeka ujung mata yang berair sebab tawanya yang tidak bisa ia tahan sejak tadi.

Di ujung telepon, Sehun ikut tertawa geli melihat Yujie yang meraung seperti itu dan tak lama ia terbahak dengan kencang setelah Luhan mengarahkan kamera kepada Ziyu yang menggerakkan bibirnya menirukan kakanya sembari berdiri dekat meja di depan sofa, tangannya sibuk menyambungkan beberapa lego yang berantakan di atasnya.

"Tidak bisa di hentikan, Lu?" Sehun berucap lagi dengan menyeka ujung matanya, mengikuti Luhan.

"Tidak bisa"

"Kasihan, Lu. Lakukan sesuatu" tersemat raut khawatir dalam ucapannya.

"Aku sengaja membiarkannya setelah beberapa kali tidak bisa di bujuk. Aku pernah baca, katanya itu bagus untuk meluapkan emosinya dan dia bisa belajar cara mengatur emosinya di kemudian hari"

"Tapi aku benar-benar tidak tega melihatnya, sayang" Sehun menyaksikan sejak tadi di layar ponselnya yang Luhan arahkan kepada Yujie.

"Tidak lama. Sebentar lagi tangisnya akan mereda" Luhan menenangkan suaminya yang sedang tidak berada di sisinya. Sehun sedang berada di luar kota dan kemungkinan pulang malam, sedangkan sekarang masih pukul enam sore.

Luhan berjalan menghampiri Ziyu "Kau sedang tidak sibuk?"

"Tidak. Kenapa?"

Meletakan ponselnya berdiri di depan Ziyu "kau dengan Ziyu dulu ya. Aku mau menghampiri Yujie, takut menyakiti dirinya sendiri" berlalu tanpa menunggu persetujuan, ia menghampiri Yujie yang masih ramai dengan tangisan.

Setelah beberapa saat, tangisnya mulai mereda. Kemudian Luhan mulai menanyai si sulung dengan lembut dan sabar.

Sekarang Yujie sudah ada di pelukannya, ia berseru kepada Ziyu, menyuruhnya untuk mengambilkan-nya ponsel yang masih terhubung dengan Sehun. Beruntungnya Ziyu mau mendengarkan dan segera menyerahkannya.

Luhan mengarahkan kamera depan ke arahnya dan Yujie "Sejak tadi Ayah melihat Yujie menangis. Coba katakan pada Ayah, Yujie mau apa?"

"A-aku mau Ayah disini-ni" ujarnya kesusahan karena masih ada sisa tangisnya yang belum mereda.

Dengan cekatan Luhan mengusap air matanya "Yujie sudah lelah menangis, jadi jangan menangis lagi ya? Ayah akan pulang, menghampiri Yujie, tapi nanti ketika langit sudah gelap"

"Ta-tapi di luar langitnya su-sudah mulai gelap, Bunda" ujarnya polos menampar Luhan dengan kenyataan. Masih dengan terbata.

Di ujung telepon Sehun hanya mendengarkan dan terkekeh setelah mendengar penuturan anak sulungnya.

Dedikasi Cinta (Hunhan GS) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang