Chapter 40

789 130 44
                                    

Sudah 5 hari berlalu, dan kondisi Luhan sudah mulai membaik. Warna wajahnya juga sudah kembali normal. Dari mulai pipinya yang kembali gembil dan bibir yang kembali cerah. Tentu itu kabar baik untuk Sehun, si perawat terbaik menurut Luhan.

Meski terbilang ribet karena Sehun selalu menanyakan dulu kepada Ibunya ketika ia ingin memberi Luhan ini dan itu, makanan mana yang boleh dan tidak, dan itu cukup membuatnya mengacungi jempol usaha Sehun dalam menjaganya. Terlebih selama dua hari terakhir si kembar tidak di bawa oleh Ibunya, dimana itu menjadi pekerjaan tambahan untuk Sehun. Karena Ibunya harus menemani suaminya untuk melakukan perjalanan bisnis lintas negara.

Dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi Sehun sibuk dengan mengurusi semuanya, anak-anaknya dan ia sebagai seorang pasien.

Tapi, meskipun dalam keadaan sakit seperti saat ini, setiap malam Luhan tetap terjaga untuk anak-anaknya yang entah kenapa lebih sering merengek di malam hari, dan itu tidak luput dari pantauan suaminya. Sehun ikut terjaga menemani Luhan, bahkan terkadang ia menawarkan diri untuk menjaga si kembar sendiri, dan membiarka Luhan untuk kembali tidur mengingat Luhan yang sedang sakit. Atau mereka satu keluarga terjaga hampir di setiap malam.

Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Luhan akan menjadi orang yang paling terakhir bangun. Dengkuran halusnya selalu berakhir senyuman di bibir Sehun. Beginilah suasana yang Sehun dapatkan selama beberapa hari ini, ia yang bangun lebih dulu kemudian anak-anaknya dan baru Luhan akan di bangunkan ketika sarapan sudah siap.

Sehun datang dengan nampan penuh mangkuk disana, juga diikuti oleh bibi Han yang membawa nampan lain berisi buah-buahan dan air minum "Taruh di meja saja, bi"

Setelah bibi Han keluar, di tengah perjalan Sehun untuk mendekati istrinya yang masih setia berada di alam mimpinya, tiba-tiba langkah kakinya di percepat karena mendapatkan Ziyu yang terus memukul Luhan dari mulai wajahnya hingga ke payudaranya "Tidak begitu cara membangunkan bunda, Ziyu" Sehun menahan tangan Ziyu yang hendak kembali memukul Luhan. Ia membawa Ziyu, dan menaruhnya di lantai yang selalu terpasang karpet berbulu disana "Ziyu main ini saja" ucapnya sembari menyerahkan beberapa mainan ke hadapan Ziyu.

Sehun meninggalkan Ziyu bermain sendiri karena Yujie sama seperti ibunya, masih terlelap. Sehun kembali mendekat ke sisi ranjang yang terdapat Luhan disana, ia mendudukan dirinya dan menepuk pelan pipi Luhan dan memanggil nama Luhan berkali-kali "Luhanie"

Tidak ada jawaban, hanya pergerakan kecil yang Luhan buat, juga matanya tak kunjung terbuka. Sehun terus memanggil Luhan dengan sangat lembut dan pelan karena takut membangunkan si sulung yang masih belum ada pergerakan.

Sedikit demi sedikit Luhan membuka matanya dengan pergerakan untuk meregangkan otot-ototnya "Kita sarapan dulu, setelah itu kalau mau tidur lagi itu terserahmu. Yang penting kau harus isi perutmu dulu" Luhan mengangguk lemah menjawab ucapan suaminya. Ia merentangkan tangannya ke depan, meminta bantuan Sehun untuk bangun dan tangannya langsung memeluk Sehun.

"Mau makan disini atau di sofa?"

"Mau ke kamar mandi dulu" ucap Luhan parau.

Sehun mengangguk dan tangannya melambai dengan bibir tersenyum karena melihat si sulung yang juga membuka matanya dan sedang melihat ke arahnya "Anak ayah sudah bangun juga" Sehun berbicara menirukan suara bayi.

Setelah mendengar Sehun, Luhan melepaskan pelukannya dan beralih ke arah Yujie, ia kembali berbaring memeluk Yujie "Nyenyak tidurnya, Noona?" Tanya Luhan di sertai kecupan-kecupan ringan di wajah Yujie.

Luhan memangku Yujie yang akan ia bawa ke kamar mandi dengannya. Tapi ketika ia berdiri, tubuhnya terlihat sempoyongan dan kembali duduk di sisi ranjang dengan mata yang tertutup sehingga menimbulkan kepanikan di wajah Sehun.

Dedikasi Cinta (Hunhan GS) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang