Chapter 4

1.6K 170 9
                                    

Berjalan dengan langkah dengan suara ketukan yang samar. Sehun memberanikan diri memegang knop pintu kamar yang di huni olehnya juga istrinya.

Sebelum menarik knop pintu itu kebawah ia mengambil napas terlebih dahulu. Menenangkan separuh jiwanya yang menegang setelah mendapat respon dari istrinya.

Cklek

Perlahan Sehun mendorong pintu yang terbuat dari kayu jati itu. Memastikan terlebih dahulu kalau istrinya sudah tidur atau belum.

Belum sempat ia menelusuri seluruh ruangan. Matanya sudah menangkap jelas sosok cantik dengan gaun tidurnya sedang duduk manis di depan meja rias. Mata mereka bertemu lewat pantulan cermin yang tepat berada di depan Luhan. Luhan menatapnya dingin sedangkan Sehun menatap dengan mata yang sedikit gelisah karena mendapat sebuah tatapan seperti meng-intimidasinya.

Sehun memberanikan diri masuk dan melangkahkan kaki setelah menutup pintu kamarnya. Ia mendekati Luhan yang sudah melempar tatapannya kearah lain ketika tahu kalau dirinya akan menghampirinya.

Kini tubuh atletis yang tak pernah melewatkan olahraga itu sudah berada di belakang istrinya. Mendekap sang istri yang mulai tidak nyaman dengan kehadirannya.

"Kau membuatku sesak!" Tolak Luhan atas dekapan yang Sehun berikan.

Sehun langsung melepas dekapannya kemudian memandang wajah cantik istrinya lewat cermin. Dan setelahnya menempatkan kedua tangannya di pipi chubby istrinya, mencubit gemas seraya berkata "Apa aku terlalu erat memelukmu?"

Matanya tidak lepas dari memperhatikan istrinya yang sedang melakukan ritual malam pada wajahnya sebelum tidur.

Pertanyaan Sehun tidak mendapat respon dari Luhan. Menatap pun tidak apalagi menjawab. Seperti tidak peduli tentang apapun yang akan Sehun lakukan.

"Lu, Sayang, Honey, Han-ie"

Masih belum mendapat respon dari Luhan. Sehun melangkah ke samping Luhan dan berjongkok menghadap perut besar Luhan.

"Nak, sayang bantu Ayah. Bunda sedang marah sama Ayah" pintanya manja kepada sang anak di dalam perut sembari mengelus sayang perut itu.

"Aku tidak marah" tolak Luhan atas pernyataan suaminya kepada sang anak.

Sehun tersenyum senang mendapati Luhan berbicara. Ia tidak suka di abaikan terlebih oleh istrinya sendiri. Ia menengadahkan kepala demi melihat wajah istrinya.

"Lalu?"

"Aku hanya kesal karna kau pergi di waktu yang tidak tepat" jelas Luhan menundukan kepalanya sembari melirik Sehun yang masih setia berjongkok di dekat kakinya.

"Apa tidak bisa di undur sampai aku melahirkan?" Lanjut Luhan dengan sebuah pertanyaan yang berusaha bernegosiasi tentang kepergian suaminya.

"Tidak Lu" Sehun menggeleng dengan wajah tertunduk lesu.

Menangkupkan satu tangan di pipi kanan Sehun mengusap lembut "Apa aku tidak boleh egois? Untuk anak kita? Aku hanya ingin kau di sampingku sampai persalinan nanti"

"Kau boleh sayang. Apalagi untuk anak kita. Tapi aku tidak bisa meng-iya-kan permintaamu. Aku sudah terlanjur janji" jawab Sehun dengan air muka yang merasa bersalah.

"Tidak lebih dari satu bulan" lagi. Luhan masih membujuk Sehun.

Sehun hanya menggelengkan kepalanya lesu. Dalam hati terus merapalkan kalimat permohonan maap atas ketidak-mampuannya memenuhi permintaan istrinya.

Tangan yang tadi bertengger manis di pipi kanan suaminya ia ambil kembali setelah mendapat penolakan atas permintaannya.

Luhan beranjak dari duduknya, dan membiarkan Sehun sendiri dengan posisi yang masih sama "Baiklah. Apa Ibu dan Mama sudah tahu?"

Dedikasi Cinta (Hunhan GS) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang