Luhan menggeliat sangat nyaman, kemudian membuka mata menatap langit-langit terlebih dahulu dan mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Ia tersenyum menatap suaminya yang ada di sampingnya. Sedikit mengangkat tubuh dengan menumpu pada lengannya, memandangi wajah damai itu "kenapa selalu tampan?" Ia tersenyum dengan pertanyaannya sendiri kemudian mengecup bibir tipis itu dengan singkat, takut membangunkan sang suami.
Cekalan di tangan membuatnya urung untuk segera beranjak "bukan saatnya sayang" berbalik menatap sang suami yang tersenyum mendengar penuturan Luhan, matanya masih terpejam kemudian terbuka untuk balas menatap.
"Kopi nya satu" ujarnya dengan kekehan.
Luhan merenggut dan mendelikkan matanya.
"Jujur saja. Kau kan yang mau, Lu?" Kekehannya tidak berhenti karena suka sekali melihat ekspresi sang istri.
Luhan tidak menanggapi, ia segera mengibaskan selimut dan turun dari ranjang tetapi kembali di cekal "satu ciuman lagi" mohonnya pada sang istri dengan tangan kiri memeluk telunjuk kanannya.
"Kalau satu kecupan boleh, ciuman tidak. Mau?"
Luhan, apa kau tidak ingat siapa yang kau beri pilihan itu?
Anggukan cepat Sehun berikan sebagai jawaban, kentara sekali ia bahagia jika di lihat dari ekspresinya.
Tu-tunggu. Oh! Senyuman itu? Menyungging?
Luhan memajukan wajahnya untuk segera menempelkan bibirnya ke bibir suaminya yang sudah siap sejak tadi.
Setelah bibir mereka bersatu, Sehun dengan sigap mengambil alih. Kecupan itu berubah menjadi lumatan hingga desahan wanita cantik yang terus mendorong lawan jenisnya.
Mengusap saliva yang menempel di bibirnya "kan cuman kecupan"
"Kan aku mau nya ciuman"
"Tadi katanya iya kecupan saja"
"Kau percaya?"
"Tidak juga, sih" ujarnya dengan kekehan di akhir dan di ikuti oleh Sehun sembari menyentil hidung bangir Luhan.
"Kopi nya satu, cantik" ujar nya lagi mengingatkan dengan lembut.
"Di catat sayang" tak kalah lembut serta gemas Sehun melihatnya.
Akhirnya Luhan beranjak dari sana, meninggalkan Sehun yang duduk menyender di kepala ranjang memperhatikan sang istri hilang dari pandangan.
.
.
"Bungeopang yang itu boleh tidak, Mami?""Yang mana sayang?"
"Yang itu, yang ada esklimnya" tunjuk Ziyu pada satu menu yang menarik perhatiannya.
"Boleh, Ziyu mau yang itu saja?"
Anak bungsu Sehun dan Luhan itu mengangguk dengan wajah polosnya hingga membuat Baekhyun terkekeh melihatnya.
"Jes juga yang itu saja, Mami" ujar Jesper yang juga menginginkan hal yang sama seperti adiknya.
"Yujie? Mau yang mana sayang?" Baekhyun bertanya karena anak cantik itu tidak berbicara apapun.
"Yujie tidak mau ini. Kalau yang lain boleh tidak?"
"Mau apa memangnya sayang?" Berjongkok demi menyamakan tinggi dengan si kecil Yujie.
"Itu" tunjuknya pada salah satu stand penjual. Itu adalah stand yang menjual tteokbokki.
"Itu kan pedas sayang. Memangnya Yujie kuat pedas?"
Yujie mengangguk menatap Baekhyun.
"Kata Bunda boleh tidak makan pedas?"
Pertanyaan yang meluncur dari mulut Baekhyun mengundang awan mendung di atas kepala Yujie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dedikasi Cinta (Hunhan GS) ✔
Fiksi PenggemarSebuah cerita yang tersaji hanya tentang romansa hunhan dan keluarganya. Masalah kecil hanya sebagai pemanis :D -- Sebuah kesempurnaan ketika kau mencintai dan dicintai dengan tulus tanpa putus. Karna cinta yang tulus tidak akan memikirkan banyak al...