Chapter 58

308 61 39
                                    

Keesokan harinya.

Cuaca yang bagus sangat mendukung bahkan menambah semangat wanita cantik dengan dua anak itu untuk melakukan aktivitasnya di pagi hari.

Tentu saja semangat, karena hari ini adalah hari yang selama ini Luhan tunggu-tunggu.

Tapi ini terlalu pagi untuk acara yang akan di laksanakan pukul sepuluh. Ia membuka mata di jam enam dan sudah siap dengan semuanya. Dari mulai baju yang akan di kenakan oleh keluarga kecilnya sampai sarapan yang bahkan suami dan anak-anaknya tidak tahu kapan mereka akan bangun.

"Nyonya. Apa ini tidak terlalu pagi untuk sarapan?" Tegur bibi Jung yang sudah berada di dapur bersama Luhan.

"Memangnya ini jam berapa, bi?"

"Baru jam enam lebih."

"Apa iya?" Luhan sedikit terkejut dan memastikan lewat ponselnya "mungkin aku terlalu bersemangat dengan hari ini."

"Untuk sarapan bisa nanti saya siapkan kembali, biarkan ini untuk para pelayan saja, Nyonya."

"Maaf ya bi jadi merepotkan bibi di pagi buta." Luhan menyesal karena telah membuat bibi Jung bergegas meninggalkan pekerjaan lain demi membantunya yang kelewat bersemangat.

"Tidak apa-apa. Nyonya bisa kembali istirahat."

Luhan berlalu dari sana, ia memasuki kamarnya yang memang benar suaminya masih terlelap. Ia terkekeh sendiri membayangkan betapa ia tergesa bangun untuk menyiapkan semuanya, tidak perduli dengan langit yang masih gelap atau jarum jam yang belum melewati angka enam. Yang ia pikirkan hanyalah hari ini harus sempurna.

Kembali merebahkan diri di samping suaminya dan masuk ke dalam selimut yang sama "Dari mana saja sayang?" Lelaki dengan mata tertutup itu bertanya pada Luhan yang sudah masuk ke dalam dekapannya.

Luhan terkekeh mendapat pertanyaan itu, karena kembali membuat otaknya memutar kejadian beberapa saat yang lalu "Dari dapur." Timpalnya.

"Kenapa tertawa? Apa ada yang lucu?" Sehun masih belum mau membuka mata.

"Aku habis membuat sarapan."

Seketika pernyataan Luhan membuat Sehun membuka mata dan sedikit menjauhkan wajahnya "memangnya ini jam berapa?"

"Jam enam lebih" ujarnya menahan senyum karena ia merasa tidak habis pikir dengan kekonyolannya.

"Serius sayang"

"Aku kira sudah jam delapan atau tidak jam tujuh lewat. Tapi ternyata aku bangun jam lima lewat lima belas menit." Kali ini tawanya menggelegar yang mengundang Sehun ikut tertawa .

"Kamu ngigau?"

"Sepertinya begitu"

"Sudah mandi?"

"Sudah"

Sehun memeluk sang istri dengan kekehan "Ya ampun Bundanya anak-anak kenapa begini amat ya. Terlalu bersemangat?"

Luhan mengangguk dalam pelukan Sehun, mereka terkekeh bersama dalam heningnya ruangan yang hanya ada mereka saja di dalamnya. Si kembar? Mereka sudah memiliki kamar tidur sendiri.

"Anak-anak belum bangun sayang?" Tanya Sehun, mereka masih sibuk berpelukan saling menghangatkan.

"Tadi aku lihat mereka belum bangun"

"Sepertinya mereka suka sama kamar tidurnya"

"Sepertinya begitu, mereka tidak ada yang rewel di tengah malam. Tidurku juga nyenyak"

"Semoga saja anak-anak bisa tidur sendiri mulai sekarang"

Luhan tersenyum mendengar penuturan Sehun, tahu betul apa maksud dari ucapanny "Supaya tidak ada yang menganggu?" Tanyanya pada akhirnya.

Dedikasi Cinta (Hunhan GS) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang